Pemulihan Ekonomi Bali, Jangan Tergantung Kedatangan Wisman Jika Masih Ada Zona Merah Covid-19

Keterangan Foto : Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizky Ernadi Wimanda didampingi Akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Dr I Gusti Wayan Murjana Yasa SE, MSi,  dipandu Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Bali Donny H Heatubun.

KataBali.com – Denpasar – Tingginya harapan pelaku pariwisata terhadap pemulihan ekonomi bisa terwujud jika Bali membuka kedatangan wisatawan asing segera terealisasikan antara bulan Juni atau Juli 2012.Namun harapan ini belum Jika Bali masih memiliki daerah dengan status Zone Merah maka wisatawan pun,akan berpikir dua kali untuk berlibur ke Bali.Apalagi sampai saat ini pemerintah pusat masih focus pada penanganan Covid-19.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizky Ernadi Wimanda, mengungkapkan hal itu Kepada  puluhan wartawan dari berbagai media dalam  acara Capacity Building Media, Kamis (20/5) di Denpasar, ”Jangan hanya mengandalkan dari rencana dibukanya kunjungan wisatawan mancanegara, selama di Bali masih ada zona merah, sulit wisman mau datang,belum lagi masih banyak Negara asing yang melakukan lock down seperti Singapura, beberapa Negara Asia lainnya dan Negara Eropa, ” kata Rizky.

Bank Indonesia, mengajak semua pihak agar sabar jangan terburu buru membuka pintu Bali bagi wisatawan asing dan wisatawan dalam negeri,“Banyak pertimbangan yang harus di perhatikan terutama menuntaskan vaksinasi dan untuk meningkatkan  Herd Imunity masyarakat Bali dan jangan lalai menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes ), “ ungkap Rizky.

 Optimisme pemulihan ekonomi Bali bisa dilakukan dengan  percepatan penanganan COVID-19 dan diversifikasi ekonomi Bali melalui berbagai sektor potensial. Percepatan penanganan COVID-19 diantaranya melalui peningkatan kepatuhan Prokes, peningkatan cakupan 3 T (testing, tracing, treatment).

 Rizky menegaskan, jika masyarakat Bali terus hanya bergantung pada kedatangan wisman, pertumbuhan ekonomi Bali akan makin dalam terkontraksi. Meski potensi kedatangan  wisatawan domestik  memberikan harapan, namun masih riskan terhadap Pandemi.Tercatat Wisnu mencapai di atas 10 juta/ tahun Sedangkan Wisman 6,2 juta. Namun Spending Money Wisman lebih besar dibanding dengan wisnu.

Untuk Jangka menengah, kata Rizky Bali yang selama ini mengandalkan pariwisata sebagai sumber meningkatkan perekonomian, harus lebih serius mengembangkan dua sektor yakni pertanian dan pendidikan misalnya dengan membuka Universitas Internasional ternama di Bali, seperti Inggris yang membuka cabang di Malaysia.

 “Untuk Pertanian masih banyak menggunakan sistem konvensional, bisa dikembangkan digital farming dan smart farming. Selain potensi Bali dari sisi industri kreatif dan desain  luar biasa, sangat cocok  digarap untuk  membangkitkan ekonomi Bali,” jelas Rizky didampingi Akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Dr I Gusti Wayan Murjana Yasa SE, MSi,  dipandu Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Bali Donny H Heatubun.

Bank Indonesia Provinis Bali mencatat Triwulan I-2021, pertumbuhan ekonomi Bali masih mengalami kontraksi  sebesar minus 9,85 persen (yoy). Meskipun kontraksinya  sedikit melandai dibandingkan saat triwulan IV 2020  sebesar minus 12,21 persen.“ Dampak Pandem Covid-19 sangat luar biasa merontok hampir 99 % perekonomian Bali dari sektor Pariwisata Lose Devisa mencapai 200 Triliun lebih,“ ungkap Rizky.

Pengangguran Meningkat

Sementara dampak luar biasa lain, dengan bertambahnya jumlah pengangguran yang didominasi lulusan Perguruan Tinggi, Diploma dan SMK. Namun disisi lain jumlah pekerja wanita meningkat, “Dari  Agustus 2020 lalu, sekitar 47,28 persen pekerja di Bali berpendidikan SMP ke bawah. Untuk pengangguran terbuka lebih banyak dari kelompok terdidik dengan jenjang pendidikan Diploma dan Sarjana,” Jelas Dr I Gusti Wayan Murjana Yasa SE, MSi.

Murjana Yasa menyebutkan, penyebab pengangguran dari kelompok terdidik ini karena mereka masih memiliki kemampuan secara finansial meskipun menganggur, mereka juga memilih pekerjaan, dan  tidak nyambung antara kebutuhan pasar kerja dengan kompetensi yang dimiliki, “Saya sependapat dengan  Bank Indonesia yang mendorong  diversifikasi ekonomi melalui berbagai sektor potensial seperti ekonomi kreatif dan digital, pendidikan, pertanian, kesehatan. Termasuk juga program work from Bali bagi kalangan BUMN, “  jelas Murdana.

Dosen FEB Unud Murjana Yasa lebih banyak mengulas soal perkembangan ekonomi Bali terkini saat pandemi melanda. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi RI -2,07 persen. “Untuk Bali, pertumbuhannya -9,31 persen,” ujarnya.

Menurutnya, hampir seluruh lapangan usaha terkontraksi.  Dia pun menyebutkan 3 lapangan usaha yang mengalami kontraksi paling parah yakni transportasi (-31,79 persen), akomodasi dan makan minum -27,52 persen, serta listrik dan gas -16,49 persen.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) mulai Agustus 2017-Agustus 2020 meningkat 4,06 persen dibandingkan Agustus 2019. Pengangguran didominasi lulusan diploma dan perguruan tinggi, selain SMK. ( nn)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *