Bernilai Ekonomis Tinggi, Budi Daya Rumput Laut di Nusa Lembongan Mulai Ditinggalkan Petani

KataBali,com-Klungkung-Bali Masa keemasan komoditi rumput laut di kawasan Nusa Lembongan, Nusa Panida Kab. Klungkung- Bali, saat ini mulai menurun produksinya. Ditengah hiruk pikuk kedatangan wisatawan manca Negara di Pulau Nusa Penida khususnya Nusa Lembongan merubah mindset penduduk disana. Generasi muda di pulau ini lebih tertarik bekerja atau berbisnis bidang pariwisata.

Nusa Panida yang memiliki 16 Desa , yakni Batu Kandik, Batu Madeg, Batununggul, Bungan Mekar, Jungut Batu, kampong Toyapakeh. Klumpu, Kutampi, Kutampi Kaler, Nusa Lembongan, Ped, Pejukutan, Sakti, Sekartaji, Suana , Tanghlad.Luas Pulau ini 202,41 Km di penuhi bukit karang dan pohon terdiri 3 pulau yakni Pulau Nusa Panida,Nusa Lembongan dan nusa Ceningan.

Saat ini hampir di ketiga pulau sudah diramaikan kehadiran wisatawan dan fasilitas hotel, Restauran,Café. Mendorong penduduknya sebagian besar beralih pekerjaan ke pariwisata. Kalau puluhan tahun lalu penduduk sebagian bekerja dari bertani, nelayan dan mengandalkan hasil dari rumput laut berkualitas bagus, bahkan sampai di ekspor, juga jadi perhatian pemerintah terus meningkatkan produksi dengan harga tinggi antara Rp. 28.000 – 30.000/kg .

Namun sayang kejayaan produkis rumput laut saat jauh menurun, Karena semakin berkurangnya sentuhan mendampingi dari lembaga pemerintahan, swasta atau Finansial, mulai dari tanam sampai panen di tepian perairan laut Nusa Ceningan- Lembongan seperti di desa Semaya, yang dikunjungi puluhan wartawan dari Berbagai media di inisiasi Bank Indonesia Bali rangkaian Ngeraos Sareng Media dan Capasity Building menghadirkan Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Bali, Erwin Soriadimadja, Deputy Kepala Bank Indonesia Bali Gst Ayu Diah Utari dan Advisor Bank Indonesia Bali Butet Linda H Pandjaitan serta Mantan CEO Jawa Pos Group Dahlan Iskan Kamis- Jum’at (12-13/9 ) di Nusa Lembongan- Nusa Panida.

keterangan foto, Pande petani rumput laut di teluk Nusa Ceningan – Lembongan

Seorang Petani Pande Nyoman Rajin menceritakan, rasa pesimisnya Rumput Laut akan kembali menjadi komoditas unggulan. Karena nyaris tidak ada lagi generasi muda yang menggarap rumput laut, “Mereka sebagian besar sudah beralih ke Pariwisata. Bahkan sudah ada yang tidak lagi kembali ke desa mereka di Nusa Panida termasuk ke Lembongan, jadi kami yang lansia ini mencoba mempertahakan, “ ungkap Pande, yang mulai menggarap rumput laut sejak 1984 dan pernah terhenti selama 6 tahun.

Ia kembali menggarap tahun 2016, kembali istrirahat. Saat Pandemi Covid-19 kembali menggarap rumput laut bersama petani lain. “Saat itu banyak tantangan diantaranya karena adanya limbah hotel, penyakit busuk batang, badan rumput laut tipis ( pipih ) pertumbuhan lambat, batang retak terkena ombak hingga putus, “ jelas Pande, seraya merasa terkadang lelah untuk bertahan karena usia.

Namun ia tetap semangat terus bertahan untuk membudidayakan rumput laut. Ia menyayangkan jika rumput laut dibiarkan tanpa sentuhan. Karena rumput laut ini bisa dibuat sabun cuci, sabun mandi, krupuk dan daluman ( minuman ) juga kosmetik. Sekarang harga jual 1kg – Rp. 12.500 – 14.000 jenis basah/nori/agar laut.

“Saat ini saya bertahan garap lahan di teluk Ceningan- Lembongan puluhan hektar, yang lainnya saya sewakan kepada petani rumput laut di Desanya Semaya. Kami semangat jika rumput Laut di Lembongan mampu bertahan asalkan ada pendampingan dan dana untuk membudi dayakannya,“ ungkap Pande, menyebut beberapa tahun lalu ada suntikan dana dari BRI, tapi terhenti, saya tidak tau sebabnya, “ ujar Pande.

Di Nusa Lembongan terdapat sekitar 8.000 m2 lahan air laut untuk pembudidayaan rumput laut, sekarang makin menyusut, selain itu peraian laut sekitar Nusa Lembongan mulai dipadati kapal untuk transportasi wisatawan. Nusa Lembongan ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.

Untuk itu Bank Indonesia Bali terus mendorong pemerintah agar pariwisata Bali mewujudkan Quality Tourism ( Pariwisata berkualitas dan berkelanjutan). Karena Ekonomi Bali tumbuh 5,36 % dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 4,6 juta ditargetkan 5,7 juta.Bank Indonesia Bali menilai hal ini luar biasa potensi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan mewujudkan driver economic growrth baru bagi Bali.

“Kami BI terus mendorong sektor pertanian dalam arti luas seperti rumput laut, perikanan, hortikultural terus digarap dan ditingkatkan, agar ada peningkatan ekonomi di semua Kab/ kota di Bali “ tandas Erwin Soeriadimadja. Nn

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *