Koster- Sudikerta Saling Sindir, Adu Kuat Program Bali Mandara Versus PPNSB
KataBali.com – Ajang sarasehan yang digelar DPD Partai Hanura Bali bertajuk “Menyongsong Pemimpin Bali 2018” yang diselenggarakan oleh DPD Partai Hanura Bali di Hotel Mercure, Kuta, Minggu (11/12) menjadi ajang saling sindir bagi dua tokoh sentral dari dua partai di Bali (PDI Perjuangan dan Partai Golkar).
Pada sarasehan yang menghadirkan empat tokoh yakni Mantan Danjen Kopassus yang kini menjabat sebagai Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (WBT); Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster; Wakil Gubernur Bali yang juga Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta; dan Anggota DPD RI, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III (AWK), itu, paling seru saat Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster mendapat giliran untuk berbicara. Dirinya sempat bergurau dengan meledek Sudikerta yang menurutnya berusia lebih muda dari dirinya. Namun memiliki wajah yang lebih tua darinya. “Ada Pak Sudikerta yang wakil gubernur Bali. Orangnya masih muda dari saya. Tapi wajahnya lebih tua dari saya,” kata Koster.
Pria yang juga duduk sebagai anggota DPR RI Dapil Bali ini juga mempromosikan program yang menjadi jagoan PDIP Bali yakni Pola Pembangunan Semesta Berencana (PPNSB). Politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini bahkan mengatakan bahwa dirinya ditugasi oleh Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputeri untuk menerapkan program tersebut di Bali, khususnya bagi gubernur terpilih mendatang.“Saya sebagai ketua partai di Bali diutus oleh Ibu Ketua Umum ditugaskan untuk menerapkan PPNSB,” paparnya.
Bahkan dirinya menyindir programnya lebih baik dibandingkan dengan program Bali Mandara yang saat ini digulirkan oleh Pemerintah Provinsi Bali yang dipimpin oleh duet Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta. Koster mengaku bahwa PPNSB tersebut merupakan program yang warisan Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno yang dibuat dengan melibatkan 600 cendekiawan pada masanya. Ia juga menjelaskan bahwa dalam program tersebut yang diutamakann ialah pembangunan adat dan agama, yang selaras dengan pembangunan pangan serta sandang.
“Itu sangat bagus, itu direncakanan oleh Bung Karno dengan melibatkan 600 orang cendekiawan pada masa itu. Jadi yang pertama pembangunan adat dan agama, kedua baru pangan dan sandang,” jelas Koster.
Sementara itu, Sudikerta yang mendapat giliran berbicara setelah Koster langsung balik menyindir politisi PDIP tersebut. Ia mengatakan bahwa program Bali Mandara dibuat sebagai program jangka panjang 25 tahun yang bertujuan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat Bali.“Program Bali Mandara itu program jangka panjang 25 tahun untuk mensejahterakan dan kebahagiaan masyarakat,” ungkap Sudikerta.
Pria asal Desa Pecatu, Badung ini menjelaskan bahwa program tersebut sudah dirasakan oleh masyarakat Bali, termasuk kader Hanura yang hadir dalam acara tersebut. Dirinya juga berharap agar Hanura ikut mendukung dirinya maju di Pilgub 2018 mendatang.“Program ini sudah dirasakan oleh masyarakat Bali. Semua merasakannya, termasuk kader Hanura Bali. Sehingga program ini harus dilanjutkan di Jilid III. Jilid I dan II itu ialah peletakan pondasi, Jilid III dan IV ialah penguatan, dan V ialah hasil dari keberhasilan program. Mari kita lanjutkan Bali Mandara Jilid III. Kader Hanura kalau turun jangan dilupakan saya, SGBnya,” paparnya.
Sedangkan dua tokoh atau pembicara lain yakni WBT dan AWK. WBT dalam kesempatan kemarin lebih menekankan bahwa untuk pembangunan Bali ke depan yang dibutuhkan ialah aspek keamanan dan kenyaman.
Sedangkan AWK, memilih tidak banyak berbicara soal Pilgub 2018. Ia mengaku hanya mendengarkan ketiga cagub yang menurutnya para senior berbicara. “Saya duduk di sini hanya mendengar. Saya hanya mendengar para senior saja. Masalah siapa yang jadi Gubernur itu soal garis tangan Ida Sanghyang Widhi,” katanya.
Akan tetapi, dirinya mengaku bahwa yang dibutuhkan Bali ialah pemimpin yang memiliki pemahaman terhadap adat dan budaya Bali. Bahkan ia mengatakan bahwa dalam memimpin Bali, diperlukan adat dan budaya sebagai panglima.”Siapapun yang akan jadi pemimpin ke depan, budaya dan adat harus jadi panglima,” pungkasnya. (JCJy)