Puncak HTTS Di Bali, KMPT Unud Wujudkan Lingkungan Bersih Bebas Asap Rokok
KataBali.com – Puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2022, digelar Komunitas Mahasiswa Peduli Bahaya Tembakau Universitas Udayana (Unud) dengan terjun ke Pantai Kuta untuk mensosialisasikan bahaya rokok dan mengedukasi pentingnya mewujudkan lingkungan bersih bebas dari paparan asap rokok.
Kegiatan rutin dalam memperingati HTTS untuk tahun 2022, mengambil tema lingkungan sebagaimana tema dicanangkan PBB, dilaksanakan di Pantai Kuta sebagai pusatnya destinasi pariwisata di Pulau Bali.
Puluhan mahasiswa KMPT Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unud, dibantu relawan dari mahasiswa Universitas Dhyana Pura (Undhira) dan mahasiswa lainnya serta masyarakat, memperingati HTTS dipusatkan di Pantai Kuta, Badung pada Sabtu (11/6/2022).
Kepala Divisi Khusus Komunitas Mahasiswa Peduli Bahaya Tembakau (DKKMPT) Luh Putu Sintya Devi Agustin mengungkapkan, kegiatan ini, dilatarbelajangi, kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan apalagi tema peringatan HTTS dari WHO tahun ini, juga untuk lebih peduli menjaga lingkungan.
“Kita dari DKKMPT, ingin memberikan bukti konkrit, melalui kegiatan di luar, kami rutin memperingati HTTS, karena kemarin saat pandemi, kegiatan kita terbatasi dan sekarang bisa digelar outdoor,” tuturnya. Bungkus rokok dan puntung rokok banyak ditemukan di sekitar Pantai Kuta, Badung. Bali
Luh Putu Sintya Devi Agustin menyebutkan, saat sosialisasi pantai bebas rokok diterjunkan 27 orang volunteer atau relawan yang melakukan aksi membersihkan arel pantai dari puntung rokok . Tercatat 50 partisipaspan yang turut mengkampanyekan bahaya tembakau.
“Semoga HTTS ini, bisa menyadarkan semua untuk menciptakan Lingkungan sehat bebas dari tembakau, karena mewujudkan lingkungan sehat dari paparan asap rokok adalah tugas kita semua,” imbuhnya.
Ketua Badan Esekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unud, Eduardo Kenjiro menyatakan, kegiatan yang diakukan ini memang tidak bisa dikatakan secara pasti efektivitasnya, namun Indonesia dengan populasi perokok yang tinggi di dunia, terkadang tidak punya opsi lainnya
“Kita hanya bisa melakukan yang terbaik saja untuk masyarakat, apapun yang bisa dilakukan tentunya untuk bisa memperbaiki situasinya,” tuturnya.
Sejatinya, jika bicara efektivitas gerakan yang dilakukan mahasiswa atau masyarakat lainnya untuk menciptakan lingkungan sehat dan bebas paparan asap rokok, sejauh ini sudah melakukan upaya yang terbaik yang bisa dilakukan.
“Kalau bicara budaya atau kebiasaan yang sifatnya pecandu, agak sulit kita melakukan hal-hal lainnya,” sambungnya.
Untuk konteks FK Unud, ada 15 lembaga yang masing-masing ada yang mengurus kanker, HIV termasuk HTTS yang dilakukan setiap tahun, dengan menyesuaikan tema-tema yang relewan dengan perkembangan yang ada.
“Kita fokuskan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), atau kawasan bebas rokok, karena situasi sekarang pantai tempat umum , sangat rawan, orang merokok dan penyebaran asapnya,” imbuhnya.
Sekretaris II Desa Adat Kuta Wayan Dewa Putu Gede Putra, sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan mahasiswa Unud dengan melakukan aksi bersih-bersih Pantai Kuta.
“Kami dari Desa Adat Kuta menyampaikan terima kasih, kami selalu menjaga kebersihan Pantai Kuta, mudah-mudahan adanya kegiatan HTTS ini, sebagai ajang pemulihan ekonomi di Kuta, Harapnya.
Selama ini, pada masa pandemi , perekonomian di Kuta sangat terpuruk, mudah-mudahan ajang ini, sedikit tidaknya memberikan keramaian lagi di Kuta, setidaknya otomatis orang tahu Pantai Kuta layak dikunjungi kembali,” harapnya.
Koordinator Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat FK Unud, Dr Putu Ayu Swandewi Astuti menambahkan, serangkaian peringatan HTTS di Bali sudah banyak dilakukan sejak bulan Mei lalu, dengan berbagai lomba maupun kegiatan lainnya.
Diakuinya, upaya yang dilakukan selama ini, dalam menekan prevalensi perokok pemula hingga pemantauan pelaksanaan atau kepatuhan terhadap Perda KTR, dirasa belum cukup.
Untuk itu, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali maupun kabupaten dan kota, agar terus diintensifkan guna melindungi masyarakat dan anak dari bahaya paparan asap rokok.
“Asap rokok telah berdampak terhadap lingkungan, bagaimana menciptakan lingkungan yang bersih dari puntung rokok sebagai salah satu sumber pencemaran di pantai-pantai di dunia, maka kita kumpulkan puntung rokok, sebagai pemantik lainnya yang bisa dilakukan kelompok masyarakat,” ungkapnya diamini Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Pengda Bali Dr I Made Kerta Duana.
Pihaknya juga terus mendorong orang untuk berhenti merokok. Dorongan untuk motivasi mereka agar berhenti merokok dengan melibatkan para relawan dan Udayana Central untuk melakukan advokasi, edukasi tentang bahaya rokok, sehingga mereka bisa berhenti rokok, salah satunya sekarang turun ke pantai mengedukasi masyarakat atau wisatawan tentang bahaya rokok.
Kemudian, pihaknya juga terlibat dalam berbagai pelatihan, penelitian dan pengabdian masyarakat, termasuk revitalisasi klinik berhenti merokok di Puskesmas.
Masyarakat yang berhenti merokok harus mendapatkan pelayanan yang optimal di Puskemas. Bagaimana mereka bisa melayani membantu masyarakat yang ingin stop merokok dan mendampingi mahasiswa dalam advokasi Perda KTR untuk mengawal bersama regulasi itu seperti di Kabupaten Badung.
“Harapannya, dengan berbagai upaya yang dilakukan, bisa mengurangi jumlah perokok pemula, mewujudkan lingkungan bersih dan sehat, berkurang paparan asap rokok untuk melindungi masyarakat terpapar rokok, ” tandasnya.
Dalam kesempatan sama, Plt Kepala Dinas Kesehatan Badung dr I Wayan Darta, berharap kegiatan yang dilakukan mahasiswa Unud, bisa diperluas dilakukan lapisan masyarakat lainya seperti Sekka Teruna, generasi muda, mahasisa lainnya, kelompok masyarakat tertentu hingga pengusaha.
“Semua lapisan masyarakat, diharapkan bisa melakukan kegiatan seperti ini, karena merubah perilaku sangat sulit, apalagi orang kadung kecanduan merokok, kita semua harus begerak, bagaimana kita hidup tanpa tembakau, tanpa rokok,” tukasnya.
Wayan Darta menambahkan, populasi perokok di Bali cukup tinggi mencapai 10 ribu orang termasuk rokok elektrik yang didominasi kaum remaja yang jumlahnya meningkat tajam.
Demikian juga, angka kematian yang ditimbulkan akibat rokok juga meningkat seperti kanker dan jantung lainnya. Belum lagi, masih banyak perilaku masyarakat yang belum disiplin, belum bisa merubah perilaku merokok sehingga banyak sampah puntung rokok yang mengganggu kebersihan lingkungan.
“Sesuai tema lingkungan ini, bagaimana kita membangun KTR, bebas asap rokok yang diciptakan di lingkungan agar kesehatan lebih baik, edukasi generasi muda untuk tidak merokok, ” sambungnya.
Ia menyampaikan terima kasih kepada mahasiswa dan relawan, yang telah melakukan sosialiasi person to person atau ke pengunjung pantai, dengan pendekatan humanis tidak menghakimi.
“Bagaimana memakai bahasa menyadarkan, bahaya rokok, tidak saja membayakan diri sendiri namun juga bagi perokok pasif,” katanya mengingatkan.
Usai peringatan HTTS, mahasiswa dan relawan turun ke pesisir pantai untuk membersihkan puntung rokok sembari melakukan edukasi tentang bahaya rokok dan pentingnya menjaga lingkungan bersih, sehat bebas dari paparan asap rokok.
Kegiatan itu mendapat sambutan positif masyarakat yang tengah berlibur di Pantai Kuta sepeti dari wisatawan termasuk para anggota komunitas penggemar motor Vespa scooter yang kebetulan tengah menikmati keindahan Pantai Kuta. hs