Media Sosial Efektif sebagai Sarana Informasi dan Edukasi PRB kepada Masyarakat dengan Konten Terkontrol
KataBali.com – Denpasar – Media sosial tetap efektid di era teknologi kekinian sebagai sarana penyampaian informasi dan edukasi pengurangan risiko bencana (PRB) kepada masyarakat.
Karena, media sosial mampu menjangkau pembacanya secara luas sehingga
potensi semakin banyaknya yang akan terpapar literasi PRB di mana pun, siapa
pun, dan kapan pun.
Hanya saja, para pengisi media sosial tersebut tetap harus mampu mengontrol
konten-konten PRB yang disebarluaskan. Hal ini menyangkut kebenaran yang
disampaikan kepada masyarakat itu tetap berbasis data dan sumber terpercaya,
baik dari lembaga maupun komunitas. Karena, tantangannya berhadapan
dengan teknologi AI serta menjamurnya mediagram yang terkadang “asal”
unggah tanpa sumber benar (hoaks) dan berpotensi memunculkan bencana
informasi.
Demikian terangkum pada kegiatan Webinar Strategi Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) “Zaman Now, Info PRB via Medsos itu Lebih Efektif?”, melalui
zoom meeting, Sabtu (19/10/2024), pukul 10.00-12.00 WITA, dari Denpasar,
Bali. Hadir sebagai pembicara : Kepala UPTD Pusdalops BPBD Bali I Wayan
Suryawan, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Bali Suta Wijaya,
Inisiator SmartDesa dari Desa Duda Timur Karangasem Gede Pawana, dan DosenIlmu Komunikasi Universitas Udayana Ras Amanda Gel Gel.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Bali Suta Wijaya mengatakan
media sosial memang mampu menjadi salah satu alat komunikasi kepada publik
yang luas untuk info-info PRB. Namun, menurutnya, penyebaran informasi PRB
secara personal masih lebih efektif dijalankannya.“Info melalui jalur personal itu lebih bisa mendapatkan feedback secara instan dari penerima info. Bisa lebih interaktif. Selain itu juga media massa juga masih menjadi jalur informasi yang kami pilih saat ini. Kedepannya, kami tengah mencoba mencari metode terbaik memanfaatkan media sosial,” katanya saat memberikan materi.
Bagi Kepala UPTD Pusdalops BPBD Bali I Wayan Suryawan, media sosial efektif
untuk menyampaikan info-info PRB maupun kebencanaan. Hanya saja memang
partisipasi masyarakat dengan mengaharkan adanya dua arah masih jauh dari
harapan.
“Beberapa tantangan zaman now ini adalah dengan media sosial, belum semua
masyarakat terpapar sinyal dari provider telekomunikasi, seleksi konten untuk
literasi PRB yang baik dan benar, data-data harus kuat agar masyarkat percaya,
dan tentunya bersaing dengan mediagram,” jalasnya.
Suryawan juga menyinggung mengenai kearifan lokal juga masih efektif dan
tetap perlu dirawat. Ia memisalkan adanya pemukulan kulkul (semacam
kentongan tetapi dari kayu yang biasanya berada di banjar-banjar selevel RT di
daerah selain Bali) ketika ada bencana.
Ia juga menyebutkan tengah menyusun bersama FPRB Bali serta komunitas lain
yang berbasis kebencanaan apakah perlu adanya keseragaman aturan dalam
pemukulan kulkul ini. Alasannya, bencana itu beragam jenisnya dan perlukah
ada pembedaan jumlah pukulan hingga irama menyesuaikan dengan jenis
bencananya.
“Yang terpenting adalah masyarakat desa adat itu sendiri untuk saat ini perlu
merawat kesepakatan aturan bersama mengenai pemukulan kulkul untuk
kebencanaan baik jumlah pukulan dan iramanya,” tambah Suta Wijaya.
Kemudian Inisiator SmartDesa dari Desa Duda Timur Karangasem Gede Pawana
memberikan gambaran bagaimana ia bersama warga membangun komunikasi
dua arah terkait PRB sejak 2017. Hal ini diawali ketika erupsi Gunung Agung
(2017) yang jaraknya kurang dari 8 kilometer dari desanya.
Ia bersama masyarakat mandiri membangun whatsapp group (WAG) yang berisi
beberapa kepala desa sekitar Duda Timur serta masyarakatnya. Mereka saling
bertukar informasi mengenai visual serta suara dari gemuruh Gunung Agung
ketika itu. Tujuannya agar membangun kewaspadaan dan masyarakat selamat.
“Kami membangun 32 WAG dan akhirnya lahir aplikasi SmartDesa yang mampu
mengcakup tidak hanya infomasi kebencanaan saja tetapi segala urusan terkait
kebutuhan masyarakat hingga sekarang ini (2024) masih efektif. Bahkan
masyarkat Duda Timur yang tidak terpapar sinyal pun tetap dapat mengakses
SmartDesa di mana pun. Tentunya dengan teknologi yang kami bangun bersama
pihak swasta,” katanya.
Selanjutnya Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Udayana Ras Amanda Gel Gel memperkuat mengapa media sosial berperan penting untuk membantu meliterasi kebencanaan ke masyarakat luas. Berdasarkan sejumlah penelitian, pengguna media sosial makin banyak dan berada di usia 18 tahun sampai 34 tahun.
“Dalam sehari mereka bisa menghabiskan waktu 7 jam untuk membuka media
sosial ini. Dan media sosila ini bisa menjadi tempat informasi baik maupun
petaka baru. Tantangannya, ya, ada di admin ini. Karena perlu 24 jam segera
menjawab jika ada tanggapan dari pembacanya. Apalagi kebencanaan itu
hitungannya bisa detik maupun menit saat kondisi darurat,” jelasnya.
Webinar ini merupakan bagian dari pertisipasi FPRB Bali bekerjasama dengan
BPBD Bali serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar, dalam rangka
rangkaian partisipasi Bulan PRB secara Nasional yang punvcaknya tahun ini
dipusatkan di Provinsi Aceh.
Setiap Bulan Oktober sejak tahun 2013, Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) mencanangkan sebagai Bulan Pengurangan Risiko Bencana
(PRB). Hal ini demi gerakan membangun ketangguhan bersama karena bencana
urusan bersama.
Tahun 2024 ini, BNPB menggelar puncaknya secara Nasional di Aceh, dengan
tema penguatan PRB di pesisir, sekaligus memperingati 20 tahun bencana
tsunami Aceh. Na Ingat Seulamat!
Harapannya, masyarakat semakin terpapar dan meningkat kapasitas serta
kesadaran pentingnya memahami PRB. Dan gerakan ini bagian dari menjaga
konsistensi kesiapsiagaan masyarakat Indonesia agar siap untuk selamat dari
potensi serta ancaman bencana apa pun, di mana pun.
Bagaimana pun Indonesia merupakan tempat belajar sekaligus laboratorium
kebencanaan. Kita bisa belajar bersama demi menuju: Indonesia Tangguh!
Peringatan Bulan PRB ini bagian dari upaya semua multipihak terlibat
menggemakannya bersama-sama di masing-masing daerah. Membangun
edukasi, literasi PRB melalui dialog, simulasi, pameran pelatihan ketangguhan
hingga permainan interaktif di antara jejaring pelaku PRB.