Waspadai Foreign Terrorist Fighters, 3 Negara Asean Bertemu di Bali

KataBali.com – BALI – 3 negara Asean bertemu di Bali untuk membahas ancaman Foreign Terrorist Fighters (FTF). Seiring meredanya pandemi Covid-19, ancaman FTF meningkat dengan melintasi berbagai negara.

3 negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia dan Philipina. Pertemuan di Bali berlangsung 11-12 Oktober 2022.

Bertindak sebagai penyelanggara adalah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) yang berkolaborasi dengan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC).

Kegiatan didukung Pemerintah Australia.

Delegasi dari Indonesia adalah BNPT dan Densus 88 Antiteror. Demikian juga dari Malaysia dan Philipina, diwakili stakeholders yang terkait terorisme.

Kepala BNPT RI Komjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan FTF masih menjadi ancaman terhadap keamanan kawasan Asia Tenggara khususnya di Malaysia, Philipina dan Indonesia. “Salah satunya mengenai pengelolaan daftar pantau hingga pertukaran informasi intelijen,” kata Boy Rafli.

Karena itu Boy menekankan tiap negara tidak boleh lengah. Terbuka kemungkinan warga negaranya melakukan pergerakan lintas batas untuk bergabung dengan organisasi teroris internasional.

“Isu FTF saat ini masih menjadi tantangan yang harus diatasi secepatnya, pergerakan warga negara ke daerah konflik untuk mendukung kelompok teroris tidak boleh terulang kembali ke depannya,” tegas Boy Rafli.

Boy melihat seiring meredanya situasi Pandemi Covid-19, longgarnya pembatasan perjalanan antar wilayah berpotensi menjadi celah yang dimanfaatkan FTF untuk melakukan pergerakan lintas negara. FTF bisa bergabung dengan kelompok teroris ISIS atau jaringan Al-Qaeda.

Perwakilan Polisi Federal Australia (AFP) Warwick Macfarlane mendukung UNODC untuk memahami ancaman yang ditimbulkan oleh FTF dan afiliasinya di Asia Tenggara. Menurutnya komunikasi menjadi bagian penting dalam mencegah ancaman dari FTF yang kembali ke negaranya.

“Pengelolaan FTF dan keluarganya merupakan tantangan yang umum bagi banyak negara dan wilayah, kerja sama internasional, berbagi informasi dan komunikasi sangat penting untuk mengelola para returnee yang dapat mengancam keamanan kita,” jelas Warwick Macfarlane. am

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *