Subak Dilemahkan, Petani Desa Dauh Puri Menjerit
KataBali.com – Tabanan – Kepala Desa Dauh Puri Marga, Kabupaten Tabanan I Wayan Wiryanata menyatakan sangat prihatin dengan dilemahkannya posisi subak oleh para pemangku kepentingan bidang pertanian.
“Salah satu bukti subak dilemahkan, dulu mendapatkan bantuan Rp. 50 Juta/tahun, saat ini hanya Rp. 10 juta. Mau dimanfaatkan untuk apa dana 10 Juta di subak?” Ungkap Kades I Wayan Wiryanata, saat menyampaikan sambutan pada pembukaan pengabdian masyarakat serangkaian Agricamp FP Unud 2024, Rabu (24/1)
Agricamp tersebut dilaksanakan untuk keempat kali oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FP Unud). Kepala Desa I Wayan Wiryanata berharap Desa Marga Dauh Puri bisa ditetapkan sebagai desa binaan dari Fakultal Pertanian.
Dekan Fakultas Pertanian Unud Dr. IGN Alit Susanta Wirya, SP., M.Agr menyambut baik “lamaran” tersebut. Ahli penyakit tanaman tersebut menyatakan secara teknis Desa Marga Dauh Puri layak menjadi desa binaan karena desa ini sangat ramah dan mendukung pelaksanaan kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi FP Unud.
“Terbukti Agricamp sudah terlaksana untuk keempat kalinya di sini, disamping jaraknya relatif terjangkau dari kampus Unud,” tutur Dr. Alit Susanta. Ditegaskan, setiap tahun civitas akademika FP Unud melakukan pengabdian masyarakat. Tahun 2023, lanjutnya, FP Unud melepas ekor tyto alba (burung hantu) untuk membantu petani mengatasi hama tikus.
Kades I Wayan Wiryanata menegaskan burung hantu yang disumbangkan civitas akademika FP Unud sangat efektif mengatasi hama tikus. “Serangan hama tikus sudah menurun drastis sekarang, terbukti dampaknya kerusakan tanaman padi tidak separah hama tikus seperti beberapa tahun lalu,” tuturnya. Ditegaskan, permasalahan sektor pertanian muncul dari aspek sosial ekonomi seperti penurunan subsidi pupuk, kelembagaan subak, serta kerusakan salutan irigasi.
Kades I Wayan Wiryanata menjelaskan saat ini pemerintah memangkas jatah pupuk subsidi hingga 52 %. Kondisi ini sangat tidak sebanding dengan harapan menjaga ketahanan pangan. Pupuk yang sangat minim disediakan, lanjutnya, berakibat menurunnya produktivitas lahan.
“Saat ini petani hanya mendapatkan 1 Kg Pupuk Urea/are dan 0,7 Kg Pupuk NPK/are. Ini sangat minim dari kebutuhan petani,” tuturnya. Ditambahkan, subak sebagai lembaga yang mewadahi petani saat ini posisinya sangat lemah.
Sebelumnya, kata Kades I Wayan Wiryanata, subak mendapat dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi Bali Rp. 50 Juta, namun sekarang hanya Rp. 10 Juta. “Kondisi ini jelas melemahkan posisi subak,” tuturnya. Masalah lain, terkait distribusi air yang berubah yang sebelumnya dengan sistem tektek namun saat ini bangunan temuku (pembagian air dengan sistem tektek) sudah dihapus. Kondisi ini menyebabkan kerusakan saluran irigasi, banyak saluran irigasi tergerus sehingga distribusi air irigasi tidak stabil.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut diisi ceramah penanganan hama penyakit tanaman oleh dosen muda Prodi Agroekoteknologi I Kadek Wisma Yuda, S.P., M.P dan Guru Besar FP Unud Prof. Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP terkait manajemen subak. I Kadek Wisma Yuda, MP memaparka teknik-teknik menangani hama dan penyakit tumbuhan khsusnya padi. Sedangkan Prof. Ketut Suamba menyakini kendati subak ada kecendrungan dilemahkan namun subak akan tetap eksis.
“Perlu dilakukan rekayasa kelembagaan seperti membentuk koperasi tani menunjang kegiatan subak. Unit bisnis subak harus dibentuk agar subak memiliki pendapatan sehingga subak tidak tergantung pada bantuan pemerintah atau pihak ketiga. Kegiatan pengabdian tersebut diikuti petani dari Subak Sidang Rapuh, Desa Marga Dauh Puri juga dihadiri kalangan dosen dan mahasiswa FP Unud. (*)