Rilis Data Resmi, BPS Soroti Tingkat Inflasi di Kota Denpasar dan Singaraja

KataBali.com –  Kota Denpasar dan Singaraja mengalami tingkat inflasi cukup tinggi pada periode bulan Januari 2017. Angka inflasi itu antara lain dipicu kenaikan harga cabai rawit, biaya perpanjangan STNK dan tarif upah pembantu rumah tangga (PRT). Hal itu terungkap dalam rilis resmi yang disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, Rabu (1/2).

 
Lebih jauh Adi Nugroho menerangkan bahwa tingkat inflasi di Kota Denpasar pada periode bulan Januari 2017 mencapai 1,39 persen dan Singaraja mencatat angka inflasi 1,79 persen. Inflasi di dua kota besar ini mendapat perhatian BPS Bali karena lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,394 persen.

 
Menurut Adi Nugroho, ada 10 komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Denpasar dan kenaikan biaya perpanjangan STNK sebesar 105,76 persen memiliki andil paling besar. Selain itu, kenaikan harga cabai rawit yang mencapai 72,32 persen dan kenaikan upah PRT sebesar 2,27 persen juga turut mempengaruhi angka inflasi di Kota Denpasar. “Komoditas penyumbang inflasi lainnya adalah tarif pulsa ponsel, tarif listrik, harga mobil, BBM non subsidi, rokok kretek filter dan ikan jengki,” paparnya.

 
Sementara komunitas penyumbang angka inflasi di Kota Singaraja meliputi kenaikan harga cabai rawit, tarif listrik, biaya perpanjangan STNK, daging ayam ras, BBM non subsidi, buncis, tarif pulsa ponsel, ikan tongkol, telur ayam dan dan bayam.

 
Pada bagian lain, dipaparkan pula perkembangan nilai kumulatif ekspor barang asal Bali yang mengalami peningkatan dari US$ 498.681.698 pada periode Januari-Desember 2015 menjadi US$ 505.119.761 pada periode Januari-Desember 2016. Dengan kata lain, ujar Adi Nugroho, nilai ekspor Bali mengalami peningkatan sebesar 1,29 persen. Negara yang menjadi pasar utama ekspor Bali antara lain Amerika Serikat, Australia, Jepang, Singapura dan Tiongkok. “Amerika Serikat masih menempati presentase tertinggi yaitu 25,52 persen dan disusul Australia 9,19 persen,” ujar Adi Nugroho seraya berharap agar kebijakan Amerika di bawah kepemimpinan presiden yang baru tetap berpihak pada pertumbuhan ekspor Provinsi Bali.

S

ejalan dengan itu, keberadaan Industri Mikro Kecil di Provinsi Bali juga mengalami pertumbuhan positif di tahun 2016 yang mencapai 11,56 persen. Hal yang sama juga terjadi pada angka gini ratio (ketimpangan pengeluaran) yang ada pada kisaran 0,374 persen , lebih rendah dari rata-rata nasional yang mencapai 0,394 persen.

 

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *