Yayasan Bunda Luh Ronce, Bakti Wayan Sudirta untuk Sang Ibu

KataBali.com -Wayan Sudirta yang maju sebagai calon Bupati Karangasem bersama Ni Made Sumiati sebagai calon wakil bupati, dikenal sosok yang demikian menghormati dan menyayangi sang ibundanya Luh Ronce. Sebagai bentuk bakti dan kecintaan atas perjuangan sang ibu dalam membesarkannya, SUdirta lantas mendirikan Yayasan Bunda Luh Ronce yang bergerak di bidang kemanusiaan, demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Pepatah surga berada di telapak kaki agaknya membekas dalam diri Sudirta. Bagi Wayan Sudirta, kata-kata itu tak boleh hanya jadi jargon belaka. Ia mengabadikan nama ibunya untuk sebuah yayasan yang ia bentuk, yakni Yayasan Bunda Luh Ronce.

Melanjutkan cita-cita mendiang ibunya yang suka membantu orang semasa hidupnya, tetapi amat sangat keras mendidik siapapun, termasuk Wayan Sudirta.

Nama sang ibu diabadikan untuk Yayasan Bunda Luh Ronce. Programnya di bidang kemanusiaan, demokrasi dan HAM.

Lalu, bagaimana Sudirta menunjukkan baktinya pada Sang Ibu? Tentu, semasa ibunya masih ada, Sudirta bekerja keras, mengumpulkan uang, dan sebagian ia gunakan untuk membantu masyarakat.

Sudirta mendirikan ormas, seluruhnya mandiri, tak pernah mau menerima sumbangan pemerintah ataupun donatur asing.

Ada pemandangan unik terjadi, saat Sang Ibu mengalami struk cukup berat. Sang Ibu tidak bisa makan sendiri, tidak bisa ke toilet, sehingga harus dirawat dengan telaten.

Beberapa tahun Sang Ibu mendapat pelayanan ‘’seperti bayi’’ akibat strukt tersebut. Dan Sudirta yang tetap suka tidur di kantornya di Jl. Diponegoro Denpasar, mengajak sang ibu di kantor tersebut, atau di rumah keluarganya di Denpasar.

Seorang suster, dengan ruytin digaji untuk merawat Sang Ibu, dibantu oleh keponakannya Ni Luh Egen Pidayanti.

Kendati sang ibu menderita setruk cukup serius, Sudirta tak mengurangi kegiatan dan perjuangannya. Sembari mengikuti rapat-rapat di luar Denpasar, Sudirta memboyong sang ibu.

Mereka menginap di kamar hotel di Pantai Lovina misalnya, bersama keluaga, sembari merapatkan aktivis Pemuda Hindu, untuk isu tertentu.

Demikian juga, ketika harus ke Jakarta karena suatu kegiatan, Sudirta memboyong sang ibu diatas kursi roda, ke Jakarta.

Dan ketika akhirnya sang ibu wafat awal tahun 2000-an, Sudirta tak langsung ‘’mengabenkannya.’’ Sang Ibu ‘’mekingsan di geni’’ dan Yayasan Bunda Luh Ronce pun didirikan.

’Ibu saya pasti senang karenna cita-citanya kita teruskan, membantu masyarakat kurang mampu. Kalau dulu beliau orientasinya sosial semata-mata, saya dan kawan-kawan memperluasnya ke bidang demokrasi dan HAM,’’ imbuh Sudirta. (tim)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *