Gubernur Koster Hindarkan Bali dari Kelompok Ekstremis
KataBali.com – Badung – Ketua KONI Badung I Made Nariana menyatakan, kita semua sebetulnya mencintai sepak bola, tetapi kalau ada kepentingan yang lebih luas dan besar, tentu bisa dipertimbangkan. “Sekarang dengan adanya pro kontra atas rencana Piala Dunia U-20 di Indonesia, yang salah satunya Bali akan dijadikan tempat pertandingan, saya pikir itu wajar-wajar saja,” kata Made Nariana seraya menyatakan ada dua gubernur, yakni Gubernur Bali dan Gubernur Jawa Tengah yang melakukan penolakan terhadap Tim Israel di Piala Dunia U-20, sehingga atas hal ini beliau tidak menolak Piala Dunia U-20 di Bali dan di Indonesia, namun hanya menolak Tim Israel.
Made Nariana juga menyinggung soal sikap FIFA. FIFA sendiri dikatakan tokoh asal Mengwi, Badung ini sedang bermain politik sebetulnya. Waktu Piala Dunia Qatar, Rusia tidak diperbolehkan bermain. “Lalu kenapa, kalau kita meminta Israel tidak boleh main di Indonesia? Sebetulmnya bisa juga. Nah inilah persoalan yang saya lihat dan ikuti di media sosial,” ujar Nariana yang juga merupakan salah satu jurnalis senior di Bali.
Made Nariana pula menilai, alasan Bali terutama Gubernur Bali menolak Tim Israel bertanding di Bali, Pertama, saya pikir itu ada sifat kesejarahan juga, Bung Karno sejak lama tidak setuju kalau Israel diikutkan dalam kejuaraan yang diadakan di Indonesia. Karena dianggap Israel itu tidak mengakui kemerdekaan Palestina, padahal pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 kita menyangkut perdamaian dunia, seluruh negara harus merdeka.
Kedua, menyangkut keamanan Bali sendiri. “Kita baru saja habis
covid-19 selama dua setengah tahun, dan merangkak maju ke depan pariwisata
kita, kalau nanti benar sesuai intelijen Israel bahwa, kalau Israel bermain di
Bali dan di Indonesia akan diganggu oleh kaum ekstremis atau kaum radikal di
dunia dan di Indonesia, kan nama Bali akan hancur. Saya membaca yang terakhir,
bahwa bukan sekadar karena penolakan ini, tetapi sejak lama atau sebelumnya
intelijen Israel katanya sudah mengendus bahwa kalau Israel bermain di
Indonesia akan diganggu atau jangan-jangan lebih serem lagi. Kalau itu yang
terjadi di Bali, dan kita pengalaman sudah dua kali Bali dibom oleh kaum
radikal, maka Bali kita akan hancur,” ungkapnya seraya mengajak seluruh lapisan
masyarakat untuk harus memahami masalah ini secara lebih mendalam.
Berbicara sepak bola, Made Nariana menyatakan sangat mencintai sepak bola. Bahkan dirinya berpikir, bahwa FIFA juga grusa-grusu dalam keputusan. Semestinya, pengalaman Piala Dunia di Qatar dijadikan sebagai pengalaman yang berharga juga bagi FIFA, jangan pilih kasih dan seharusnya tetap dilakukan di negeri kita. Berikutnya saya pikir, mengenai pendapat-pendapat di masyarakat bahwa sepak bola jangan dikait-kaitkan dengan politik atau politik jangan mengganggu olah raga. “Saya kira itu tidak benar, saya sudah ikut berpolitik hampir setengah abad kehidupan saya ini. Saya jadi jurnalis juga lebih dari setengah abad. Saya mengikuti bagaimana politik ikut mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat, jangankan masalah olah raga yang begitu besar pengaruhnya terhadap masyarakat, kadang-kadang di rumah tangga pun kita berpolitik. Sebab banyak hal yang terjadi, karena kondisi politik lah kadang-kadang dunia olah raga itu terganggu atau olahraga menganggu kondisi politik suatu masyarakat dan itu terjadi di suatu daerah,” jelasnya secara tegas.
Ketiga, yang saya ingin katakan juga ternyata pembatalan FIFA mengenai Piala Dunia U-20 di Indonesia dan di Bali khususnya, tidak ada kaitan dengan apa yang diucapkan oleh Gubernur Bali dan Gubernur Jawa Tengah. “Dalam pengumuman FIFA tidak ada menyebut soal Israel, yang disebut malahan kasus Kanjuruhan yang terjadi di Malang tahun 2022. Saya kira itu yang harus saya sampaikan, sehingga kita semua harus berjiwa besar terhadap keputusan FIFA ini, mari sekarang tunjukan kita tetap bisa bermain sepak bola dan bahkan lebih fokus kita bisa meningkatkan prestasi, serta dijadikan pembelajaran oleh semua pihak,” tutupnya. hb