Indonesia Itu Merdeka Atau Mesti Dimerdekakan ?
Angga Putra Pratama, Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Udayana.
KataBali.com – Denpasar – Indonesia merupakan negeri yang berdiri dengan keringat yang bercucuran darah bukan berdiri dengan loby-loby, bangsa indonesia memerjuangkan dirinya untuk bebas merdeka dari kaum penjajah. Butuh perjuangan yang sangat keras bagi bangsa indonesia untuk bebas merdeka dari penjajah. Berpuluh-puluh bahkan beratus pahlawan mengorbankan dirinya dalam perjuangan untuk memerdekakan negri ini dari penjajahan. Berbagai upaya dilakukan sekian lamanya dan penuh dinamika dalam pendeklarasian nya. Hingga akhirnya pada 17 agustus 1945 bertepatan dengan 9 ramadhan 1364 kemerdekaan indonesia di proklamirkan ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekaro di Jl. Pegangsaan timur no. 56, Jakarta pusat.
Namun, saya tekan kan lagi bukan perkara mudah bangsa indonesia dalam mencapai kemerdekaan itu. Ada pengorbanan yang sangat besar yang di perjuangkan bangsa indonesia untuk terbebas dari penjajahan. Momentum ini tak akan terjadi tanpa serangkaian peristiwa yang melatar belakanginya. Namun, saya tidak tertarik membahas ke ranah history bangsa indonesia seperti apa. Sekian ratus juta masyarakat indonesia mungkin sedikit atau banyak nya tahu history bangsa indonesia secara general.
Ketika mendengar kata-kata “MERDEKA” yang di gaungkan oleh individu ataupun kelompok-kepompok masyarakat dalam bentuk organisasi, paguyuban, komunitas, atau apapun itu terkadang saya merasa khawatir, resah, serta gelisah. Saya melihat gaungan dengan kepalan tangan yang sangat erat seolah-olah kita itu benar merdeka. Saya tekankan lagi pada tangga 17 agustus 1945 indonesia bebas merdeka dari kaum penjajah, tapi apakah merdeka ketika kita melihat hal lain nya?
Memang benar makna kemerdekaan di masa sekarang yaitu bagaimana caranya kita sebagai generasi penerus bangsa mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Selain itu, kegiatan yang mampu membangun bangsa indonesia menjadi lebih baik. Tapi, ketika hal itu sudah ter sistem dalam kepala kita, kita akan lupa bahwa bangsa kita memiliki sebuah integritas tentang perlawanan terhadap sebuah penjajahan, maka jadikan ingatan historis akan hari kemerdekaan ini sebagai gerak berkaca kita dengan kondisi hari ini.
Miris memang ketika kita melihat kondisi hari ini, negara yang di bangun dengan keringat yang bercucuran darah dan nyawa sebagai korbannya. Sekarang, ternyata dalam penyelenggaraan nya dijadikan sebuah lelucon yang dipertontonkan kepada segenap seluruh rakyat indonesia. Rakyat yang menjadi syarat primer dalam berdirinya suatu negara, ternyata tidak di indahkan dan hanya dijadikan sebuah projek kepentingan untuk melancarkan bisnis para elit pemegang kekuasaan, tidak didengar ketika rakyat berteriak dengan aspirasinya, tidak peduli rakyat merengek dengan akalnya, dan bodo amat rakyat menangis dengan emosionalnya, bukan diperhatikan namun di rampok hak nya untuk kehedonan, untuk memupuk harta demi tercapainya kesenangan, dan sifat keserakahan akan harta mendominasi dalam dirinya yang mencerminkan sifat setan.
Soekarno pernah bilang,“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”
Kutipan tersebut memang benar, tetapi saya akan pertegas lagi perjuangan kita itu adalah melawan pemerintah sendiri yang dzolim terhadap rakyatnya. Mengapa pemerintah dzolim ?
Kita ambil saja 1 contoh dari berjuta kasus yang ada yakni, “Kasus suap bansos penanganan Covid-19 berupa paket sembako untuk warga miskin dengan nilai sekitar Rp. 5,9 triliun dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan dengan dua periode oleh mantan mentri sosial (mensos) Juliari Batubara.”[1] Lalu kasus tersebut ditegaskan oleh WaKa BPK RI Bapak Agus Joko Pramono yang menceritakan pihaknya menemukan mark-up harga barang hingga mencapai Rp. 7 Miliar dalam satu sampel proyek bansos yang diteliti. Dan yang membuatnya geleng-geleng kepala. Ada dugaan modus mengganti merk mie instan dengan merk tak dikenal. Dia menduga ada pihak yang sengaja membuat mie instan itu agar mendapat harga lebih murah.
“kita melihat merk mie (bansos) dipasaran kok tidak ada, jadi mereka (koruptor) bikin merk mie sendiri,”ujar Agus.[2]
Itu hanya satu contoh saja, dan memang keparat pejabat ketika hal-hal seperti itu terjadi, ibarat kata rakyat berjuang melawan kematian, dan pejabat berjuang mematikan rakyat. Jadi jelas sudah perjuangan kita itu melawan pemerintah sendiri yang dzolim. Mau tinjau dari perspektif kemanusiaan, pancasila, agama, atau apapun jelas apa yang di lakukan pemerintah ini adalah perbuatan yang keji dan dzolim. Mereka memperkosa rakyat untuk kesenangan dan kebutuhan biologisnya saja tidak mengedepankan ikatan emosional dengan rakyat yang sangat menderita ini.
