Ketua Dekranasda Provinsi Bali Membuka Webinar “Bincang Mode” Bersama Samuel Wattimena

KataBali.com – Denpasar – Keinginan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali untuk mengawal perkembangan dan pertumbuhan kerajinan tangan khususnya kain tradisional tenun terus dilakukan secara berkesinambungan. Untuk menjangkau seluruh Ketua Dekranasda se-Bali sekaligus, Ketua Dekranasda Provinsi Bali menginisiasi pelaksanaan webinar, di Gedung Gajah, Jayasabha, Denpasar, Jumat (10/2).

Webinar yang dikemas dalam “Bincang Mode” mendatangkan langsung narasumber perancang busana nasional Samuel Wattimena serta diikuti pula desainer busana asal Bali. Dalam webinar kali ini Samuel Wattimena menjelaskan bagaimana cara membangkitkan identitas daerah dan wilayah melalui garapan seni tangan-tangan desainer muda. “Selain itu, sebagai desainer kita tidak boleh anti terhadap Wastra Nusantara yang merupakan salah satu warisan budaya kita,” tegas perancang busana yang punya segudang prestasi..

Kegiatan ini diharapkan mampu memberi keseimbangan wawasan dan pengetahuan antara desainer Bali dengan desainer luar, sosialisasi yang dilaksanakan melalui webinar ini sebagai upaya menyebarluaskan informasi terkait pentingnya pengetahuan dan dedikasi dalam menjaga warisan budaya, yang saat ini dapat dikatakan terus berkembang dan termodifikasi. Selain sosialisasi, Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Bali juga melaksanakan aksi sosial berupa pameran, dan pengawasan terhadap karya kerajinan di daerah Bali agar apa yang harus dikerjakan dan dilestarikan tidak tumpang tindih.

Keberadaan Dekranasda untuk membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat, dengan cara melaksanakan kontrol terhadap karya kerajinan dari hulu hingga hilir, sehingga kerajinan yang mesti di lestarikan dan kembangkan mampu berjalan sesuai dengan yang di inginkan.

Dengan aktif dan berkembangnya produk model kerajinan fashion pakaian yang menggunakan kain tenun tradisional Bali tentu saja memutar mata rantai perkembangan karya, yakni mengangkat derajat kain tenun tradisional Bali, inspirasi desainer Bali untuk membuat karya model tidak mengalahkan rasa seni dan bangkitnya desainer jiwa entrepreneur muda asal Bali.

Perancang busana nusantara Samuel Wattimena pada kesempatan ini menerangkan sejumlah kiat untuk sukses menjadi desainer, salah satunya adalah berani merancang busana yang memiliki perbedaan dengan busana-busana yang sudah ada, namun tetap memenuhi estetika ketimuran yang sopan dan bisa digunakan dalam acara apapun itu.

Selain itu, perancang busana yang memulai karirnya di tahun 1979 dan menjadi lokomotif desainer muda ini juga menerangkan mata rantai dunia kreatif yang pembelajarannya dimulai dari alam dan budaya. “Bagaimana kita mengasah kepekaan untuk mengisi periode kreativitas di dunia modeling, sehingga mampu menghasilkan eksotik journey nusantara,” ungkapnya.

Karakter wastra nusantara, karena jika kalian semakin tahu tentang bagaimana kekayaan nusantara maka akan mampu memberikan kontribusi terhadap wastra nusantara, dan jika memiliki kedalaman nusantara maka kita akan mampu memberikan dedikasi terhadap pengelolaan motif perhiasan selain wastra. Pengelolaan karakter secara lokal akan menumbuhkan sebuah karakter ‘local culture’ dan jika dikelola dengan baik maka kita akan memiliki kualitas global, sehingga karya-karya kita akan mendapat perhatian dan pengakuan dan dunia, dan menanamkan jati diri bahwa “local is the new global”.

“Kita berada di lumbung kreativitas tinggi, kita jangan sampai mengolah kreativitas yang membuat kecilnya karakter dan kreativitas kita dalam berkarya. Pahami apa yang kita miliki di daerah kita sehingga bisa muncul, mengerti dan percaya diri dengan apa yang akan kita kerjakan,” imbuh Samuel Wattimena.

Kebudayaan adalah diplomasi dari kesenian daerah kita yang bisa kita tampilkan di mata dunia. Dan kita harus tahu modal kreativitas kita ada dimana, dan didalam dunia kreasi dan didalam dunia kreativitas maka tidak akan ada rancangan yang sama antara satu dengan yang lainnya. Namun tanamkan semangat dan slogan tidak takut akan sebuah persaingan, karena sebuah karya akan muncul dengan sebuah dukungan dan gotong royong yang dikerjakan bersama-sama, yakni antara ahli tekstil, penenun, pembatik, koordinasi, kekuatan karakter karya yang dimiliki dan desainer. hb

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *