Sekretaris Daerah Provinsi Bali Berkomitmen Dukung Gerakan Penurunan Emisi Karbon untuk Mitigasi Perubahan Iklim
KataBali.com – BADUNG – Perubahan iklim akibat aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global. Dampak dari perubahan ini juga mempengaruhi variabilitas iklim alami yang teramati dalam jangka waktu tertentu, yang dapat menyebabkan bencana iklim di berbagai wilayah, termasuk di Provinsi Bali.
Setiap negara berupaya mencapai puncak emisi global (peaking) secepat mungkin, oleh karena itu masing-masing negara diwajibkan menyampaikan kontribusi penurunan emisi karbon setiap lima tahun sekali melalui Nationally Determined Contributions (NDC).
Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menegaskan bahwa kontribusi penurunan emisi harus meningkat setiap periode. Negara berkembang, seperti Indonesia, memerlukan dukungan untuk meningkatkan ambisinya dalam mengurangi emisi karbon. “Indonesia telah menyampaikan dokumen Nationally Determined Contributions (NDC), yang merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam upaya menurunkan emisi karbon secara global,” ungkapnya.
Dewa Made Indra juga menekankan pentingnya rencana aksi daerah. “Daerah bersama-sama bergerak melalui rencana aksi masing masing. Sehingga tepat pada waktunya akan bisa menghasilkan dokumen kualified yang memenuhi syarat untuk itu dengan target kita memiliki dokumen rencana aksi yang akan digunakan ke depan untuk berupaya menurunkan emisi karbon di provinsi Bali ini,” ujarnya dalam acara Kick-Off Penyusunan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim Provinsi Bali di Swiss-Belhotel, Tuban, Senin (27/8).
Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup terus berupaya melakukan mitigasi perubahan iklim dengan menjalankan program yang bertujuan menurunkan emisi dan meningkatkan penyerapan gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi.
Selain mitigasi, strategi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim juga diperkuat. Langkah ini bertujuan mengurangi dampak negatif, seperti peningkatan bencana iklim ekstrem di Bali, serta memaksimalkan manfaat positif dari perubahan iklim yang terkendali.
Dampak perubahan iklim di Bali sudah terlihat dari meningkatnya kejadian bencana seperti banjir, longsor, rob, dan kekeringan. Selain itu, perubahan iklim juga mempengaruhi kesehatan masyarakat dengan peningkatan kasus DBD dan diare.
Perubahan iklim juga berdampak pada sektor infrastruktur dan pertanian, dengan kerusakan bangunan akibat angin kencang, gagal panen, dan penurunan produktivitas di sektor peternakan dan perkebunan. Cuaca yang tidak menentu juga mengakibatkan pergeseran musim hujan dan kemarau, yang mengancam keanekaragaman hayati serta ekosistem darat, air tawar, dan laut.
Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Irawan Asaad, menekankan pentingnya identifikasi kerentanan perubahan iklim. “Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, identifikasi ini sangat penting untuk menyusun langkah adaptasi yang efektif,” jelasnya.