Petani Milenial di Era Digital: Dituntut Mampu Jadi Petani 4.0

KataBali.com – Denpasar, Generasi milenial yang mendalami pengetahuan tentang pertanian di perguruan tinggi dituntut untuk mampu menjadi Petani 4.0. Petani 4.0 adalah konsep pertanian modern yang menggabungkan teknologi digital dengan praktik pertanian tradisional. Istilah ini terinspirasi dari Revolusi Industri 4.0, yang menggambarkan penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan big data untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor.

Harapan tersebut disampaikan akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (FP-Unwar) Dr. I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si.saat menjadi pemateri dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus (PKKMB) FP-Unwar di Denpasar pada Selasa (3/9/2024).

Menurut Muliarta, era digital telah mengubah wajah pertanian. Petani masa kini tidak hanya mengandalkan pengalaman turun-temurun, tetapi juga harus menguasai teknologi modern. Penggunaan sensor, drone, dan aplikasi pertanian menjadi hal yang umum dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

“Mahasiswa pertanian harus siap menjadi agen perubahan di sektor pertanian. Mesti mampu menggabungkan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku kuliah dengan teknologi terkini untuk menciptakan inovasi-inovasi baru,” kata Muliarta yang juga merupakan Ketua Dosen Penggerak Prestasi Mahasiswa (DPPM) FP-Unwar.

Dalam paparannya, Muliarta juga menyoroti berbagai peluang yang terbuka bagi petani milenial di era digital. Mulai dari akses pasar yang lebih luas, kemudahan mendapatkan informasi, hingga potensi pengembangan usaha berbasis pertanian.

Namun, menjadi petani 4.0 juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Akses internet yang terbatas di beberapa daerah, mahalnya teknologi pertanian, dan kurangnya sumber daya manusia yang kompeten menjadi beberapa kendala yang harus diatasi.

“Meskipun ada tantangan, peluang di sektor pertanian sangat besar. Dengan kreativitas dan semangat yang tinggi, saya yakin mahasiswa pertanian dapat mengatasi semua kendala dan menjadi petani sukses di masa depan,” ujar Muliarta.

Muliarta juga menekankan bahwa petani di era digital tidak lagi sekadar pekerja lapangan. Mereka kini dapat berperan sebagai wirausahawan pertanian. Dengan memanfaatkan platform digital, petani dapat memproduksi produk-produk pertanian berkualitas tinggi, membangun merek sendiri, dan memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen.

“Petani di era digital memiliki peluang bisnis yang sangat luas. Mereka bisa menjadi produsen organik, mengembangkan agrowisata, atau bahkan menciptakan produk olahan pertanian yang unik” ungkap Muliarta.

Menurutnya, generasi milenial, dengan jiwa inovatif dan semangat kewirausahaan yang tinggi, sangat cocok untuk menjadi petani di era digital. Generasi ini dapat memanfaatkan teknologi untuk menciptakan bisnis pertanian yang modern dan menguntungkan.

“Sebagai contoh, seorang mahasiswa pertanian dapat mengembangkan aplikasi untuk menghubungkan petani dengan konsumen, atau membuat konten menarik di media sosial untuk mempromosikan produk pertaniannya” paparnya.

Kegiatan PKKMB Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa ini memberikan pesan yang kuat kepada mahasiswa baru, yaitu pentingnya menjadi petani yang inovatif dan adaptif terhadap perubahan zaman. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan pertanian Indonesia yang maju dan berkelanjutan. mul

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *