Balingkang Kintamani Festival 2019
KataBali.com – Berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan oleh UNWTO, tahun 2018 jumlah wisatawan internasional mencapai 1.4 milliar. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang mencatat 1.322 milliar wisatawan yang melakukan perjalanan internasional. Turis asal Tiongkok masih mendominasi dengan kontribusi jumlah wisatawan sebanyak 131 juta wisatawan di tahun 2017 secara global.
Sedangkan Pemerintah Provinsi Bali menargetkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali pada tahun 2019 sebanyak 1,5 juta – 1,6 juta. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada November 2018, kunjungan wisatawan Tiongkok turun 37,51%, menduduki posisi kedua, yang sebelumnya selalu peringkat satu kunjungan tertinggi ke Bali. Terlebih terjadinya praktik toko dan jual beli kepala yang sempat membuat turun jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok di Bali.
Untuk dapat menggairahkan kembali kunjungan wisman Tiongkok ke Bali, Wakil Gubernur Bali bersama stakeholder pariwisata membuat festival Chinese New Year 2019, 6 Februari nanti. Strategi yang digunakan adalah mengikat wisatawan Tiongkok dengan hubungan budaya yang terjalin antara Bali dan Tiongkok sejak jaman dulu.
Wisatawan Tiongkok sejauh ini hanya menikmati atraksi wisata alam dan belum mengenal lebih jauh kebudayaan Bali.
Padahal budaya Bali dan Tiongkok sangat erat kaitannya. Akulturasi Budaya Bali dan Tiongkok sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Dibuktikan dengan adanya situs kerajaan Balingkang di Bali. Dengan adanya Balingkang Kintamani Festival inI, wisatawan Tiongkok akan diperkenalkan dengan kebudayaan Bali serta bagaimana budaya tersebut pernah berinteraksi dengan kebudayaan Tiongkok.
Balingkang Kintamani Festival 2019 merupakan inisiasi dari Pemerintah Provinsi Bali bersama Bali Tourism Board (BTB) dalam rangka menyambut kedatangan wisatawan Tiongkok pada Tahun Baru Imlek tahun 2019. “Jadi ini (budaya), salah satu tools yang kita pakai,” kata Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Gubernur Bali.
Dengan festival ini Ia ingin mengembangkan daya tarik baru untuk Bali khususnya di Batur, Kintamani dengan mengangkat budaya. Festival yang dipusatkan di depan Pura Batur, Kintamani ini akan mengangkat cerita Dalem Balingkang. Dengan bekerjasama dengan Bali Liang, pada tanggal 6 Februari nanti, tamu Tiongkok sekitar 2.000 wisatawan yang ada di Bali diarahkan ke Batur. Festival ini akan menekankan pada alkulturasi budaya Bali dan Tiongkok melalui kisah percintaan segitiga antara Raja Jaya Pangus, Putri Kang Cing We, dan Dewi Danu yang dikemas dalam bentuk parade budaya.
Ketua Bali Tourism Board (BTB) IB Agung Partha Adnyana mengatakan, di dunia kisah romance tidak pernah habis. Romeo and Juliet contohnya. Semua orang tahu sampai ke kampung pun mengetahui kisah itu. Di Bali juga ada kisah romance yaitu Jaya Pangus dan Kang Cing Wie dan IB Sri Danu. Cinta segitiga itu telah menorehkan kisah cinta yang romantis.
“Kita harus kemas agar orang antusias menonton,” imbuhnya. Sementara Kintamani sudah dari dulu terkenal, sejak 100 tahunan lebih. Maka dari itu ia ingin memperkenalkan daerah itu sebagai daerah teromantis di dunia dengan festival ini.
Untuk memaksimalkan festival ini, akan disediakan pemandu wisata yang berbahasa mandarin untuk mengkomunikasikan inti cerita kepada para wisatawan. Cerita juga akan dipadukan dengan bukti langsung peninggalan kerajaan Balingkang di Kintamani seperti kawasan pura sehingga pertunjukan ini akan menjadi pengalaman yang unik untuk dinikmati wisatawan Tiongkok.
Diharapkan Balingkang Kintamani Festival bisa menjadi langkah awal revitalisasi pasar wisatawan Tiongkok di Bali yang sebelumnya sempat mengalami penurunan. Karakteristik wisatawan asal Tiongkok yang banyak mengandalkan rekomendasi dari keluarga dan kerabat serta ulasan sosial media saat memilih sebuah destinasi untuk berlibur, diperlukan strategi publikasi yang tepat.
Panitia akan menggunakan baik mass media asal Tiongkok maupun sosial media khusus seperti WeChat dan Weibo untuk dapat menyiarkan dan mempublikasikan kesuksesan festival ini nantinya. Selain itu juga panitia berusaha mengundang Key Opinion Leader (KOL) atau media influencer asal negeri tirai bambu untuk lebih menguatkan gaung festival ini. (*)