Setelah Deflasi Selama 6 Bulan, November 2020 Bali Inflasi Dibawah Nasional 0,22% mtm
Keterangan foto: Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho.
KataBali.com – Denpasar – Setelah berturut turut mengalami deflasi sejak Mei hingga Oktober 2020, Provinsi Bali pada bulan November 2020 mencatat inflasi, baik di kota Denpasar maupun Singaraja. Berdasarkan perhitungan dari data inflasi Kota Denpasar dan Singaraja yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik provinsi Bali, pada November 2020 Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,22% (mtm), meningkat setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -0,24% (mtm).
Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada Desember 2020 akan tetap terkendali. Meskipun demikian, tingginya curah hujan di Bali perlu diwaspadai yang dapat kembali meningkatkan harga kelompok barang volatile food. TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi terus berupaya untuk menjaga 4K, yaitu ketersediaan pasokan, kestabilan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho menjelaskan,inflasi Bali berada di bawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,28% (mtm). Inflasi terjadi pada kota Denpasar sebesar 0,20% (mtm) dan kota Singaraja (0,37%, mtm). Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 0,81% (yoy), juga lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang sebesar 1,59% (yoy).
Kelompok volatile food mengalami kenaikan harga sebesar 2,60% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatkan harga terlihat untuk komoditas bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang putih. Peningkatan harga komoditas hortikultura disebabkan oleh menurunnya hasil panen di penghujung tahun akibat curah hujan yang tinggi. Demikian juga dengan daging ayam ras, implementasi kebijakan pengurangan DOC (Days Old Chicken) menyebabkan turunnya pasokan.
Kelompok barang administered price mencatat penurunan harga sebesar 0,24% (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara dan tarif listrik. Turunnya tarif angkutan udara masih disebabkan oleh subsidi silang oleh pemerintah. Adapun penurunan tarif listrik merupakan kelanjutan dari kebijakan pemerintah untuk menurunkan tarif dasar listrik pelanggan non-subsidi.
Kelompok barang core inflation penurunan harga sebesar 0,18% (mtm) dibandingkan dengan bulan Oktober. Penurunan tekanan inflasi ini terjadi terutama pada canang sari, emas perhiasan, dan air kemasan. Harga canang sari masih menunjukkan tren menurun sejalan dengan normalisasi pasca HBKN. Adapun penurunan harga emas perhiasan menurun sejalan dengan turunnya harga emas dunia pasca redanya ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, masih rendahnya daya beli masyarakat juga menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang tahan lama. ( nn)