Hadapi Ketatnya Persaingan Sektor Pariwisata, Pemprov Ambil Sejumlah Langkah Strategis
KataBali.com – Kebijakan pusat menggarap sejumlah destinasi pariwisata di Indonesia
yang dikenal dengan ikon ‘Bali Baru’ mendapat perhatian Gubernur Bali
Made Mangku Pastika. Meski secara umum kebijakan itu bukanlah
bermaksud untuk menyaingi Pulau Dewata sebagai koridor utama
pariwisata Indonesia, namun setidaknya Bali mesti menyikapi hal ini
secara serius. Penegasan tersebut disampaikan Kepala Biro Humas dan
Protokol Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra,SH.MH dalam
press releasenya, Rabu (5/7).
Lebih jauh Dewa Mahendra menerangkan, Gubernur Pastika ingin sektor
pariwisata Bali tetap eksis dan secara ekonomis mampu memberi manfaat
yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Terkait dengan harapan tersebut, dalam berbagai kesempatan Pastika
selalu mengingatkan agar pelaku pariwisata lebih aware terhadap
perubahan situasi sehingga dapat mengambil langkah antisipasi untuk
menghadapi makin ketatnya persaingan. Jika tidak peka, dia khawatir
suatu ketika Bali akan tertinggal.
Menyikapi situasi ini, Gubernur Pastika pun tak tinggal diam dan telah
mengambil sejumlah langkah dan kebijakan strategis. Beberapa waktu
yang lalu, Pastika menggelar simakrama yang diformat dalam acara
sarasehan bertajuk pariwisata. Sejumlah praktisi dan pelaku pariwisata
yang hadir memberi pandangan mereka terkait upaya untuk menghadapi
persaingan. Mereka sepakat bahwa Bali harus tetap konsiten dan lebih
serius menggarap quality tourism agar mampu memenangkan persaingan.
Bicara soal quality tourism, sejatinya hal tersebut telah menjadi
pemikiran Gubernur Pastika sejak awal pelaksanaan program Bali Mandara
yang saat ini telah memasuki Jilid II, tahun ke-9. Sistem Pertanian
Terintegrasi (SIMANTRI) merupakan sebuah program yang secara tidak
langsung berkaitan dengan upaya mewujudkan pariwisata yang
berkualitas. Sebab, selain sebagai upaya penguatan sektor pertanian,
program ini juga bertujuan mewujudkan Bali sebagai pulau organik.
Dalam pandangan Pastika, bila hal ini dapat diwujudkan, secara
otomatis nilai jual dan citra Bali akan terangkat dengan sendirinya.
Dampak positif lainnya, Bali akan lebih banyak didatangi wisatawan
berkualitas dan berduit. Lebih dari itu, dilaksanakan pula program
Bali Green Province yang bertujuan mewujudkan Bali sebagai pulau
bersih dan hijau.
Sejalan dengan itu, Pemprov Bali melalui Dinas Pariwisata terus
berupaya melakukan berbagai terobosan. Kepala Dinas Pariwisata
Provinsi Bali Anak Agung Gede Yuniartha Putra,SH.MH yang ditemui
baru-baru ini menyebut jumlah kunjungan wisatawan manca negara
(wisman) ke Bali terus mengalami peningkatan. Tahun 2010, wisman yang
datang sebanyak 2.493.058, selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012
meningkat menjadi 2.756.579 dan 2.892.019. Jumlah tersebut kian
meningkat pada tiga tahun berikutnya. Bali kedatangan 3.278.598
wisatawan pada tahun 2013 dan bertambah menjadi 3.766.638 wisman di
tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2015 dan 2016, wisman yang datang ke
Pulau Dewata dalam kurun waktu dua tahun terakhir mencapai 4,001 juta
dan 4,92 juta orang wisatawan. “Dengan kata lain, pada tahun 2016
kunjungan wisman mengalami peningkatan 23,14 persen dibandingkan tahun
sebelumnya,” ucapnya.
Bila melihat data tersebut, sejauh ini, Bali masih menjadi destinasi
favorit wisatawan dari berbagai belahan dunia. Namun ada kecenderungan
lain yang perlu dicermati pelaku pariwisata yaitu rata-rata length of
stay (lama tinggal,red).
Menyitir data yang disajikan Kementerian Pariwisata RI, length of stay
wisman di Pulau Dewata tercatat rata-rata masih berkisar 10,8 hari.
“Perhitungannya didasarkan pada waktu kedatangan dan keberangkatan
wisatawan di pintu masuk Bali,” terangnya. Namun jika dikombinasikan
dengan data BPS yang menyebut kalau lama tamu menginap di hotel
berbintang di Bali saat ini rata-rata hanya mencapai 3-4 hari, ada
selisih dengan length of stay yang dicatat oleh kementerian
pariwisata.
Sejumlah asumsi berkembang terkait dengan adanya selisih data tersebut
antara lain yang menyebut kalau sebagian wisatawan memanfaatkan waktu
untuk berwisata ke daerah tetangga Bali seperti Lombok dan sekitarnya.
“Atau bisa jadi mereka menginap di villa dalam sisa liburannya di
Bali. Ini yang masih kita dalami,” dia menambahkan.
Menurutnya hal ini perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh
pada sumbangsih sektor pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi mengingat
wisatawan lebih sedikit membelanjakan uang mereka di Bali. Timbul pula
pertanyaan, apakah daerah lain menawarkan sesuatu yang lebih menarik
sehingga para wisatawan menghabiskan lebih banyak waktu mereka untuk
berlibur di sana.
Pemprov Bali menaruh perhatian serius dalam menyikapi situasi ini.
Dinas Pariwisata telah menempuh sejumlah langkah untuk mempertahankan
daya tarik Bali. Langkah tersebut antara lain memperbanyak event
pariwisata. Tahun ini, sedikitnya dilaksanakan 62 event untuk
mendongkrak pesona pariwisata Bali. Selain itu, Pemprov juga terus
berupaya meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. “Upaya ini kita
tempuh melalui pelaksanaan Bimbingan Teknis bagi pengelola Daerah
Tujuan Wisata (DTW),” ujarnya. Sejalan dengan itu, program promosi
juga terus diintensifkan. “Kita tak boleh lengah. Kami berkomitmen
untuk terus berbenah dengan tetap konsisten pada pengembangan
pariwitasa budaya,” tandasnya.
Dalam kaitannya dengan upaya promosi, belakangan pihaknya serius
menggarap potensi wisatawan sejumlah negara yang warganya makin banyak
plesiran ke luar negeri. China menjadi salah satu target utama promosi
karena dalam setahunnya tercatat 110 juta warganya berwisata ke
berbagai destinasi wisata di seluruh dunia. “Kalau saja 10 persen dari
jumlah tersebut bisa kita tarik ke Bali, itu akan berpengaruh
signifikan bagi peningkatan jumlah kunjungan,” imbuhnya. Selain itu,
pasca plesiran Raja Arab Saudi ke Bali, Dinas Pariwisata juga melirik
potensi wisatawan negara Timur Tengah yang selama ini belum menjadi
target promosi. Untuk menggarap peluang tersebut, pelaku pariwisata
diingatkan agar memahami karakteristik dan selera wisatawan yang
berbeda-beda pada setiap negara. Pihaknya berkeyakinan, dengan
keunikan yang dimiliki, Bali akan tetap diminati wisatawan manca
negara. Pamor Pulau Dewata juga makin bersinar dengan kedatangan
Presiden AS ke-44 Barack Obama beberapa waktu yang lalu. Selain
berbagai upaya yang telah dilaksanakan, langkah inovasi juga perlu
dilakukan agar tak ada kesan monoton.