Ditengah Pandemi, BI Dukung Endek Produk Tenun Artha Dharma Bangkit Lewat Digitalisasi
Caption :- Ketut Rajin didampingi Rizki Ernadi Wimanda, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
KataBali.com – Singaraja – Pandemi Covid-19 nyaris meluluhlantaka perekomian Bali, yang sangat tergantung kunjungan wisatawan untuk berwisata di pulau dewata ini.Hampir semua dunia usaha yang mendukung sektor wisata sejak Maret 2020, turun omset.. Bahkan ada beberapa UMKM, Toko Souvenir terbesar dan hotel besar di Bali tutup.
Meski sangat terdampak, namun banyak yang masih bertahan tegar berupaya bangkit berkreasi dengan berbagai inovasi baik produk dan pemasarannya ditenagh diberlalukannya PPKM. Hal itu terlihat di Oktober 2021,ada isyarat dan harapan bangkitnya ekonomi dengan mulai dibukanya pariwisata, setelah hampir 2 tahun Bali seperti tidur sepi dari hiruk pikuk kedatangan wisatawan
Dua dari 36 pelaku UMKM Binaan Bank Indonesia Provinsi Bali, ada dua UMKM yakni ‘Pagi Motley’ dan Tenun Artha Dharma di Buleleng Bali, yang dikunjungi puluhan media dalam program Capacity Building,digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di Singaraja 7-9 Oktober 2021.Didampingi Rizki Ernadi Wimanda, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali dan Ekonomi Pakar Bank Indonesia Provinsi Bali,Donny H. Heatubun.
Bali selain terkenal dengan keindahan alam,budaya juga memiliki kekayaan kerajinan Tenun terkenal dunia.Tetapi pesatnya tranformasi teknologi industri tekstil nyaris menggelamkan, perajin kain tenun semakin terancam punah. Hanya sedikit usaha tenun tradisional Bali yang mempertahankannya,sebut saja Kelompok Tenun Artha Dharma di Kabupaten Buleleng.

Berlokasi di Jalan Sinabun Singaraja, Buleleng,Tenun Artha Dharma terlihat para pekerja tekun menenun, mereka memintal kokon sutra, memilah benang, membuat motif, pencelupan warna alam, hingga menenun dengan alat tradisional,ada sekitar 50 penenun dengan 33 orang pekerja penunjang seperti tukang jumput, bagian pencelupan/pewarnaan.,
Tenun Artha Dharma , berupaya melestarikan keunikan produk berbahan dasar alam membuat Pertenunan Artha Dharma bertahan di tengah pandemi Covid-19. Bahkan 88 pekerja di Pertenunan Artha Dharma,saat ini masih beraktivitas,” Kami memasarkan lewat konvensional dan digital mampu mendekatkan produk handmade Artha Dharma ke konsumen, dan masih menerima order ribuan seragam bagi pemerintah daerah maupun swasta, “ jelas Ketut Rajin, owner Tenun Artha Dharma
Meski belum bisa ekspor, namun produk tenun miliknya sudah ke Italia,Prancis dan Negara lainnya melalui diaspora atau butik butik,” Kami tentu berusaha menembus akses digital untuk ekspor gampang dan simple melalui jalur digital seperti Instagram, Marketplace termasuk Shopee, dan lainnya,” jelas Ketut Rajin didampingi Rizki Ernadi Wimanda, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
Ketut Rajin optimis dengan dibukanya Border 14 Oktober ini, bakal menggairahkan untuk UMKM di Bali,ia pun membutuhkan modal, yang diperlukan saat diversifikasi produk desain baru,‘’ Untuk penambahan modal, tidak ada kesulitan bisa pinjam ke LPD, Bank BPD, dan bank lainnya,’’ terang Katut Rajin.
Diakui Ketut Rajin, Pandemi membuat omzet turun 60-70 persen. Ia terbantu adanya pesanan seragam yang masih tetap jalan. Artha Dharma memproduksi tenun ikat berbahan alam (tenun songket) sekitar 40 persen, tenun ikat biasa 60 persen, “ Saat ini omzet hanya Rp 100 juta sebulan, “ ungkap Rajin.
Eksisnya Produk Tenun ini, kata Ketut tidak terlepas dari dampak Surat Edaran Gubernur (Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali / Kain Tenun Tradisional Bali, red).Demikian juga, transaksi via online sangat membantu di tengah pandemi Covid.
Saat ini, Tenun Artha Dharma. menyediakan jenis kain Songket, Endek Pelangi, Endek Sutra, Endek Jumputan, Endek Metris, Selendang, dan Kebaya, segmen pasar warga lokal dan internasional. Ke depannya pengiriman kain tenun Artha Dharma, menggunakan sistem digital demi menghemat efisiensi biaya pengiriman.
Pusat Pelatihan Siswa SMK
Tenun Artha Dharma, menjadi pusat pelatihan pertenunan menampung anak-anak putus sekolah, pengangguran untuk diberikan pelatihan pertenunan agar ke depan bisa membuka lapangan pekerjaan. Untuk pelatihan tenun ikat biasa dalam dua pekan langsung bekerja.Tetapi untuk tenun songket alam proses pelatihan membutuhkan waktu enam bulan sampai setahun karena perlu keterampilan khusus.
‘’Saya berusaha meregenerasi menjaga tradisi pertenunan ini.Tenun Artha Dharma terbuka buat anak sekolah magang,bekerjasama dengan SMK Sukasada, SMK Bali Mandara,dan kerjasama penelitian meningkatkan kualitas produk yang ,’’ jelas Ketut Rajin.
Upaya ini, kata Ketut dibantu Bank Indonesia baik peralatan, pelatihan, promosi dan pemasaran menembus luar negeri, seperti mengikuti KKI, Tenun Artha Dharma terlibat fashion show,menampilkan produk terbaru agar dikenal masyarakat.
Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki E Wimanda menjelaskan, BI Bali, memberi bantuan Alat Tenun Bukan Mesin ( ATBM ) sebanyak 4 Unit.juga melatih bagaimana mengelola limbah, memasarkan produk melalui E-Commerce atau on boarding, agar pemasarannya tak hanya offline tetapi menjangkau dunia maya.
Arta Dharma, kata Rizki sudah join dengan E-Commerce Global.Pembelinya dari berbagai Negara,juga dalam negeri, “. Pelatihan pemasaran, pengelolaan limbah juga ikut pameran di KKI di Bali Jagadhita Culture Week 2021,” Yang penting kualitas dan kuantitas bagus dan konsisten ketika ada permintaan pasar terpenuhi relatif cepat,’’ tegas Wimanda.
Ada 36 UMKM binaan dan mitra BI tersebar di Bali, “ Diharapkan setiap penenun memiliki ciri khas,baik pewarna alam, dan sintentis disain sendiri lebih unik. UMKM didorong naik kelas, menjadi UMKM digital dan ekspor harus berkembang,” kata Rizki Wimanda.nn