BI Bali Ajak Petani Belajar Kembangkan Gula Semut ke Yogjakarta

  • Bank Indonesia Prov. Bali, Causa Iman Karana, didampingi Leo Ediwijaya, Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Kpw.BI Prov.Bali, dan Deputi Direktur Kpw.Bali Sapto Widyatmiko, Jum,at malam ( 26/4), di Yogjakarta.

 

Gali Potensi Ekonomi Sustain dan Inklusif,

KataBali.com.- Bagi  Indonesia Bali sudah menjadi ikon pariwisata, keberadaannya dengan segala sajian pariwisatanya, tidak bisa disamai daerah lain di Nusantara ini.daerah ini memiliki segala apa yang diminati wisatawan dan menjadi salah satu  tujuan wisata dunia.Hingga Pemerintah Bali pun, menjadikan Pariwisata sebagai lokomotif ekonomi Bali berkat keindahan alam dan seni budaya serta keramahtamahan penduduknya.

“ Provinsi Bali sebagai tempat tujuan wisata berrkontribusi  40% devisa negara yang diperoleh dari sektor pariwisata,untuk Bali sendiri Pariwisata memberikan  hampir 90 % PAD dari PHR, “ jelas Kpw. Bank Indonesia Prov. Bali, Causa Iman Karana, didampingi Leo Ediwijaya, Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Kpw.BI Prov.Bali, dan Deputi Direktur Kpw.Bali Sapto Widyatmiko, Jum,at malam ( 26/4), di Resto Mangklung,Mangunan, Yogjakarta.

Causa Iman Karana, akrab dipanggil Pak. CIK, menjelaskan,dari pariwisata, dan sumber pedapatan lainnya,ekonomi Bali Ekonomi Bali  tahun 2018 mengalami pertmbuh sebesar 6,35% (yoy), lebih tinggi dibanding 2017 sebesar 5,57% (yoy). Kinerja ekonomi Bali pada triwulan I 2019 diprakirakan tetap tumbuh kuat, dengan kisaran 6,10%-6,50% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan I 2018) sebesar 5,75% (yoy).

Kendati demikian, banyak tantangan  dihadapi Bali ke depan, antara lain tingginya ketergantungan ekonomi Bali pada  usaha pariwisata, turunnya kualitas wisman serta tingginya alih fungsi lahan, “  Ironisnya , hampir semua wilayah di Pulau Bali melakukan pembangunan berorientasi pada sektor wisata, yang semula merupakan masyarakat agraris dengan mata pencaharian sebagai petani menjadi masyarakat pelaku penyedia tempat wisata, “ tandas Causa Iman Karana.

Untuk itu, KPwBI Provinsi Bali berupaya meningkatkan produksi dan kapasitas UMKM yang berpotensi ekspor atau berpotensi menunjang sektor pariwisata. Salah satunya adalah pengembangan gula semut di Jembrana dan desa wisata Tampaksiring.

Gula Semut Berorentasi Eksport

Dipilihnya Gula semut sebagai objek mengembangan,karena Industri gula semut atau gula merah bubuk di dalam negeri mampu menghasilkan produk yang diminati pasar internasional. Meski pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional, namun produk gula semut telah berhasil menembus pasar ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Eropa, Srilanka, Australia dan Jepang.

“ Kami mulai mengidentifikasi pengembangan gula semut di Desa Pendem, Jembrana. Kelompok Mawar Bali, terdiri dari petani gula kelapa sejumlah 20 orang yang berada di sekitar Bukit Mawar, Desa Pendem, Jembrana akan dibina oleh KPwBI Provinsi Bali untuk menghasilkan produk gula semut berkualitas ekspor, “ jelas Pak. CIK.

