Dampak Pandemi di Banusra, Bali dan NTB Masih Kontraksi, Ekonomi Provinsi NTT Mulai Tumbuh Positif Sebesar 0,12 %
KataBali.com – Denpasar.- Dari Tiga Provinsi di kawasan Timur Indonesia, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat ( NTB ) dan Nusa Tenggara Timur ( NTT ) yang terdampak Covid-19 sejak awal Tahun 2020, yang mengakibatkan turunnya perekonomian dari segala sektor, baru Nusa Tenggara Timur yang sudah memperlihatkan peningkatan ekonominya mulai tumbuh positif yakni 0,12% (yoy).
Peningkatan ekonomi NTT tumbuh didukung sektor pertanian yang meningkat sebesar 8,32% (yoy). Peningkatan sektor ini didorong adanya pelaksanaan program pemerintah seperti Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), Pembangunan Lumbung Pangan, yang didukung pembangunan infrastruktur pertanian.
Sedangkan Daerah Bali dan NTB Pada triwulan I 2021, dua daerah ini,masih terkonstraksi masing-masing -9,85% dan -1,13% (yoy). Untuk terkontraksinya ekonomi Bali disebabkan masih berlangsungnya penyebaran COVID-19 di sejumlah negara masih melakukan kebijakan travel restriction, termasuk Indonesia, yang berdampak menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali.
“ Menurunnya ekonomi Bali secara signifikan akibat pandemi COVID-19,tidak terlepas dari ekonomi Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata,“ ungkap Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho dalam Webinar Transpormasi Ekonomi Bali, Rabu ( 8/6 ) di Denpasar, diikuti Deputi Gubernur BI, Ibu Rosmaya Hadi, Gubernur Bali, Wayan Koster ,Gubernur NTB, Bp. Zulkieflimansyah,Gubernur NTT, Bp. Viktor Laiskodat,Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro Kepala Kantor Perwakilan BI Seluruh Indonesia,Kepala Kr OJK 8 Balinusra, Pimpinan Perbankan,dan Pimpinan OPD Provinsi Kab/ Kota.
Sementara NTB, kata Trisno, terkontraksi seiring dengan perlambatan target produksi konsentrat akibat penurunan kandungan logam yang dibarengi dengan penurunan permintaan domestic.
Trisno mengungkapkan,sebelum Pandemi Covid-19, tahun 2019, pariwisata diperkirakan berkontribusi sebesar 52% pada ekonomi (PDRB) Bali.Kontribusi sektor pariwisata ini tidak terlepas dari penerimaan devisa pariwisata pada tahun 2019, tapi menurun secara signifikan (-82%) menjadi pada tahun 2020. Penurunan penerimaan devisa pariwisata ini akibat turunya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dari sekitar 6,28 juta wisman tahun 2019 menjadi hanya 1,05 juta wisman tahun 2020.
“ Pelajaran berharga dari kondisi tersebut adalah bahwa perekonomian yang terlalu bergantung pada satu sektor, menjadikan kinerja perekonomian sangat rentan terhadap goncangan, “ tegas Trisno.
Bank Indonesia, apresiasi kepada Bapak Gubernur (pemerintah daerah dan pelaku usaha di BaliNusra) terus mencari berbagai terobosan dan upaya membangkitkan ekonominya.
Berbagai pihak bekerjasama dan berkolaborasi mencari solusi dari permasalahan ini, diperlukan sumber pertumbuhan baru (new growth engine) untuk menopang pertumbuhan yang sustainable dan resilience, antara lain melalui digitalisasi sektor pertanian, ekonomi kreatif, dan sektor pendidikan.
Khususnya di Balinusra meskipun mengalami perbaikan perekonomian wilayah ini, masih mengalami kontraksi terdalam dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia. Pada triwulan I 2021 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar -5,16% (yoy), sementara perekonomian nasional hanya terkontraksi sebesar -0,74% (yoy).
“ Kondisi ini mendorong para pemangku kepentingan, pelaku usaha, didukung oleh Bank Indonesia untuk mencari terobosan agar Wilayah Balinusra dapat tumbuh kembali sejajar dengan wilayah lain di Indonesia, “ imbuh Trisno.
Ke depan, prospek perbaikan kinerja ekonomi Balinusra 2021 diperkirakan tren meningkat seiring pelaksanaan vaksinasi yang mendorong confident to travel dan meningkatnya optimisme pelaku usaha.
Sementara itu, kinerja ekspor barang diprakirakan juga akan terdorong oleh penambahan kapasitas penambangan dan seiring meningkatnya kuota ekspor tembaga serta kenaikan eskpor kerajinan dan produk2 pertanian ke LN. Dengan perbaikan di awal tahun 2021 tersebut, untuk keseluruhan tahun 2021 perekonomian Balinusra diprakirakan tumbuh positif sekitar 2,8 – 3,8% (yoy).
Berdasarkan pengamatan BI secara perlahan ekonomi Balinusra sudah mulai mengalami pergeseran dari sektor primer kepada sektor sekunder selama 10 tahun terakhir. Pada tahun 2010 sektor primer pangsa 32,37% (terbesar Lapangan Usaha Pertanian).
Sedangkan, sektor sekunder pangsa 14,14% (terbesar LU Konstruksi), pada tahun 2020 sektor primer pangsa 25,89% (LU Pertanian) sementara sektor sekunder pangsa 15,33% (LU Perdagangan). Adapun bentuk transformasi ekonomi dapat terjadi secara struktural (between sectors) maupun secara sektoral (within sector).
Trisno berharap dalam webinar dari narasumber terkait strategi-strategi meningkatkan ketahanan ekonomi daerah, dan alternative new growth engine. akan menjadi pertimbangan berbagai pihak untuk mengambil kebijakan meningkatkan ketahanan ekonomi di daerah. ( nn)