Anak Angin Luncurkan Album Perdana, Jiwa Merdeka
KataBali.com – Setelah tujuh tahun eksis, kelompok musik Anak Angin akhirnya menelurkan album perdananya. Jiwa Merdeka, begitu nama kumpulan karya kelompok musik besutan I Ketut “Boping” Suryadi, seniman multitalenta yang juga politisi dengan posisi sebagai Ketua DPRD Kabupaten Tabanan ini.
Jumat siang (19/5), format musik yang terdiri dari Boping pada vokal; Teddy Irawan pada keyboard, gitar, dan vokal latar; Iwan Andrean pada gitar; Anang Rachman pada bass dan vokal latar; serta Dean Andreana Hakim pada drum itu resmi meluncurkan album mereka dalam sebuah peluncuran yang dibalut diskusi dan disusul dengan syukuran.
Sejumlah musisi yang ikut terlibat dalam proses penggarapan album itu juga tampak hadir dalam momen tersebut. Di antaranya Sawung Jabo, pimpinan kelompok musik Sirkus Barok yang tiap tahun rutin menjadi mentor di Kemah Budaya, event kreatif yang dibidani Boping.
Kemudian, musisi Ayu Weda, sejumlah alumni Kemah Budaya. Dan, tidak ketinggalan, pengamat musik Bens Leo yang dalam beberapa waktu sebelumnya mengamati aktivitas seni yang dilakoni Boping beserta kelompok musiknya.
Album Jiwa Merdeka sendiri terdiri dari sepuluh lagu yang telah dilahirkan Anak Angin sejak mereka terbentuk sampai dengan sekarang. Kesepuluh lagu itu antara lain Rimba Asing; Calo Jalur Tikus; Gumi Brara Brere; Debu Berkabut; Bercerminlah; Egaliter; Angin Menyambar; Padamu Negeri; Berikan Cinta yang Tersisa; dan Menjadi Matahari.
Dalam sesi diskusi, Bens Leo menyebut pribadi Boping sebagai marwah musik di ranah politik karena memadukan kemampuan berkesenian dengan dunia politik. Sebuah upaya untuk menyantunkan politik yang selama ini kental dengan intrik. Dan, kesimpulan ini telah dia tuangkan dalam sebuah artikelnya pada salah satu majalah.
“Saya kenal Boping baru beberapa saat yang lalu. Tapi ada satu hal menarik yang saya tangkap. Lirik-lirik yang dia buat sudah memprovokasi untuk terus didengarkan secara intens,” kata Bens Leo.
Dia menuturkan, saat pertama bertemu dia telah disodori demo type album Jiwa Merdeka. Kemudian, pertemuan selanjutnya, dia sudah mendapati mixing mastering.
“Itu saya putar terus-menerus di dalam mobil selama saya terjebak dalam kemacetan di Jakarta. Saya putar di mana-mana. Ini sangat mengejutkan. Karena melihat fenomena industri musik di Indonesia, ini merupakan sesuatu yang baru. Sehingga saya menyebut Boping sebagai konduktor dari seni musik dan dia adalah orkestrator politik. Itu agak jarang di industri musik kita,” imbuhnya.
Soal genre yang diusung Anak Angin, Sawung Jabo yang menjadi selalu menjadi mentor dari aktivitas berkesenian Anak Angin rupanya punya penilaian tersendiri. Musisi yang turut memperkuat kelompok musik Kantata ini mengaku cenderung tidak tertarik untuk mengkelompokkan sebuah karya musik ke dalam satu genre.
“Saya tidak tertarik mengkelompokkan musik apa. Saya ibaratkan, ini perahu kreatif yang berlayar di samudera luas. Terserah yang dengar mau menyebutnya musik apa. Kalau saya pribadi, ini musik yang bagus. Itu saja sudah cukup,” tegasnya.
Demikian halnya soal pengaruh kreativitas Sawung Jabo terhadap Anak Angin. Sawung Jabo menilai dalam pergaulan kreatif, mempengaruhi adalah suatu yang wajar terjadi. “Asal niatnya tidak nyolong dan mengklaim itu lagu punya sendiri. Saya rasa saling mempengaruhi itu wajar dalam pergaulan kreatif. Apalagi kalau pergaulannya bagus, kenapa tidak?” tukasnya.
Sementara itu, Boping mengaku tergerak untuk aktif berkesenian sekalipun saat ini tengah berada di jalur politik. Satu hal yang selalu membuatnya intens berkesenian adalah kegelisahannya mengenai kondisi peradaban kebudayaan seperti yang telah diungkapkan penyair WS Rendra.
“Saya tidak peduli, apakah langkah saya besok akan top sebagai musisi atau tidak. Saya tidak peduli. Yang penting saya berbuat dan berkarya untuk masyarakat, sekecil ruang yang saya tempati. Virus itu juga ditularkan oleh Mas Jabo,” tukas Boping.