Kebijakan Makroprudensial, BI Berikan Insentif Untuk Penyaluran Kredit Sektor Hijau
KataBali.com – Denpasar – Kepala Bank Indonesia ( BI ) Provinsi Bali R. Erwin Soerjadimadja mengatakan, momentum pemulihan ekonomi Bali, ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri,harus berlanjut terlihat pada triwulan I 2023,tumbuh sebesar 6,04 persen (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,61 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Bali didukung terjaganya aktivitas pariwisata dan rendahnya basis perekonomian Bali triwulan I 2022 (low base effect), Secara Nasional, Bali naik ke posisi 22 sebagai Provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi tahun 2022, setelah sebelumnya menempati posisi terakhir tahun 2021. .
Hal itu diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali,Erwin Soerjadimadja dalam Sarahsehan Menuju Ekonomi Bali yang Hijau,Tangguh, dan Sejahtera, di Kantor Bank Indonesia Denpasar, Senin lalu, bersama Kepala OJK Banusra, Kristrianti Puji Rahayu, tema “Bali Menuju Ekonomi Hijau, Tangguh dan Sejahtera, karena ekonomi hijau menjadi tuntutan saat ini. Karena, Eropa dan Amerika mulai mendorong ekonomi hijau.Kita harus mengambil langkah kecil untuk menjadi besar, “ jelas Erwin.
Langkah kecil yang dimaksud,kata Erwin, dengan mendorong penciptaan ekosistem untuk Sustainable Food, Zero Waste Small Industry, yang dirasa sebuah cara mendorong ekonomi hijau. Di samping itu,Bank Indonesia dengan kebijakan makroprudensialnya memberikan intensif untuk penyaluran kredit ke sektor hijau. .
“ Dari sisi pemerintah daerah, tentu bisa mendukung dengan regulas dan dukungan lainnya untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi mengembangkan ekonomi hijau,Tentu bukan hanya pertanian hortikultura,juga industri kendaraan listrik, “ imbuh Erwin.
Bentuk insentif dari Makropresial sebagaimana diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI, ada pembiayaan ke sektor-sektor tertentu sehingga perbankan itu diberikan insentif,“Ada pembiayaan ke sektor tertentu pembiayaan menuju ekonomi sektor hijau,juga pembiayaan mendukung ekonomi inklusif. .
Ia menyebut, Insentif sektor tertentu paling tinggi 4%,,sebelumnya 1,5 persen ke 2 persen total insentif ke Bank penyalur. Kemudian ke pembiayaan inklusif dari 1 persen ke 1,5 persen, ke pembiayaan hijau 0,3 persen dan 0,5 persen.untuk insentif pada bank penyalur,Ia mencontohkan,,sektor pariwisata terus dikelola,memberikan perhatian pertanian, hortikulutra dan perikanan.
Dalam memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan melalui implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS)/Unit Usaha Syariah (UUS) akan berlaku mula 1 Oktober 2023, mencakup :
Penajaman insentif likuiditas kepada bank penyalur kredit/pembiayaan sektor hilirisasi minerba dan hilirisasi nonminerba (termasuk pertanian, peternakan, dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata, inklusif (termasuk UMKM, KUR, dan ultra mikro/UMi), serta ekonomi keuangan hijau;Iplementasi KLM dilakukan melalui pengurangan giro di Bank Indonesia dalam rangka pemenuhan GWM dalam Rupiah yang wajib dipenuhi secara rata-rata; nn