Reklamasi Teluk Benoa Jadi Ikon Wisata Baru di Pulau Bali

KataBali.com – Antropolog Universitas Indonesia (UI), Nurmala Kartini Sjahrir mengatakan, reklamasi Teluk Benoa di Bali ke depan akan menjadi ikon wisata baru bagi Bali.

Hal itu disampaiaknnya dalam sebuah diskusi di Jakarta akhir pekan lalu.

Hanya saja, Nurmala mengingatkan karena skill komunikasi pemerintah daerah (pemda), khususnya Badung, dinilai lemah akhirnya mendapatkan resistensi atau penolakan dari masyarakat.

Pemerintah harus mengkomunikasikan soal reklamasi sejelas-jelasnya dengan pengawasan yang ketat.

“Pada dasarnya pro dan kontra adalah hal yang wajar, namun menolak tanpa solusi dan mengabaikan begitu saja juga merupakan sikap yang tidak bertanggung jawab,” paparnya.

Menurutnya yang diperlukan masyarakat saat ini adalah suatu dialog yang cerdas antara pihak-pihak yang bersinggungan.

Pemerintah harus memfasilitasi hal ini, kalau tidak proses pembangunan ini akan berjalan di tempat.

Apalagi, reklamasi tidak selamanya harus dilihat dari sisi negatif, seperti menghancurkan habitat ekosistem di bawah laut dan menghancurkan hutan mangrove.
Namun harus dilihat dari sisi positif, yaitu bisa menghidupkan daerah dan fungsi lahan lebih optimal lagi, khususnya bagi kepentingan ekonomi masyarakat dan wisata di daerah.

“Reklamasi bukan sesuatu yang buruk bila mengacu kepada konsep revitalisasi, bukan hanya sekedar menguruk, tetapi mengembalikan fungsi daerah lebih optimal lagi bagi kehidupan masyarakat lagi,” imbuhnya.

Apabila pihak yang berdemo membela lingkungan juga menyediakan banyak waktu untuk turut membersihkan sampah yang menggunung di hutan mangrove Teluk Benoa.

Nurmala melihat, proses revitalisasi Teluk Benoa akan menjadi preseden yang baik bagi proyek reklamasi di daerah-daerah lain di Indonesia bila dapat berjalan dengan baik.

Tentunya. hal tersebut bisa dipenuhi bila Amdalnya berjalan baik dan tim kajian Amdalnya sendiri dibentuk independen oleh pemerintah dengan melibatkan yang pro dan kontra.

“Intinya pemerintah harus punya sikap tegas dan kemampuan skil komunikasi dalam mensosialisasikan reklamasi agar tidak menjadi bola liar dan membentuk opini sendiri,” demikian Nurmala. (faz)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *