Mangrove Diolah Jadi Bahan Batik Tulis dan Makanan

Katabali.com – Selama 10 tahun terakhir, masyarakat di sekitar desa Budeng dan Perancak, Kecamatan Jembrana akrab dengan tanaman mangrove.

Hamparan ladang tidak produktif yang sebelumnya dimanfaatkan tambak, kini lambat laun berubah menjadi hutan mangrove.

Namun tak banyak yang tahu, bahwa mangrove selain berfungsi menghambat terjangan air, juga berfungsi produktif dan bisa menghasilkan uang dalam jumlah banyak.

Dari batang, akar hingga daun mangrove, kini bisa dimanfaatkan untuk bahan baku pewarna batik tulis. Selain itu juga bisa diolah menjadi bahan makanan dan minuman olahan.

“Selama ini tahunya hanya tanaman biasa, sebenarnya bisa dimanfaatkan lainnya. Seperti bahan batik tulis maupun makanan,” terang Agung, salah seorang pegawai Badan Penelitian dan Observasi Laut (BPOL), Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Perancak, Jembrana.

Puluhan warga dua desa Perancak dan Budeng, mulai mengikuti pemanfaatan pohon mangrove tersebut.

Baik pembuatan batik menggunakan bahan alami, hingga pembuatan kue dan jus berbahan pohon mangrove.

Koordinator Gerakan Pemuda Jembrana (GPJ), I Gusti Ngurah Jelantik, menilai produktifitas semacam ini semestinya terus dibangun. Sehingga masyarakat di sekitar mangrove, memahami perlunya menjaga kelestarian hutan mangrove terutama bagi daerah pesisir.

Selain melindungi daratan, juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Bagi komunitas yang sering mendengungkan konservasi dan penyelamatan lingkungan, ini merupakan langkah yang baik.

Hutan mangrove kini bisa ditemui di sekitar rawa-rawa sungai Perancak atau tepatnya jalan baru menuju Perancak.

Di tengah-tengah hutan mangrove inilah, terdapat BPOL yang merupakan pusat riset dan penelitian kelautan.

Dari sinilah, semua data pergerakan ikan tangkap seperti ikan tuna, cakalang dan lemuru diolah dan disebarkan. Selama 10 tahun sejak ditanam dan berdirinya BPOL, kini hektaran mangrove tumbuh subur di tanah bekas tambak tersebut.

Selama ini, belum banyak masyarakat sekitar yang mengetahui bahwa di Perancak terdapat pusat riset kelautan. Pascaterbakar tahun 2010 lalu, gedung pusat data telah diperbaiki.

Dan kini setelah 10 tahun, BPOL berupaya mengajak masyarakat sekitar dan siswa untuk mengenal pusat riset tersebut.

Selain pengembangan fungsi mangrove bagi masyarakat, BPOL juga berkontribusi terhadap upaya konservasi dengan menciptakan media pengembangbiakan terumbu karang menggunakan batok kelapa.

Batok kelapa yang biasa banyak ditemui di sekitar pantai ternyata bisa dimanfaatkan untuk media pengembangbiakan terumbu karang. Teknologi itu bahkan telah diakui dan dipatenkan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.(tim)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *