Kemah Budaya Tabanan 2016 Menjaring Bakat Seni Budaya, Menjadi Matahari

KataBali.com – Pembangunan di Kabupaten Tabanan untuk mewujudkan masyarakat yang Sejahtera Aman dan Berpretasi berlaku di segala lini kehidupan. Salah satunya dengan membangun generasi penerus yang maju dan tetap berpegang pada kebudayaan khas Tabanan, mewujudkan Ajeg Bali. Kemah Budaya merupakan salah satu kegiatan yang dirancangan secara berkelanjutan dengan tujuan dan cita-cita membangun generasi muda Tabanan yang kreatif dan berpijak pada budaya.
Kegiatan yang digagas Ketua DPRD Tabanan I Ketut Suryadi ini mendapatkan dukungan dari Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Mengingat, pelaksanaannya yang di tahun ini memasuki kali keenam telah banyak melahirkan seniman-seniman muda berbakat. Tidak hanya itu, jebolannya pun ada yang konsisten berkarya di bidang lainnya.
Seperti yang disampaikan Sekda Kabupaten Tabanan I Nyoman Wirna Ariwangsa saat membuka secara resmi Kemah Budaya 2016 di wantilan Pura Srijong, Kecamatan Selamadeg, pada Minggu (13/11).
Selain Sekda Wirna Ariwangsa, pembukaan Kemah Budaya 2016 juga dihadiri Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan I Wayan Miarsana, Sekretaris DPRD Tabanan I Gede Susila, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga I Putu Santika, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi I Made Agus Harta Wighuna, Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Tabanan I Putu Dian Setiawan, Kabag Tata Pemerintahan AA Satriya Tenaya, camat dan unsur Muspika Kecamatan Selemadeg, para perbekel atau kepala desa dari Kecamatan Selemadeg.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga I Putu Santika dalam kesempatan itu menyebutkan, selaku pihak pelaksana teknis, Kemah Budaya 2016 saat ini merupakan kali keenamnya. Selaku pihak pelaksana, pihaknya menyambut gembira dan menjadikan program unggulan untuk mendidik karakter seni dan budaya para siswa SMA dan SMK di Tabanan.
“Kegiatan ini untuk menggali potensi peserta. Dan, tema yang diusung Menjadi Matahari yang diharapkan bisa menjadi sinar, minimal bagi dirinya, untuk mencari arah hidup,” tandasnya.
Dikatakan, antusiasme peserta kali ini cukup besar. Karena proses audisi pada 23 Oktober 2016 diikuti ratusan orang peserta. Namun, sesuai ketentuan, audisi yang diisi beberapa tes, di antaranya kesehatan, interview bidang kesenian hanya meluluskan 50 orang perserta. Sehingga, hanya merekalah yang berhak untuk mengikuti kemah dari 14 November sampai dengan 18 November 2016. Hingga nantinya, pada 19 November 2016, mereka akan mengikuti Pentas Budaya.
Selama mengikuti kemah, mereka nantinya akan diajak mengolah potensi yang dimilikinya masing-masing. Dekat dan bersenyawa dengan alam. Dan, adapun mentor mereka di antaranya Sawung Jabo bersama personil Sirkus Barock, Ayu Weda, Kadek Jango Pramartha, Putu Liong Sutawijaya, dan beberapa mentor lainnya. Serta, alumni-alumni Kemah Budaya dari generasi pertama sampai kelima.
Sementara itu, Ketut Suryadi selaku penggagas merasa sangat bersyukur karena Kemah Budaya telah berjalan sampai keenam kalinya. Hal ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak. Sehingga kegiatan olah kreatif bagi anak-anak SMA dan sederajat ini mampu bertahan.
“Saya berjanji selama bisa diagendakan akan saya agendakan. Ini amat penting buat situasi kehidupan yang sudah terdegradasi terutama anak muda. Jadi selama enam hari, anak-anak muda ini akan disentuh. Mau jadi apa? Tidak harus jadi seniman. Yang terpenting adalah menyadari kepekaan diri mereka. Tepatnya mau jadi apa. Saya ingat ucapan Umbu Landu Paranggi (tokoh sastrawan), kalau berpijak pada apa saja, kita harus rasakan tanah,” tukasnya.
Sebelumnya, dalam kesempatan nonformal, Sawung Jabo, pimpinan Sirkus Barock yang juga koordinator mentor di Kemah Budaya sempat mengungkapkan filosofi tema “Menjadi Matahari”. Dikatakan, matahari sebagai simbol kesetiaan dan ketulusan.
“Setiap hari (matahari) ada. Dia menghangatkan, menyinari, segala yang ada di bumi ini. Untuk siapa saja. Dia tidak ingkar janji. Sekalipun mendung dan tertutup awan tebal, dia tetap ada. Dan, dia juga tidak pernah menuntut apa-apa,” ulasnya.
Matahari, sambungnya, adalah simbol kesadaran akan banyak hal. Sehingga, bila peserta Kemah Budaya telah lulus nantinya, mereka bisa memberikan inspirasi pada lingkungannya. “Sama seperti matahari itu sendiri,” imbuhnya. (hmTb)
 

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *