Tanpa Miliki Redaksi, Radio Lupa Fungsi Kontrol Media
KataBali.com – Denpasar – Dalam dunia penyiaran, fungsi radio sebagai media pendidikan, penyebaran informasi, dan kontrol sosial sangat penting. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri ketika radio tidak memiliki redaksi yang kuat. Nengah Muliarta, Komisioner Komisi Penyiaran Daerah (KPID) Bali periode 2014-2017 dan akademisi di Universitas Warmadewa, menekankan hal ini saat menjadi narasumber pada acara Penulisan Feature Radio yang diselenggarakan oleh Radio Komunitas Voice of Trisma, SMAN 3 Denpasar di Denpasar pada Rabu (18/12).
Muliarta memulai dengan menjelaskan bahwa radio tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media yang memiliki tanggung jawab sosial. “Tanpa redaksi yang jelas, radio berisiko kehilangan fungsi kontrolnya terhadap informasi yang disampaikan. Redaksi berperan penting dalam menyaring dan mengelola informasi agar sesuai dengan standar jurnalistik,” ujar pria yang merupakan mantan reporter Radio VOA Suara Amerika.
Menurutnya, kehadiran redaksi adalah langkah awal untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Salah satu masalah yang sering dihadapi radio adalah kecenderungan untuk menyiarkan berita yang sudah diterbitkan di media cetak. Muliarta menekankan bahwa radio, sebagai media dengan kecepatan penyampaian informasi, seharusnya mampu memberikan perspektif yang lebih segar dan analitis terhadap berita.
“Jangan sampai radio hanya menjadi pengulangan informasi yang sudah ada. Ini mengurangi nilai tambah yang seharusnya bisa diberikan oleh radio sebagai media massa. Dengan kecepatannya radio mestinya mampu menghadirkan informasi segar, bukan membacakan berita yang terjadi kemarin yang sudah basi” katanya. Penyiaran berita yang hanya menyalin dari media cetak menciptakan kesan bahwa radio tidak memiliki orisinalitas dan kreativitas dalam penyampaian berita.
Lebih lanjut, Muliarta mengingatkan bahwa beberapa radio juga sering kali mengambil informasi dari media sosial tanpa verifikasi yang memadai. “Ini sangat berbahaya. Informasi di media sosial sering kali tidak terverifikasi dan bisa saja berupa hoaks. Ketika radio membacakan informasi tersebut, mereka berpotensi menyebarkan informasi yang salah kepada publik,” ungkapnya. Hal ini menunjukkan bahwa minimnya redaksi dapat berakibat fatal, tidak hanya bagi radio itu sendiri, tetapi juga bagi pendengar yang mengandalkan radio sebagai sumber informasi.
Muliarta menekankan pentingnya radio untuk berfungsi sebagai kontrol sosial. “Sebagai media, radio memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan mengkritisi kebijakan publik serta tindakan pemerintah. Tanpa redaksi yang berfungsi dengan baik, radio tidak dapat menjalankan peran kritis ini,” kata Muliarta. Ia menambahkan bahwa radio harus mampu memberikan analisis yang berimbang dan objektif, sehingga pendengar dapat memahami isu-isu penting dengan lebih baik.
Dalam konteks pendidikan, Muliarta menjelaskan bahwa radio juga berperan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Dengan adanya redaksi, radio dapat menyusun program-program yang mendidik dan informatif. Ini penting untuk membangun masyarakat yang kritis dan berpengetahuan,” ujarnya. Program-program pendidikan yang disusun oleh redaksi dapat mencakup berbagai isu, mulai dari kesehatan, lingkungan, hingga kebudayaan. Tanpa redaksi, isi siaran cenderung menjadi acak dan tidak terarah, sehingga kehilangan potensi edukatifnya.
Selain itu, Muliarta juga menyoroti bagaimana radio dapat menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah. “Radio yang memiliki redaksi yang baik dapat menyampaikan aspirasi masyarakat dan menjadi suara rakyat. Ini adalah fungsi penting dari media sebagai lembaga kontrol,” jelasnya. Radio yang tidak memiliki redaksi cenderung kehilangan kemampuan untuk mengumpulkan dan menyampaikan suara masyarakat secara efektif.
Dalam penutupannya, Muliarta mengingatkan para peserta pelatihan bahwa radio harus berkomitmen untuk menjaga integritas dan kredibilitasnya.
“Tanpa redaksi, radio hanya akan menjadi alat penyebaran informasi yang tidak bertanggung jawab. Ini bukanlah fungsi media yang sebenarnya,” tegasnya. Ia berharap para peserta dapat memahami pentingnya memiliki redaksi yang profesional dan kompeten dalam menjalankan fungsi radio sebagai media informasi yang edukatif dan kritis.
Dengan penekanan yang kuat pada pentingnya redaksi, diharapkan radio dapat kembali menjalankan peranannya dengan baik. Radio bukan hanya sekadar sarana hiburan, tetapi juga merupakan media yang memiliki tanggung jawab sosial untuk mendidik, menyebarkan informasi yang akurat, dan melakukan kontrol terhadap kebijakan publik. Tanpa redaksi, radio berisiko kehilangan esensinya sebagai media yang berfungsi untuk kemajuan masyarakat. mul