Ketua DPRD Bali Dukung Bank Dunia Survey Ulang BIBU

KataBali.com – Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama menyambut baik rencana Tim Konsultan yang ditunjuk Bank Dunia yang akan melalakukan survey ulang terhadap rencana pembangunan BandaraIinternasional Bali Utara (BIBU) di Buleleng. “Kita menyambut baik rencana untuk melakukan survey ulang kelayakan rencana pembangunan Bandara Buleleng, yang sebelumya dinyatakan tidak layak,” kata Adi Wiryatama di Denpasar, Minggu (25/3)

Hasil survei tim konsultan Bank Dunia Sebelumnya menyatakan rencana pembangunan bandara Buleleng tidak layak, sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhu Binsar Panjaitan, beberapa pekan lalu. Namun, Tim Konsultan Bank Dunia itu akan melakukan survey ulang setelah mendapat penjelasan komprehensif dari gubernur Bali Made Mangku Pastika saat pemaparan hasil studi “Bali Sustainable Transport and Connectivity Initiative” yang dilakukan Konsultan Bank Dunia, di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, di Jakarta pada 19 Maret lalu.

Adi Wiryatama sependapat dengan Guberur Pastika agar survey yang akan kembali dilakukan Tim Konsultan Bank Dunia itu nantinya harus lebih komprehensif dengan melibatkan pemprov Bali, DPRD Bali, tokoh masyarakat, akademisi, dan lembaga terkait lainnya. “Survey itu harus komprehensif dengan melibatkan banyak pihak termasuk pemerintah daerah. Sebab banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam menilai kelayakan pembangunan bandara di Bali utara tersebut,” ujarnya.

Mantan bupati Tabanan dua periode ini mengatakan, kajian terhadap rencana pembangunan bandara Buleleng tidak hanya pada aspek bisnis semata, sebagaimana yang dilakukan dalam survey sebelumnya. “Aspek sosial, ekonomi, budaya dan lainnya juga harus dipertimbangakan dalam memutuskan kelayakan pembangunan bandara Buleleng itu,” tegas Adi Wiryatama.

Politikus senior PDIP ini mengatakan, rencana pembangunan Bandara Buleleng sudah menjadi keinginan masyarakat Bali, yang sudah direncanakan sejak lama. Bahkan untuk merealisasikan pembangunan bandara itu sudah diakomodir dalam Perda Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali.

Tak hanya itu, Adi Wiryatama mengungkapkan, saat masih menjabat bupati Tabanan, ia bersama bupati Badung dan bupati Buleleng ketika itu dipanggil oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY), untuk membahas kajian rencana pembangunan bandara di Bali utara.

“Saat itu sudah dibicarakan soal penggunaan tanah negara, termasuk pilihan lokasinya di barat atau di timur. Juga dibahas pembangunan jalan tol dari Tabanan ke Buleleng. Jadi memang sudah direncanakan sejak lama. Sekarang, dimanapun tempat yang dipilih untuk bangun bandara itu, kita sangat mendukungnya,” tegas Adi Wiryatama.

Ia mengatakan, pembangunan bandara Buleleng sangat penting bagi Bali untuk mengatasi ketimpangan pembangunan antara Bali utara dengan Bali selatan. Ia mendorong agar rencana pembangunan bandara itu bisa direalidasikan. “Pemerataan pembangunan itu dengan membangun infrastruktur di Bali utara, salah satunya Bandara. Hanya dengan cara itu bisa mengatasi ketimpangan pembangunan Bali Utara dengan Bali selatan. Dengan tersedianya infrastruktur maka ada geliat ekonomi di sana. Mereka tidak lagi numpuk di Bali selatan untuk mencari nafkah,” katanya.

Lebih lanjut Adi Wiryatama menyampaikan apresiasi kepada gubernur Bali Made Mangku Pastika, yang bisa menjelaskan kepada Tim Konsultan Bank Dunia betapa pentingnya bandara itu bagi Bali, dan mampu meyakinkan Tim Konsultan tersebut untuk melakukan survey ulang.

“Kita apresiasi kepada gubernur yang telah berjuang untuk meyakinkan Bank Dunia untuk melakukan survey ulang rencana pembangunan bandara Buleleng. Kita harus saling mendukung agar rencana pembangunan bandara itu bisa terwujud,” katanya.

Sebelumnya gunernur Pastika mengatakan,  dirinya menjelaskan panjang lebar kepada Tim Konsultan Bank Dunia betapa pentingnya keberadaan bandara Buleleng. Tim Konsultan itu pun menyetujui permintaan Pastika agar kembali melakukan survey.

Ia mengatakan, survey yang dilakukan sebelumnya tidak komprehensif, lebih menitikberatkan hanya pada aspek bisnis, padahal banyak aspek yang harus dikaji. Tim Konsultan Bank Dunia menilai pembangunan Bandara Buleleng tidak layak karena penumpangnya diprediksi tidak akan mencukupi, tidak ada potensi wisata yang bisa dilihat dan pasir pantainya berwarna hitam. Menurut Pastika, penilain seperti itu tidak adil.

“Kenapa bisa begitu karena tidak ada infrastruktur. Itu persoalannya selama ini sehingga semua orang di Bali utara, Bali timur, Bali barat tumplek di Bali selatan untuk mencari kehidupan. Akibatnya daerah tersebut menjadi tertinggal dan terbengkalai, hanya diisi orang-orang tua, orang-orang miskin sehingga kemiskinan makin menjadi-jadi. Jadi, timpang sekali. Mereka tidak menghitung itu,” sodoknya.

Pastika juga menyoroti survei sebelumnya yang ternyata tidak fokus pada rencana pembangunan bandara Buleleng, namun terkait infrastruktur Bali secara umum, seperti pelabuhan, kereta api, jalan dan lainnya. Ia juga menyayangkan survey itu menggunakan data sekunder tahun 2015. “Padahal kondisinya sekarang  sudah banyak mengalami perubahan,” ujarnya. (jcli)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *