Karangasem Gaungkan Pelestarian Agroforestry Salak di Forum GIAHS Nasional: Warisan Dunia untuk Masa Depan
KataBali.com – Jakarta — Pemerintah Kabupaten Karangasem terus memperkuat komitmennya dalam pelestarian sistem pertanian warisan dunia, dengan menonjolkan Agroforestry Salak Sibetan sebagai model ketahanan pangan berbasis kearifan lokal.
Hal ini disampaikan Sekda Karangasem I Ketut Sedana Merta dalam paparannya pada Forum Konsolidasi Nasional untuk Penguatan Warisan Sistem Pertanian Dunia (GIAHS) yang diselenggarakan oleh Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pertanian RI, Sabtu (2/8) di Jakarta.
Sekda hadir sebagai narasumber utama dalam forum strategis ini, didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah, yang memaparkan potensi dan keberhasilan sistem pertanian berkelanjutan yang telah dijalankan masyarakat Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem.
“Penetapan Agroforestry Salak Sibetan sebagai bagian dari sistem GIAHS oleh FAO sejak 2024 adalah pengakuan dunia terhadap warisan leluhur kita,” ungkap Sekda.
Dalam presentasinya, Sekda menekankan bahwa keberhasilan menjaga keanekaragaman hayati dan produktivitas ekonomi tidak lepas dari kearifan lokal yang dijaga secara turun-temurun oleh masyarakat. Sistem agroforestry ini memadukan konservasi lingkungan dengan pertanian produktif, tanpa mengorbankan keseimbangan ekosistem.
“Agroforestry salak ini bukan hanya pertanian, tetapi sistem kehidupan. Ia menjaga tanah tetap lestari, air tetap tersedia, dan masyarakat tetap berdaya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sekda menekankan pentingnya dukungan lintas sektor dan lintas level pemerintahan agar sistem ini tetap lestari dan mampu memberikan manfaat berkelanjutan bagi generasi mendatang.
“Kami mengajak seluruh pihak, baik dari pemerintah pusat, daerah, dunia akademik, dan komunitas internasional untuk terus mendukung keberlangsungan sistem GIAHS. Ini bukan hanya milik Karangasem, tapi warisan dunia yang harus kita jaga bersama,” tegasnya.
Forum GIAHS Nasional ini menjadi ruang konsolidasi penting untuk menyamakan langkah dalam melindungi dan mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan berbasis budaya, yang telah mendapat pengakuan global dari FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations).
Dengan membawa semangat pelestarian dan inovasi, Karangasem menunjukkan bahwa masa depan pertanian tidak harus meninggalkan akar tradisi, justru harus bertumpu padanya. hkr