Kpw BI Bali Trisno Nugroho; Transaksi Non Tunai Sebuah Keharusan Dukung Pariwisata di Era New Normal

Keterangan foto: Kpw Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho.

KataBali.com – Denpasar – Pengembangan industri pariwisata di Bali, saat tata kehidupan yang baru pasca Covid-19. Pandemi Covid-19 ini tidak hanya memberikan dampak perubahan perilaku sosial dalam bermasyarakat, termasuk dalam bertransaksi dari secara tunai menjadi non tunai.Mereka akan  mulai terbiasa  bertransaksi secara non tunai dari rumah saja.    

   “ Transaksi non tunai berbasis digital selain lebih aman, cepat dan mudah juga diharapkan menjadi sebuah keharusan mendukung kesiapan pariwisata  Era New Normal, “ jelas Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Provinsi Bali, Trisno Nugroho, dalam seminar (Webbinar ) bertema “What Can Bali’s Tourism Industry Do With Digital Payment In The New Normal Era?”. di kantor BI Denpasar.

    Trisno menjelaskan, sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian Bali. Pada tahun 2019, total devisa dari pariwisata Bali mencapai USD 9,346 juta atau setara dengan 53,65% PDRB Bali.

    “ Sektor pariwisata tersebut sangat mengandalkan pergerakan wisatawan baik domestik maupun asing. Dengan adanya pembatasan aktivitas sosial melalui penutupan bandara dan pelabuhan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan sektor pariwisata di Provinsi Bali, “ papar Trisno.

      Pada Triwulan I 2020,data BPS menyebutkan, jumlah wisatawan yang masuk ke Bali mengalami penurunan hingga 42,3% (yoy) dari 1.819.664 wisatawan pada Tw I 2019 menjadi 1050.024 wisatawan. Penurunan ini diprediksi semakin dalam pada Triwulan II tahun 2020.

     Penurunan kinerja sektor pariwisata Bali di masa Covid-19, tidak dapat dibiarkan terus berlangsung lama. Sektor pariwisata harus mampu bangkit dengan cara beradaptasi terhadap tatanan hidup baru (New Normal) ditengah Covid-19.

    Untuk membangkitkan pariwisata di era “new normal”,kata Trisno  pelaku industri pariwisata harus siap dengan infrastruktur yang mendukung faktor clean, health dan safety termasuk dalam aspek sistem pembayaran yang meminimalkan kontak fisik dalam bertransaksi.

   Untuk itu, Bank Indonesia terus berupaya mendorong transaksi non tunai terutama yang bersifat contactless untuk bertransaksi dibandingkan alat pembayaran  menggunakan uang atau kartu.

Transaksi Non Tunai Meningkat 20,83 %        

Saat lebaran masa Covid-19 realisasi penarikan tunai masyarakat di wilayah Provinsi Bali mengalami penurunan sebesar Rp 1,392 M atau hanya 46,7% dari  jumlah yang diproyeksikan sebesar Rp2,981 M.Namun sebaliknya, Maret 2020 transaksi non tunai yang bersifat contactless (Mobile Banking, Internet Banking, E-Money Server Based & QRIS) meningkat hingga 2,2 juta transaksi (20,83% mtm) dibandingkan bulan Februari 2020.

Sementara dari sisi nominal meningkat dari Rp17,84 triliun menjadi Rp18,92 triliun atau meningkat sebesar 6,03% (mtm). Data ini menjadi bukti bahwa saat ini mulai terjadi pergeseran pola bertransaksi di masyarakat dari tunai menjadi secara non tunai. “Dari konvensional bergeser menjadi secara Digital”.

       Memasuki era digital ini, Bank Indonesia telah mempersiapkannya sejak tahun lalu tahun 2019, yaitu dengan mengeluarkan standarisasi QR Code atau QR Code Indonesian Standard (QRIS). QRIS merupakan standar instrument pembayaran berbasis digital dan bersifat contactless.

     Sampai  akhir Mei 2020, tercatat 36 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) untuk kegiatan transaksi QRIS. Perluasan penggunaan QRIS  dilakukan di wilayah Bali, sampai akhir Mei 2020 mencapai 89,950 merchant atau meningkat sebesar 253% dibandingkan akhir tahun ( 31 Desember 2019 ) sebanyak 25.483 merchant.     Peningkatan ini diatas rata-rata  nasional sebesar 99%. Selama pendemi Covid-19,  sejak 6 Maret hingga 29 Mei,  jumlah merchant QRIS di Bali sebanyak 24.002 merchant atau 26,7% dari total merchant yang ada, “ Digitalisasi transaksi  contactless ini  menjadi keharusan  salah satu unsur penting  mendukung industri pariwisata  tidak hanya terbatas Industri Pariwisata seperti Obyek Wisata, Hotel dan Restauran, tetapi juga industri pendukungnya, seperti transportasi, pusat perbelanjaan hingga rumah sakit. ( nn) 

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *