BI Ajak Masyarakat Cinta, Bangga dan Paham Rupiah Sebagai Simbol Kedaulatan Negara
Foto : Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Provinsi Bali,Trisno Nugroho, saat sosialisasi Cinta, Bangga dan Paham Rupiah, Selasa (4/5 ) di Nusa Dua Bali.nn
KataBali.com – Denpasar – Bank Sentral, Bank Indonesia ( BI ) sangat mendorong digitalisasi dan penggunaan transaksi digital untuk pemulihan ekonomi, disamping itu BI juga tetap menjalankan amanah untuk menjaga ketersediaan uang Rupiah sebagai simbol kedaulatan negara di seluruh NKRI dalam jumlah yang cukup, pecahan sesuai, dan sejalan dengan strategi nasional kebijakan non tunai.
Namun Rupiah di masyarakat, ada fenomena dimana Rupiah masih dipandang sebagai sebuah instrumen transaksi saja dan belum diimbangi dengan rasa Cinta, Bangga serta Pemahaman mengenai Rupiah secara seutuhnya.Fenomena seperti penggunaan selain Rupiah sangat disayangkan,karena tidak hanya mencederai kedaulatan Negara, tetapi juga memberikan dampak kerentanan terhadap fundamental perekonomian Bangsa.
Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengungkapkan hal itu, saat Silaturahmi dan Sosialisasi Kepada Tokoh masyaralat dan Agama di Bali Cinta, Bangga dan Paham Rupiah Selasa ( 4/5 ) di Nusa Dua. Sebagai sebuah simbol Negara, Bank Indonesia secara konsisten mengangkat kisah perjuangan Bangsa dan keragaman budaya pada desain uang Rupiah salah satunya daerah Bali.
“ Bali patut berbangga karena menjadi daerah terpilih yang menghiasi desain uang Rupiah seperti gambar pahlawan I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Pudja, keindahan alam Bali yaitu gambar Pura Ulun Danu Danau Beratan, Tari Legong, Batara Kala, Tari Pendet dan terakhir penggunaan gambar Kain Gringsing pada Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Republik Indonesia, “ jelas Trisno.
Ia menjelaskan, dengan memperhatikan kondisi obyektif bahwa belum semua masyarakat kita tersentuh oleh digitalisasi yang salah satunya disebabkan keterbatasan akses digital. Oleh karena itu Bank Indonesia selalu hadir di tengah-tengah masyarakat untuk terus menjaga ketersediaan uang Rupiah layak edar di seluruh wilayah NKRI sebagai salah satu perwujudan kedaulatan negara.
Menurut Trisno, salah satu tren digitalisasi paling berpengaruh adanya sistem pembayaran. Kemudahan yang ditawarkan menyebabkan preferensi dan akseptansi masyarakat terhadap penggunaan platform dan instrumen pembayaran digital terus meningkat disegala sektor ekonomi.
Tidak hanya disektor ekonomi, penerapan digitalisasi juga diterapkan pada sektor sosial keagamaan mulai dari ibadah secara online, ceramah secara online, termasuk pada cara pembayaran donasi/persembahan/infaq sodaqoh yang semula konvensional secara tunai beradaptasi menjadi nontunai berbasis digital.
Rupiah merupakan identitas dan simbol bangsa. Keduanya tidak dapat terpisahkan, namun sayangnya seringkali masyarakat lupa bahwa Rupiah merupakan bagian dari perjalanan sejarah bangsa. Penggunaan mata uang tunggal Rupiah menggambarkan persatuan dan kedaulatan Indonesia.
Trisno mengajak, semua pihak mencintai, bangga dan memahami Rupiah, “ Mari mencintai Rupiah dengan mengenali, merawat dan menjaganya dengan sepenuh hati. Mencintai dengan mengenal filosofi dan makna di balik desain uang Rupiah. Bali memiliki tempat tersendiri pada Rupiah karena Pahlawan, kesenian dan pemandangan alam Bali telah menghias Rupiah.
“ Mari merawat dengan memperlakukan Rupiah secara baik dengan menghindari uang dari terlipat, tercoret, basah dan robek. Menjaganya dengan mengetahui cara mengenali keasliannya sehingga bersama dapat menghentikan pengedaran Rupiah palsu, “ imbuh Trisno.
Sebagai simbol kedaulatan bangsa harus berbangga dan hormati Rupiah, “ Kami sangat berbangga terhadap pelaku usaha dan masyarakat Bali karena sebagai daerah pariwisata Bali terdepan untuk memastikan Rupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah di tengah transaksi yang dilakukan wisatawan asing, “ kata Trisno.
Paham Rupiah,peran penting mata uang salah satu pilar stabilitas keuangan negara. Masyarakat agar memperlakukan Rupiah saat bertransaksi, berbelanja dan berhemat,bijak berbelanja, sesuai kebutuhan untuk menjaga dari terjadinya inflasi serta belanja produksi dalam negeri. ( nn )