87 % UMKM Bali Terdampak Pandemi, BI Perkuat Sinergi Dengan 18 Lembaga Bangkitkan UMKM Beradatif ke Digitalisasi
Caption, Ekonom Ahli Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali,S Donny H Heatubun, didampngi Kepala Tim Implementasi KEKDA BI Bali, Beny Okta Tutuarima, Capacity Building Media BI , Rabu (29/9) di Sanur.
KataBali.com – Denpasar. – Ekonom Ahli Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali,S Donny H Heatubun mengatakan saat kondisi ekonomi turun tajam sampai 85 % akibat dampak Pendemi , ternyata sektor UMKM yang selama ini, bergandengan dengan sektor pariwisata di Bali, masih ada yang mampu bertahan 12,5 % sedangkan 87% sangat terdampak
Angka 12,5 % ini, cukup besar, di saat sektor pariwisata Bali kolap, masih ada pelaku UMKM mampu bertahan untuk tetap survive menjalankan usaha mereka dengan berbagai cara seperti menggalakan usaha dengan memanfaatkan Digitalisasi dalam pemasaran,” Jika dihitung dari sekitar 2.600 pelaku UMKM di Bali, maka 370 diantaranya, sudah beradaptif ditengah turunnya ekonomi Bali,akibat Pandemi, “ jelas Donny, dalam acara Capacity Building Media, Rabu ( 29/9 ) di Sanur, Denpasar.
Bank Indonesia, Bali yang sangat aktif membina 32 UMKM, terdiri atas 8 UMKM dengan program volatile food, 22 UMKM program berorientasi ekspor, dan 2 UMKM dengan program pengembangan ekonomi berbasis keagamaan, juga terus mendekatkan UMKM dengan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi dan pengembangan UMKM.
Hal ini, dilakukan Bi, karena Pendemi, telah mengajarkan masyarakat khususnya dunia usaha untuk lebih inovasi, dan kreatif mengembangkan usaha baik,desain produk,dan pemasaran,“Banyaknya UMKM yang terdampak, tak terlepas dari Kebijkaan Pemerintah yang membatasi mobilitas masyarakat untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 yang berlangsung 1,6 tahun ini berdampak pada penurunan pendapatan dan perdagangan ritel dan micro, “ jelas Donny Heatubun.
Sebelum Pandemi, kata Donny jumlah UMKM di Indonesia sekitar 64,2 juta, berperan strategis dalam pengendalian Inflasi dan PDB ditahun 2018,hingga mencapai 57,24 % UMKM di Indonesia yang berjumlah sekitar 64,2 juta memiliki peranan strategis dalam pengendalian inflasi.
Diakui oleh pemerintah,bahwa kontribusi UMKM terhadap PDB pada 2018 mencapai 57, 24 persen. Dalam indikator makroekonomi peran UMKM sangat signifikan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 97,05% (116,97 juta tenaga kerja) dan ekspor non Migas, UMKM di angka 14,37% (Rp293.840,9 miliar).
Donny menyebutkan ,banyak hal yang dihadapi UMKM seperti modal, daya saing, akses dan bahan baku,“ Dalam membangkikan kembali UMKM yang nyaris kolap ini, selain BI ada 18 lembaga dan institusi yang UMKM.Kita berkomitmen bersinergi dan kolaborasi serta satu kata untuk memulihkan kembali UMKM Ini,” imbuh Donny.
Strategi lain diantaranya,penguatan Sinergi Kebijakaan nasional UMKM, Internokneksi UMKM ke GVC ( Global Value Chain ) memanfaatkan Digitalisasi, serta sinergi dengan Stocholder yang memerlukan program terukur dan sistematis untuk mengangkat kembali UMKM,yang Diharapkan UMKM naik kelas,” Bank Indonesia mengimplementasikan strategi pengembangan UMKM berorientasi ekspor melalui korporatisasi, pengembangan kapasitas, dan dukungan terhadap akses pembiayaan,dan digitalisasi UMKM Terintegrasi dengan QRIS sebagai inovasi Digital Payment ( perluasan QRIS ) dalam dan luar negeri, “ jelas Donny.
Strategi lain, sinergi Pemerintah dalam Pemulihan terus menggaungkan UMKM & Bangga Buatan Indonesia (BBI). Gernas BBI menjadi flagship mengedepankan sinergi antar K/L, BI, Pemda, Perbankan, Asosiasi, dan Media setiap bulannya yang telah memberikan dampak positif bagi pemulihan UMKM di masa pandemi. ( nn )