Nah, yang masih menjadi pertanyaan besar adalah apakah bangsa kita “MERDEKA” ? bagaimana teori nya dan seperti apa konsep nya ketika kita menganggap diri MERDEKA, sedangkan kita masih terbelenggu dengan keresehan, kegelisahan, kebodohan, dan kita di mode senyapkan oleh pemerintah dengan dalih aksi yang bermanfaat, aksi nyata, dan pemerintah bersinergis dengan berbagai organisasi dalam melancarkan strategi nya tapi tanpa kita sadari kita dibungkam dengan projek kemanusiaan sebagai manuvernya, daya kritis kita tertutupi dengan karena perut kita sudah terisi seolah-olah selesai permasalahan, kita dibikin nyaman, kita di doktrin untuk mendukung upaya yang dilakukan pemerintah, sehingga kita lupa mengingatkan pemerintah dengan kritikan-kritikan agar pemerintah bekerja sesuai dengan rel nya. Yang ditakutkan ternyata sudah terjadi salah satu nya adalah korupsi bansos.
Jadi polanya adalah Seoalah pemerintah membantu masyarakat dengan berbagai bentuk bantuan, tetapi menusuk secara perlahan. Berpuluh bahkan beratus triliun uang yang di kocorkan untuk projek kemanusiaan. Memang benar ini adalah force majeure namun, seharus nya pemerintah bergerak, bergegas, sigap, dan tegas dalam mengambil sikap bukan hanya dalam bantuan materi saja tetapi tegas pula dalam penerapan aturan serta tindakan pencegahannya dan bukan berleha-leha mencari celah kosong untuk melakukan penyelewengan menunggu permalasahan meluas sehiingga anggaran keluar besar, karena jika dikaitkan ke logika dasar taktis bisnis tangan kotor nya koruptor adalah semakin besar anggaran keluar semakin besar pula potensi perampok mendapatkan hasil rampokannya, kalau di analogikan dalam berbisnis semakin besar modal yang kita keluarkan semakin besar pula pendapatan kita, begitulah kira-kira.
Hari ini bisa kita lihat, Pemerintah sedang mempertontonkan dan mengajarkan bisnis dengan cara langsung praktek berbisnis dengan rakyat. Bidang kesehatan adalah hal paling seksi untuk dijadikan lahan bisnis, karena tidak ada manusia yang tidak membutuhkan kesehatan, dan orang yang sakit selalu ada dari hari ke hari. Ini lah yang menyebabkan bidang kesehatan takan ada matinya. Dan sekarang bidang kesehatan sedang mempertunjukan tajinya, walaupun tidak semuanya bidang kesehatan yang dicurigai, cuman ada pos-pos tertentu yang berpontensi dan hal wajar untuk dicurigai. Kita lihat saja fenomena hari ini, dalih nya adalah pemutusan rantai penyebaran covid-19, untuk berpergianpun ada syarat terbarukan ditengah fenomena saat ini yakni, harus ada SWAB PCR atau ANTIGEN, serta Vaksin. Dengan harga yang begitu fantastis, melebihi harga akomodasi kendaraan umum. Inilah yang dimaksud dengan celah-celah kosong pemerintah dalam berbisnis dengan rakyatnya. Opini ku begini pemerintah disisi lain membantu rakyat dengan berbagai bantuan, ternyata di lain sisi nya mereka berbisnis dengan rakyat nya untuk subsidi silang agar pengeluaran yang dikeluarkan tidak begitu besar, bisa jadi pemasukan dari rakyat lebih besar dari pada bantuan yang dikeluarkan untuk rakyatnya, bahkan bisa saja korupsi nya yang lebih besar dari bantuan nya.
Apakah kita masih menganggap bahwa INDONESIA MERDEKA? Ya, memang tepat ditanggal 17 agustus 1945 kemerdekaan bangsa indonesia dari penjajah, dan ya, indonesia merdeka tetapi sekarang kemerdekaan nya itu bukan atas nama bangsa indonesia, tetapi atas nama elit pejabat. Karena yang merdeka itu adalah para pejabat pemerintah, kita rakyat masih belum menemukan kemerdekaan dinegri sendiri, bahkan kita merasa asing di bumi kita sendiri.
Miris memang, perjuangan para pahlawan terdahulu yang membela negara dengan mengorbankan nyawanya untuk memerdekakan negeri ini. Tetapi, sekarang banyak orang yang so pahlawan yang mengorbankan nyawa rakyatnya untuk kepentingan pribadi.
Tentunya narasi yang dibangun seharus itu seharusnya bukan 76 INDONESIA MERDEKA, tetapi seharusnya adalah MERDEKAKAN INDONESIA DARI PEMERINTAHAN YANG DZOLIM.
Jadi, dalam merespon fenomena seperti sekarang ini yang mengakibatkan permasalahan daerah, nasional, dan kesulitan bagi rakyat indonesia dan memvalidasi legitimasi kemerdekaan, dibutuhkan komitmen dan kesadaran dari seluruh stakeholder bangsa untuk menyelesaikan tantangan nasional ini dengan penuh integritas dan kebijaksanaan. Namun, apapun yang terjadi tetap bersyuku dan ikhlas kita manusia hanya bisa berjuang dan tuhan yang mentakdirkan.
Perjuangan milik kita, kemenangan milik Allah.
“Merdeka nya bangsa indonesia dari penjajah adalah dengan cara melawan. Merdeka nya bangsa indonesia dari kedzoliman adalah dengan cara melawan. Dan, merdekanya para elit pemerintah adalah dari loby-loby. Yang membedakannya itu adalah cara juang nya.”