Pulihkan Ekonomi, Pariwisata Belum Bisa Diharapkan BI 7 Day Reverse Repo Rate Ditetapkan 3,50 %
Foto : Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda, bersama Tim Pengembangan Ekonomi Kantor BI Perwakilan Bali Donny Haetubun, serta Dekan FEB Undiknas, Prof. Ida Bagus Raka Suardana, saat Capacity Building Media Bank Indonesia Provinsi Bali, di Denpasar.
KataBali.com – Denpasar – Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda mengatakan, salah satu Fungsi Bank Indonesia untuk memelihara kestabilan nilai Rupiah.Sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7.
Hal itu Rizki Ernadi Wimanda ungkapkan hal itu dalam Gelaran Capacity Building Media Bank Indonesia Provinsi Bali, Selasa baru baru ini,di Denpasar. Acara dipandu Tim Pengembangan Ekonomi Kantor BI Perwakilan Bali Donny Haetubun, menghadirkan pembicara Dekan FEB Undiknas, Prof. Ida Bagus Raka Suardana,
Selain materi pungsi Bank Indonesia, Ernada juga menjelaskan kebijakaan yang diambil Bank Indonesia ditengah Pandemi dan upaya pemulihan ekonomi Indonesia secara umum. Dalam melaksanakan kebijakan moneter, BI menganut kerangka kerja Inflation Targeting Framework (ITF).
“ Kebijakan moneter, lanjut dia, merupakan instrumen penting untuk mempengaruhi suku bunga dan nilai tukar, “ Namun itu tidak cukup, harus didukung kebijakan makro prudensial seperti saat menghadapi krisis moneter, “ jelas Rizki.
Dalam pemulihan ekonomi yang saat ini lagi berjalan, ia mengungkapkan BI telah melakukan dimulai dari Evaluasi Pelaksnaan Reformasi Kerangka Operasional Moneter, memasuki tahun 2020 yang penuh tantangan baru akibat Covid -19, ekses likuiditas dampak stimulus pemerintah yang tinggi dan kebijakaan moneter akomodatif ditengah kredit yang rendah menyebabkan suku bunga turun kisaran kebijakaan inflasi dibawah target karena permintaan rendah suku bunga pun terbatas dibanding suku bunga deposito
Melihat hal ini,kata Rizki, ada Bauran Kebijakaan BI, yakni menjaga Kesimbangan antara mengelola stabilitas moneter dan stabilitas system keuangan,yakni konsisten dengan fundamental dan sesuai mekanisme pasar dan aliran modal asing ( kecukupan cadangan devisa), “ Selain itu Kebijakaan Makropridensial dengan Intermediasi berimbang atau Kredit Optimal dan pendalaman pasar Keuangan, “ papar Rizki.
Dalam keputusan Rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Juni 2021, diputuskan BI 7 day reverse Repo Rate ditetapkan 3,50 % dan Suku Bunga Deposit tetap 2,75 % sedangkan Suku Bunga Lending Facility ( LF) 4,25 %, “ Keputusan ini, konsiten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah terjaga serta upaya memperkuat pemulihan ekonomi, “ jelas Rizki Ernadi Wimanda.
Masa Depan Pariwisata Bali
Dekan FEB Undiknas, Prof. Ida Bagus Raka Suardana,menegaskan, belajar dari dampak Pandemi Covid-19. Ekonomi Bali yang sangat terpuruk dalam karena 90 % ketergantungan dengan kedatangan wisatawan dalam dan luar negeri,” Saat ini masyarakat Bali jangan berharap terlalu tinggi untuk pulih dalam waktu dekat sepanjang Covid terus melanda dunia,kita harus realistis kendati program Work From Bali, sedang berlangsung namun untuk jangka panjang masyakarat Bali jangan tergantung dengan pariwisata saja, “ ungkapnya.
Jika Border pariwisata dibuka,banyak kendala yang dihadapi, terutama syarat keluar masuk se buah Negara berbeda dan wajib dipenuhi.Juga kondisi ekonomi yang berat akibat pandemi masih melanda negara pemasok terbanyak warganya berlibur,diantaranya Australia,India, China, terasa berat jika saat ini pariwisata masih dinikmati sebagai motor perekonomi Bali.\
Disaat Pandemi ini, Bali harus menata kembali Kepariwisatan dari kelas sandal jepit, ke High Class, “ Jangan hanya mengejar target jumlah wisatawan, namun kualitas turis pun harus ditingkatkan tentu dengan pelayanan dan fasilitas yang baik, “ ungkap Suardana.
Namun ada beberapa potensi besar dimiliki Bali, diantara lain,kata Suardana sektor UMKM, Digitalisasi Pertanian dan Kelautan dengan focus eksport, dengan menggalakan sektro tersebut, bisa menjadi jalan keluar dari krisis,” Selama ini kita sudah mengeksport manggis,dan Lobster, Ikan Tuna, juga kopi dan produk fashion khas Bali, semua mendatangkan devisa , namun jangan lupa masyarakt Bali, juga harus mengkonsumi dan memakai produk ekspor Bali,agar ekonomi Bali bangkit” jelas Suardana.
Potensi itu, kata Suardana diakui tidak gampang terwujud jika tidak ada kemauan besar dari Pemerintah Bali, terutama bidang pertanian dan regulasi yang bisa membatasi semakin berkurangnya lahan pertanian yang dulunya menjadi lumbung padi dan perkebunan, yang terdapat di 6 Kabupaten.Namun jangan diabaikan memperpendek jalur distribusi pengiriman eksport dari Bali ke Surabaya,karena Bali tidak memiliki Pelabuhan besar. ( nani )