Umar Ibnu Alkhatab; Kisah Menjadi Pionir Ombudsman Bali

KataBali.Com – Denpasar – Happy ending,Kepala Ombudsman RI Provinsi Bali, Umar Ibnu Alkhatab akhirnya mengakhiri jabatan yang diembanya selama  10 tahun yakni dua periode  terhitung Juni 2012 – Juni 2022 dengan rasa suka cita mengemban tugas sebagai abdi Negara berjalan lancar  dan sukses.

Sebagai wujud syukur atas amanah yang telah diselesaikan ,pria kelahiran Flores Timur ini dituangkan,dalam buku berjudul “ Kisah Seorang Pionir 10 Tahun Memandu Ombudsman Bali”, Buku setebal 300 halaman yang ditulis secara runut dan jujur tentang kisah dari awal hingga akhir jabatanya Selasa ( 14/6/2022) bertempat di sebuah Kedai Kopi  jalan Kaliasem ,Denpasar guna  meluanching   buku  yang ditulis sendiri tersebut.

Diawali dengan  bedah buku, tampil tiga orang narasumber antara lain Prof.DR. I Nengah Dasi Astawa ( Kepala LLDikti Bali), Wahyu Budi Nugroho,S.Sos.M.A  ( Sosiolog Universitas Udayana Bali) dan Arnoldus Dhae ( Wartawan) dengan moderator  Rohmat melibatkan puluhan awak media.Umar Ibnu Alkhatab mengatakan, Ombudsman sebagai  lembaga pengawas pelayanan publik,sebelumnya tidak banyak orang yang tahu apa itu Ombudsman,kini dikenal dan dibutuhkan oleh masyarakat Bali khususnya..

Menurut alumnus UGM dan dosen Universitas Flores ini, judul dengan kata ‘ PIONIR’ tidak bermaksud menyombongkan diri,sebab kata pionir bermakna pelopor adalah seorang yang merupakan salah satu yang pertama memasuki daerah tertentui,sehingga ia harus menemukan jalan tanpa memperoleh menfaat dari pengalaman orang lain,atau bermakna pembuka jalan bagi orang lain.

“ Untuk itu, saya tulis buku ini apa adanya.Saya adalah masyarakat biasa yang diberi amanah, tapi saya tidak berjarak dengan siapapun, dari kos-kosan, naik motor, ngojek,ngopi dan makan pun bisa dimana saja,”ujarnya. Menurut aktivis HMI,buku ini sengaja diluncurkan ,menjelang akhir jabatan  akhir Juni 2022.Diharapkan buku bisa menjadi warisan atau peninggalan yang bisa deberikan dan dimenfaatkan kepada masyarakat Bali, “ Buku ini penanda akhir tugas saya sebagai Kepala Ombudsman Bali,dimana saya pernah bertugas di Bali,’’jelasnya.

Ada 18 kisah dalam buku  pionir ,diantaranya yang menarik  yakni kisah pertama  suatu siang yang mengubah nasib Saya, mempelajari Ombudsman,bolak-balik Ende,Kupang dan Denpasar.Kisah kedua terpilih dan dilantik sebagai Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Bali,kaget dengan gaji Kepala Perwakilan Ombudsman RI dan tugas pertama sebagai Kepala Ombudsman Bali.Kisah ketiga yakni pamit dari kampus Universitas Flores,Kemudian merawat jasa bapa Ema, dan Aba ( Ayah ) membaca doa untuk bapa Ema,dan etap ikut membantu kampus.

Selanjutnya kisah Keempat, sikap legowo Aba dan Mama, Wasiat Aba sebelum wafat,Aba dijemput dari rumah sakit dan Aba wafat.Kisah Kelima,resmi menetap di Bali,numpang tidur di tempat kos teman,naik Feeder ke kantor,numpang tinggal di kantor ,berusaha mencari kamar kos,dapat tempat kos sementara,pindah ke tempat kos baru,seperti ikan pindang,ditagih sewa kos,dipungut iuran bulanan diperiksa pemangku wilayah,ditanya alamat rumah jabatan,jalan di depan  kos ditutup sementara,istri menderita sakit.

Sementara kisah  Keenam hingga 18 tentang  kinerja sebagai Kepala Ombudsman Bali selama sepuluh tahun memandu  Ombudsman Bali dilengkapin foto-foto dukomentasi diambil dari koleksi pribadi maupun  publikasi media sebanyak 46 halaman. Dan lampiran III kisah Umar membangun Ombudsman disegani dan Kepala Ombudsman Bali dan kesan Sembilan tahun bersama insan pers dimuat di Antaranews.com (30/4/2021) serta Umar Tampung dan tuntaskan keluhan masyarakat Bali dimuat di Antaranews.com (13/2/2014).

Sosiolog Unud, Wahyu Budi Nugroho,S.Sos,M.A , “Bagi saya  judul pionir itu vulgar, tapi saya terhenyuh membaca buku karya pak Umar. Orangnya rendah hati,sulit ditemukan tanpa kejujuran,” tegasnya. Dalam bertugas , Pak Umar menerapkan konsep identitas naratif yang ,merupakan subjek yang strukturalis atau patuh UU yang dalam situasi kekinian adalah sosok yang bersikap revolusioner.

Semenatara Prof.DR. I Nengah Dasi Astawa,justru menilai Umar merupakan pemimpin yang sukses dan memiliki idealisme langka, “ Sebagai pemimpin,Umar berposisi hit and run. Beliau berbaur atau cair dengan siapapun,tapi tidak larut,”jelas Dasi Astawa. Karena itu, Pak Umar bisa saja “tamat” dalam jabatan yang dilakoni selama 10 tahun, namun sosoknya belum “tamat”,karena pak Umar bisamenjadi kiblat,”tendsetter”,referensi,contoh/teladan dan panutan. Apa yang dilakukan Pak Umar juga bisa menjadi pemandu untuik Ombudsman ke depan itu sebaiknya seperti apa,”tutup Dasi Astawa. ( Smn).

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *