Hanura Pilih Wait and See, Soal ‘Koalisi’ Bersama PDIP
KataBali.com -Menjelang kontestasi Pilkada Bali 2018, Partai Hanura belum memberikan sikap terhadap kandidat-kandidat yang namanya menyeruak belakangan ini. “Survei internal kami memang memunculkan beberapa nama, namun kami belum secara khusus mengarahkan dukungan kepada nama tertentu,” kata Ketua DPD Partai Hanura Bali, Made Sudarta ditemui di Sekretariat DPD Partai Hanura Bali, Kamis (12/1).
Penegasan ini diungkapkan Sudarta menyusul kabar pertemuan salah satu ‘kandidat’ I Wayan Koster dan Ketua Umum DPP Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) di Jakarta pada Selasa (10/1) lalu.
Dari pertemuan yang berlangsung di sela-sela HUT PDIP tersebut terlihat ‘kemesraan’ antara Koster dan OSO sehingga menimbulkan spekulasi Koster mendapat dukungan dari Hanura Bali.”Belum, belum. Sekarang yang mendapat rekomendasi dari PDIP saja belum pasti,” sangkal Sudarta.
Namun diakui oleh Sudarta bawa pada Jumat (6/1) lalu sempat bertemu dengan salah satu Ketua DPP PDIP itu. Dalam pertemuan di Warung Made Renon tersebut, diakui oleh Sudarta keinginan Koster agar Hanura Bali berkoalisi dengan KBS (Koster Bali Satu) pada Pilkada Bali 2018.”Tidak mungkin berkoalisi karena bukan hanya calon yang direkomendasi belum tahu. Selain itu kalkulasi-kalkulasi politik juga. Harus ada hitungannya dong,” kata Sudarta.
Anggota DPRD Kabupaten Badung ini pun tak masalah bakal dianggap terlambat daripada melakukan kesalahan dukungan.
Di sisi lain diakui bahwa hanya dengan satu kursi di DPRD Bali tidak bisa mengajukan kandidat sendiri. “Kalau bukan Bali satu masih bisa memungkinkan Bali dua, Tapi kami tidak mengincar (Wakil Gubernur, Red). Hanya saja kalau ada yang meminang kenapa tidak,” kata Sudarta.
Pasca ‘revitalisasi’ partai dengan tampilnya OSO sebagai Ketua Umum menggantikan Wiranto, diakui Sudarta bahwa Hanura ibarat gadis cantik sehingga puluhan anggota DPD RI bergabung beraama Hanura.
Bergabungnya dua anggota DPD RI dari Bali sudah membuat potensi suara yang besar. Pasek Suardika misalnya mengantongi 136 ribu suara saat Pileg lalu. Sedangkan Lolak meraih 160-ribuan.
Belum lagi AWK yang sekalipun tidak ikut gerbong DPD ke Hanura namun sudah menyatakan siap bekerjasama dengan Hanura.” Maka paling tidak ada kantong-kantong suara yang riil di luar satu kursi DPRD Bali,” pungkas Sudarta.(JCJy)