Ia menjelaskan, Gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai Gula Kristal,   bentuknya  mirip rumah semut yang bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira dari pohon Kelapa atau pohon aren. Keistimewaannya,  memiliki rasa dan aroma  khas  dari bahan pembuatnya, yaitu nira, “ Dibandingkan dengan gula cetak, pengolahan nira menjadi gula semut akan lebih menguntungkan, harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan gula cetak, berbentuk serbuk sehingga lebih luwes pemakaiannya dibandingkan gula cetak, lebih mudah penyimpannya serta memiliki umur simpan lebih lama.

 Untuk mengetahui lebih jauh pembuatan, dan pengemasan Gula Semut  Sebanyak 20 orang petani Gula Semut, dan pelaku wisata desa  diajak mengikuti kunjungan belajar ke KSU Jatirogo dan Centra Pengolahn Gula Semut,di Yogyakarta.Bertujuan selain untuk meningkatkan produksi, juga melihat  peluang pasar untuk ekspor. Hasil ini diharapkan dapat berdampingan dengan hilirisasi produk coklat dan kopi,“ Kita juga akan mengembangkan Desa Wisata Tampaksiring,Sebab Desa Tampaksiring  lokasinya tidak jauh dengan Klaster Padi Pulagan yang merupakan binaan KPwBI Provinsi Bali.

Ketua KSU Jatirogo (Jaringan Petani Kulon Progo) Dusun Tambak, Desa  Triharjo, Kec. Wates Kab. Kulon Progo, FX Hendro Utomo,kepada media peserta Lokakarya Kebangsentralan dan Kehumasan Bank Indonesia Wilayah Provinsi Bali,mengatakan, sejak berdirinya KSU Jatirogo bebepa tahun kemudian yang menangani gula merah, harga gula semut organik naik drastis meningkatkan pendapatan petani gula,

Pengolahan Gula Semut

  • Pengolahan Gula Semut, yang dikunjungi petani dari Jembarana Bali di Yogjakarta

 

“ Harga gula merah setelah masuk ke koperasi kini di atas Rp20 ribu/kg. Tentu ini berbanding terbalik dengan harga beras yang kini di bawah gula merah.Hal ini diakui  seorang pengepul Keli,” Dari gula yang dibeli dari petani sekitar Rp18 ribu/kg, bisa dia jual sekitar Rp23 ribu.,Saya bisa kumpulkan rata-rata 2-3 ton gula dari petani,” jelasnya.

Koperasi ini didukung dari Lesman, Swiss Contact dan Hivos.Sedangkan BI memfasilitasi gudang.Agar harga tetap tinggi,KSU sangat menjaga kualitas,“ Segmen pasar kalangan   Hight Class, yang punya uang banyak.Produk kita organic,bisa kita jual dengan harga tinggi,” imbuhnya.Artinya,produsen yang mengatur harga.Saat ini.,1.500 petani jadi anggota KSU mereka sangat diuntungkan.Untuk harga gula semut yang ekspor mencapai 3,2 dolar per kilogram.Sebelum diproses sekitar Rp20/kg.

Penasihat Kelompok Gula Semut Mawar Sari Jembrana Wayan Diandra mengatakan potensi bahan baku gula semut di Jembrana sangat besar.Kualitas gula merah sangat bagus,Namun  masalah pengemasan harus diperhatikan agar  memenuhi standar,” Dengan belajar di Yogjakarta ini,Kami yakin mampu menghasilkan Gula Semut berkualitas super, mengingat  kelapa Jembrana  buahnya sangat mendukung,” jelas Diandra.

Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bali Leo Ediwijaya mengatakan kedatangan petani  gula Jembrana yang merupakan binaan BI untuk belajar pembuatan hingga pemasaran gula semut.

Selain itu, Desa Tampaksiring juga memiliki objek wisata Pura Tirta Empul dan Istana Presiden. Tampaksiring mempunyai potensi seni, adat dan budaya yang masih kental. Ditunjang dengan potensi sumber daya alam dan potensi kerajinan yang berkualitas ekspor, pengembangan Desa Wisata Tampaksiring akan dibuat terintegrasi dengan agrowisata Pulagan. ( nani )

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *