Program “Nawa Candra” Kena di Hati Masyarakat Bali
Pada intinya, Nawacandra adalah pemerataan pembangunan di 9 kabupaten dan kota di Bali sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing itu sudah mulai dipahami masyarakat Bali mulai dari kelompok masyarakat paling bawah hingga para tokoh agama dan tokoh masyarakat di Bali. Ada banyak tanggapan positif dari masyarakat tentang Nawacandra.
Pengasuh Pondok Pesantren Thoriqul Mahfuds Desa Sumber Sari, Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Kyai Haji Marzuki Hasan menilai, Nawacandra itu tidak muluk-muluk, mudah dipahami oleh masyarakat kecil di lapisan paling bawah.
“Saya harus jujur mengatakan bahwa Nawacandra itu sudah sangat sesuai dengan hati nurani masyarakat Bali,” katanya Senin 19 Maret 2018.
Bila dicermati seluruh item program Nawacandra dengan butir operasionalnya, maka program itu sesungguhnya bisa dengan mudah diserap masyarakat, gampang diwujudkan bahkan dengan postur APBD yang ada saat ini di Bali dan di kabupaten dan kota di Bali.
Bersama komunitas muslim di Jembrana siap mendukung Paslon nomor 2 yakni Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta bukan tanpa alasan. Ia sudah mencermati jika Nawacandra itu tidak muluk-muluk, bisa diterapkan, mudah dipahami dengan mudah.
Dalam konteks lokal Jembrana dengan komunitas muslimnya, paslon nomor 2 yakni I Ketut Sudikerta sudah membuktikan keberpihakan kepada komunitas muslim di Jembrana. Sementara tokoh senior Golkar Gede Wirata mengatakan, rakyat Bali tidak suka janji-janji.
Rakyat Bali tidak suka dimanjakan dengan bantuan langsung tunai. Dalam Nawacandra, potensi dan sumberdaya lokal benar-benar dimanfaatkan.
“Sesungguhnya rohnya Nawacandra adalah pembedayaan, bukan dimanjakan dengan berbagai bantuan yang ada. Hal ini tampak jelas dalam butir-butir operasional dari program Nawacandra,” ungkapnya.
Program ini menyentuh langsung kebutuhan dan harapan hidup masyarakat,” ujarnya. Beberapa di antaranya bisa disebutkan pendidikan, kesehatan, pariwisata, pertanian, seni budaya, lingkungan hidup. Semuanya bisa memberdayakan manusia dan potensi lokal yang ada. “Pemerintah hanya sebagai pendukung, pembimbing, dan motivator,” jelasnya. (*)