Pemkab Tabanan Rancang Perluasan Pengelolaan Sampah
KataBali.com – Tabanan – Pemkab Tabanan bersiap mengelola sampah secara modern. Seiring itu akan dilakukan perluasan lahan untuk pengolahan sampah di kawasan TPA Mandung, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan.
Sekda Tabanan Gede Susila mengatakan perluasan lahan dilakukan bagian dari mendukung pengolahan sampah secara modern. “Lokasinya di seputaran itu (TPA Mandung). Dianggarkan Rp 6 miliar. Tapi ini belum, nanti,” ujarnya, Jumat (19/9).
Menurutnya, perluasan lahan ini bagian dari proses pengolahan sampah yang lebih baik. Sebab pengolahan sampah secara oven damping akan distop akhir Desember 2025 ini. “Makanya sekarang secara perlahan kawasan TPA akan ditata dulu,” tambah Susila.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan I Gusti Putu Ekayana menegaskan perluasan itu lahan bukan kawasan sampahnya. “Perluasan lahan maksudnya itu untuk mendukung pengolahan sampah di TPA Mandung seperti menaruh alat – alat, bukan memperluas pembuangan sampah,” tegasnya.
Sebab, kata Ekayana, saat ini TPA Mandung akan dilakukan revitalisasi. Revitalisasi dimaksud targetnya tahun 2026 akan melakukan teknik pengolahan sampah controled landfill. “Sekarang dari oven damping akan menuju controled landfill,” tandasnya.
Menurut Ekayana, pengolahan sampah di TPA Mandung sebenarnya sudah dimulai sejak 2019 sesuai Pergub Bali. Namun terhambat karena pandemi Covid-19 dan kebakaran di TPA Mandung. Untuk mendukung kebijakan, Pemkab Tabanan mendorong percepatan pembangunan teba modern di desa-desa.
“Hingga kini, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) mencatat sudah ada 49 teba modern. Sebagian besar dibangun mandiri oleh desa dan jumlahnya terus bertambah,” katanya.
Ekayana menambahkan teba modern mempersingkat pengolahan sampah organik menjadi kompos, hanya 1–2 bulan jika dicampur dengan eco enzim. “Dengan teba modern, masyarakat punya alternatif mengelola sampah di sumbernya sebelum dikirim ke TPA,” kata Ekayana.
Tabanan juga memiliki 43 TPS3R yang tersebar di 10 kecamatan, namun hanya 28 yang masih aktif. Kendala yang dihadapi meliputi pemasaran kompos dan plastik daur ulang, biaya operasional tinggi, dan partisipasi warga yang masih minim. “Sebagian warga masih membuang sampah organik ke tegalan sendiri. Perlu waktu untuk mengubah mindset,” tambah Ekayana.
Saat ini, kondisi TPA Mandung sudah overload. Tiap hari sampah yang masuk sampai 110 ton. Bahkan jika ada upacara maupun bencana banjir meningkat menjadi 60 persen. hbd

