Perkuat Pemulihan Ekonomi Bali, Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga 3,50 %
Keterangan Foto : – Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Bali, Trisno Nugroho Didampingi Deputi Kpw BI Bali Rizki Ernadi Wimanda dan Kepala Unit Kehumasan, Remon Samora,
KataBali.com – Denpasar – Jaga Stabilitas Ekonomi, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada angka 3,50%. Suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility juga dipertahankan pada 2,75% dan 4,25%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan hal itu, saat Obrolan Santai BI Bareng Media ( OSBIM ), Senin ( 26/4 ) l 2021 di Denpasar.
Didampingi Deputi Kpw BI Bali Rizki Ernadi Wimanda dan Kepala Unit Kehumasan, Remon Samora, lanjut Trisno menjelaskan, keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak adanya ketidakpastian pasar keuangan global, meskipun prakiraan inflasi tetap rendah.
Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, Bank Indonesi mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif serta mempercepat digitalisasi sistem pembayaran.
BI telah melakukan berbagai langkah dalam mendukung implementasi program Pemulihan Ekonomi Nasional, antara lain melalui pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp101,91 triliun, yaitu Rp28,33 triliun melalui mekanisme lelang utama dan sebesar Rp73,58 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO). Selain itu BI juga melakukan penambahan likuiditas di perbankan (quantitative easing) sebesar Rp72,27 triliun.
Sembilan Kebijakaan BI
Selain itu, kata Trisno, bijakan suku bunga, BI mengambil Empat Langkah, Pertama, memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah dengan tetap berada di pasar melalui triple intervention. Kedua, melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk mendukung stance kebijakan moneter akomodatif. Ketiga, meningkatkan penggunaan instrument Sukuk Bank Indonesia (SukBI) pada tenor 1 minggu sampai dengan 12 bulan untuk memperkuat operasi moneter syariah. Keempat, melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif.
Kelima, memperkuat transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan secara lebih rinci, serta melanjutkan koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mendorong percepatan transmisi kebijakan moneter kepada suku bunga kredit perbankan dan meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha. Keenam, memperpanjang masa berlakunya kebijakan pricing SKNBI sebesar Rp1 dari BI ke bank dan maksimum Rp2.900 dari bank kepada nasabah sampai dengan 31 Desember 2021.
Ketujuh, memperkuat kebijakan QRIS untuk mendorong akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan yang inklusif dan efisien melalui peningkatan limit transaksi QRIS dari semula Rp2 juta menjadi Rp5 juta, berlaku sejak 1 Mei 2021 serta penurunan tarif MDR QRIS untuk merchant kategori Badan Layanan Umum (BLU) dan Public Service Obligation (PSO) dari 0,7% menjadi 0,4% berlaku sejak 1 Juni 2021.
Kedelapan, memastikan keamanan, keandalan, kelancaran, dan ketersediaan layanan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah dalam menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1442 H. Terakhir, memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta sosialisasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan instansi terkait. Pada April dan Mei 2021 akan diselenggarakan promosi investasi dan perdagangan di Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Tiongkok, Perancis, dan Inggris.
Ekonomi Bali Positif
Terkait perekonomian Bali terkini, Trisno menjelaskan, perekonomian Bali tahun 2021 diperkirakan tumbuh positif seiring dengan dimulainya distribusi vaksin covid-19 yang berdampak perbaikan level of confidence pelaku usaha dan perbaikan mobilitas domestik. Di samping itu rencana peningkatan investasi swasta dan pemerintah juga turut mendorong pertumbuhan di tahun 2021.
Pada Triwulan 1, ekonomi Bali diperkirakan tumbuh di kisaran -6,1% s.d -5,1%. Pertumbuhan positif diperkirakan dimulai pada triwulan II 2021 secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian diprediksi tumbuh positif dalam kisaran 2,5% s.d 3,5%.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) Minggu ketiga April 2021, perubahan harga di Bali sebesar 0,25%. Perkiraan inflasi April 2021 sebesar 0,13% s.d. 0,33%. Perubahan harga didominasi meningkatnya harga daging ayam ras dan canang sari, karena meningkatnya permintaan pada hari raya keagamaan. Harga cabai rawit di awal tahun,Saat ini mengalami penurunan harga perlahan-lahan.Inflasi terkendali ditopang pasokan barang khususnya bumbu dapur dan beras lancar dan mencukupi untuk Provinsi Bali.
Inflasi tahun 2021 diprakirakan meningkat dibandingkan tahun 2020, namun masih dalam rentang 3%±1%. Lima faktor utama pendorongnya inflasi 2021 ialah meningkatnya aktivitas pariwisata pasca Covid-19, daya beli masyarakat, normalisasi harga tiket angkutan udara dan pemberlakuan kembali airport tax, serta adanya peningkatan cukai rokok, dan biaya sekolah yang ditiadakan tahun 2020.
Bank Indonesia merekomendasikan enam langkah strategis,Pertama, akselerasi penanganan covid-19 dan pelaksanaan vaksinasi. Kedua, akselerasi realisasi belanja pemerintah dan perluasan penerima hibah pariwisata. Ketiga, akselerasi reaktivasi wisman melalui mekanisme travel bubble. Keempat, reorientasi ke pasar wisnus. Kelima, akselerasi hilirisasi pertanian dan industri. Keenam, akselerasi realisasi invetasi melalui pembentukan investment centre dan creative financing. Terakhir, peningkatan produktivitas pertanian melalui digitalisasi pertanian. ( nn)
- Trisno Nugroho