Berperan Aktif Jalin Persahabatan, Untuk Kedua Kalinya Prof. Bandem Terima Bintang Jasa dari Kaisar Jepang
KataBali.com – Denpasar – Berperan aktif melakukan jalinan persahabatan Indonesia dengan Jepang, dan Negara lainnya,sejak 1970, untuk ke dua kalinya Profesor Dr. I Mada Bandem menerima Anugrah Bintang Jasa The Oder of The Rising Sun Gold Rays With Neck Ribbon untuk musim gugur 2019,dari Kaisar Jepang Naruhito.Penghargaan diserahkan Konjen Hirohisa Chiba Jum,at (31/2) di kantor Konjen Renon, Denpasar.
Penghargaan dari Jepang ini, untuk kedua kalinya diterima Prof. Bandem.yang saat sebagai Pendiri Sekolah Tinggi Komputer ( ITB – STIKOM ) Bali,sebelumnya,Bandem menerima penghargaan Menteri Luar Negeri Jepang, juga diserahkan oleh Konjen Hirohisa Chiba pada 8 September 2017.
Kepada wartawan, dalam acara Syukuran atas Penghargaan Bintang Jasa dari Kaisar,Rabu ( 12/2 ) di Denpasar,Konjen Jepang Hirohisa Chiba, mengatakan peranan Prof. Dr Bandem dalam mempererat tali persahabatan dalam seni budaya sangat berharga dalam perjalanan sejarah hubungan Indonesia – Jepang.
“ Saat menjadi guru kesenian di Kokar Bali, tahun 1965 beliau ikut dalam misi kesenian kepresidenan RI ke luar negeri termasuk Jepang.Lulus dari Asti Denpasar tahun 1968, beliau melanjutkan bidang seni tari dan musik di Unveritas Hawaii, dan pada saat itu Prof. Bandem tertarik mempelajari kesenian Jepang seperti Bon Odori (tari rakyat) dan Taiko (drum tradsional), “ ungkap Chiba.
Tidak hanya sampai disitu. saat studi S2 di Universitas California (1970 – 1972) dan S3 di Universitas Wesleyen, Amerika Serikat (1977-1980), Prof. Bandem mempelajari kesenian klask Jepang yakni tari Bugaku dan music Gagaku dari seorang maestro Jepang dan mengadakan pentas di kuil-kuil Jepang di Los Angeles, Middletown dan Connecticut,” jelas Hirohisa Chiba.
Besarnya keinginan Bandem bersahabat dengan Jepang lewat misi seni budaya saat menjadi Ketua STSI Denpasar, Prof. Bandem kembali ditunjuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Artistic Director pada Festival Persahabatan Indonesia-Jepang. Selama 14 bulan, Pof. Bandem setiap bulan memimpin tim kesenian Indonesia ke Jepang.
“ Saat memimpin ASTI dan STSI Denpasar, Prof. Bandem banyak menerima dan mengajar mahasiswa darmawisata dan non-darmawisata dari Jepang. Bahkan saat ini banyak mahasiswa dan peneliti dari Jepang sedang belajar di Sanggar Seni Makaradhwaja milik Prof. Bandem dan istri Ny. Dr. Swasti Widjaja Bandem,” urai Hirohisa Chiba.
Saat peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang – Indonesia di Bali Tahun 2018, Prof. Bandem dan ITB STIKOM Bali mendukung penuh dengan menampilkan berbagai kesenian Bali bekerjasama dengan Konsulat Jepang menyelenggarakan symposium bertajuk ”Jepang dan Indonesia – 60 Tahun Hubungan Kemitraan dan Prospek untuk Masa Depan”.saat itu, ia menyajikan makalah berjudul “Pernan Seni dan Budaya Sebagai Media Diplomasi dan Komunikasi Antar Indonesia dan Jepang”. Ia yakni, pertukaran seni – budaya berkontribusi besar meningkatkan hubungan persahabatan Jepang dan Indonesia, khususnya Bali.
Menurut Hiroshi Chiba, sebagai Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) Denpasa,Ia terus merintis, mengembangkan dan membuka jalan bagi kerjasama internasional antara ITB STIKOM Bali dengan Kyushu Sangyo University, Fukuoka dan Bunkyo University; serta membuka pusat Studi Jepang di ITB STIKOM Bali.
Anugrah Jadi Tantangan Padukan IT dan Tradisi
Prof. Made Bandem, kepada katabali.com disela acara mengatakan, penghargaan yang ia terima menjadi tantangan tersendiri bagaimana memadukan antara seni budaya dan kemajuan teknologi Informasi ( IT ),memasuki era 4.0, tanpa menghilangkan budaya tradisi, seperti Jepang, walau sudah menjadi Negara maju tapi masih berpegang teguh pada tradisi.
“ Kita memiliki adat dan budaya,yang berakar kuat, saya ingin menerapkannya dalam pendidikan seperti dalam program di STIKOM,dengan berbagai kreatifitas mahasiswanya,” ungkap Bandem,seraya menambahkan,Jepang,sangat antusias mengajak generasi milineal Indonesia untuk belajar di Universitas di Jepang.
“Penghargaan ini merupakan long life achievment bagi saya, dan saya akan bekerja keras unuk meningkatkan hubungan kebudayaan dan pendidikan antara Bali (Indonesia) dan Jepang di masa mendatang,” tegas Bandem seraya berterima kasih kepada Sri Baginda Kaisar Jepang (Kaisar Naruhito), dan Konjen Jepang Hirohisa Chiba, menganugrahkan Bintang Jasa kepadanya.” kata Prof. Bandem.
“Sebagai seniman, saya telah lama mempelajari kesenian Jepang, khususnya musik Gagaku, sebuah ansambel yang lahir abad VII, terdiri dari daiko, kako, shakubyoshi, biwa, shakuhaci, reuteki, koto dan berbagai instrumen lainnya. Bersamaan dengan mendalami musik klasik Jepang, “ ungkap Bandem,yang sejak tahun 1982, saat menjadi Ketua Asti Denpasar, aktif bekerjasama dengan The Japan Foundation, The Toyota Foundation, The Yamashirogumi Foundation, The Min-On Concert Organization, dalam pengiriman Misi Kesenian Bali ke Negeri Matahari. Sebagai salah seorang pendiri ITB STIKOM dan Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti Prof. Made Bandem bersama Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan, mendirikan Pusat Studi Jepang dan Unit Kegiatan Mahasiswa JCOS (Japanesse Community of STIKOM Bali) aktif mempelajari budaya dan teknologi Jepang, serta mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Darma untuk menyertakan generasi muda Indonesia mengikuti magang di Jepang. Saat ini, ada 113 orang (90 persen anak mura Bali) sedang mengikuti magang selama 3 tahun di berbagai perusahaan di Jepang dan sekitar 80-an orang sedang mengikuti kursus bahasa Jepang sebagai persiapam magang ke Jepang.( nn)