Pendamping Simantri Diminta Lebih Kreatif dan Inovatif demi Dongkrak Perekonomian Petani

KataBali.com – Mayoritas petani di Bali masih bekerja secara tradisional dan kurang memanfaatkan teknologi.  Hal ini seringkali menyebabkan terjadinya permasalahan saat mengembangkan tanaman-tanaman varietas baru yang tengah terkena hama.

 

Dan tentu saja berdampak  pada tidak maksimalnya hasil panen petani atau  bahkan terkadang merugi. Untuk itu, peran para pendamping petani dalam program Sistem Pertanian Terintegrasi ( Simantri)  diharapkan  membantu mengatasi kendala-kendala yang terjadi di lapangan.

 

Para pendamping yang berlatar sarjana pertanian hasil rekrutan Pemprov Bali ini diminta bekerja maksimal, lebih kreatif dan inovatif dengan cara menuangkan ide-ide yang dimiliki disamping menerapkan ilmu yang sudah didapat, serta mewujudkan ide-ide baru yang bisa mendongkrak perekonomian petani. Demikian ditegaskan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam kunjngannya ke sejumlah unit Simantrii 528 Poktan Mekar Jaya di Br. Sema, Ds. Pering, Blahbatuh, Gianyar, Minggu (5/11)Minggu (5/11).

 

“Mereka petani tradisional, rata-rata belum mengenyam pendidikan di bidang pertanian, jadi mereka tidak akan tahu solusi dari kendala yang dihadapi. Nah disinilah tujuan adanya pendamping agar bisa memberikan jalan keluar, kan semua sarjana pertanian, jadi pasti tahu permasalahan pertanian, terapkan ilmunya disini, kembangkan ide-ide baru. Karena Simantri ini seharusnya bukan sekedar memelihara ternak sapi, tapi berkembang ke tanaman pertanian. Para pendamping harus bisa berpikir apa yang bisa meningkatkan perekonomian anggota Simantri ini, bila perlu ikut menanam tanaman, beri contoh para petani,” cetus Pastika.

 

Pertambahan jumlah penduduk dan alih fungsi lahan pun menurut Gubernur Pastika memberikan pengaruh yang signifikan bagi pertanian saat ini sehingga menurutnya perlu disiasati dengan tindakan yang efektif melalui bimbingan para pendamping. “Kalau dulu lahan masih luas, penduduk masih sedikit, punya anak tidak ada tuntutan gadget, motor dan lain-lain seperti saat ini, sehingga masih cukup untuk hidup.

 

Coba sekarang, tuntutan hidup banyak, lahan semakin sempit, itu harus disiasati, kita punya lahan sedikit tapi harus efektif, harus diolah sebaik-baiknya. Coba saja kembangkan tanaman dengan media pot, plastic bag, atau sistem hydroponik. Kalau belum bisa, pendamping ini yang harus mengajarkan, silahkan para petani bertanya pada para pendamping,” ujar Pastika seraya kembali menghimbau para petani agar dalam mengolah lahannya berpatokan pada pasar, sehingga hasilnya bisa bernilai ekonomis, dan yang paling mendasar yakni menanam tanaman yang menjadi kebutuhan pokok sehari-hari.

 

“Kalau jadi petani itu jangan istilahnya jadi petanikelen (monoton, red), itu-itu aja yang ditanam. Kita harus melihat pasar, tanam yang bisa menghasilkan uang sehingga bisa membantu perekonomian, dan yang paling sederhana tanam sayur mayur, kalau perlu tinggal metik, tidak usah beli, misal cabai, kalau petani sampai beli cabai, itu keterlaluan namanya,” pinta Pastika yang disambut antusias para anggota Simantri  . Disamping meningkatkan perekonomian masyarakat, Gubernur Pastika pun menjelaskan tujuan lain Simantri, yakni untuk melestarikan ras sapi Bali yang terkenal memiliki kualitas bagus.

 

Semenata itu  Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, IB Wisnu Ardhana,menambahkan untuk mendukung kemajuan Simantri utamanya dalam pengolahan pupuk organik, saat ini sudah dikembangkan sistem fermentasi sehingga bisa mempersingkat waktu pengolahan kotoran menjadi pupuk organik, yang dulunya membutuhkan waktu 3 bulan saat ini hanya butuh waktu 21 hari. Sehingga semakin banyak pupuk yang bisa dihasilkan.

 

Ketua Simantri 528, Wayan Yudana, menjelaskan Simantri yang dikelolanya sejak tahun 2015, dengan anggota tetap sebanyak 22 orang , telah memiliki 13 ternak sapi  betina dalam keadaan hamil dari 20 yang merupakan bantuan Pemprov , dan tinggal menunggu kelahiran. Sementara untuk hasil produksi pupuk organik, bio urine, dan bio gas pemanfaatannya baru mencukupi kebutuhan para anggota. “Untuk pupuk biasanya dimanfaatkan oleh para anggota, jika ada petani yang butuh pun kami berikan, dan itu cuma-cuma, belum kami pungut biaya,” ujar Yudana.

 

Usai meninjau Simantri di  desa Pering , Pastika juga sempat meninjau keberadaan program Gerakan Pembangunan Desa terpadu (Gerbangsadu Mandara/GSM)  dan  Bumdes Desa Kemenuh, Sukawati  , Gianyar  yang baru berjalan tahun ini, dan sudah melaksanakan usaha simpan pinjam. Desa Kemenuh yang sebelumnya merupakan sentra kerajinan memiliki tingkat kemiskinan diatas 20%.

 

Pastika menghimbau masyarakat pengrajin setempat  dalam membuat kerajinan ataupun mengikuti pelatihan-pelatihan hendaknya disesuaikan dengan permintaan pasar sehingga barang yang dihasilkan laku terjual. “Kalau bikin kerajinan jangan semau kita, tapi lihat permintaan pasar, kalau dulu mungkin kita bikin kerajinan yang besar-besar dan nilainya mahal, itu kurang laku saat ini yang kebanyakan suka kerajinan yang kecil-kecil, itu yang harusnya kita bikin sehingga laku. Begitu pula buat pelatihan-pelatihan untuk jadi guide, usahakan bahasa-bahasa yang lagi laris seperti bahasa cina dan rusia, peluang kerjanya lebih banyak,” ujar Pasika yang dijawab Perbekel Desa Kemenuh, I Dewa Nyoman Neka bahwa perekonomian warganya yang merosot disebabkan peralihan pekerjaan dari mulanya sebagai pengrajin yang banjir orderan menjadi buruh maupun petani. Usaha-usaha pelatihan menurutnya sudah dilakukan untuk pendongkrak perekonomian warganya.(JCHBl)

 

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *