Tutup 2 Bank Perkreditan Rakyat di Bali, Ini Penilaian OJK
KataBali.com – 2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di Bali telah resmi ditutup oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI. Tercatat, 2 BPR tersebut masing-masing yakni BPR Calliste Bestari yang dicabut melalui Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-141/D.03/2019 tentang Pencabutan Izin Usaha PT Bank Perkreditan Rakyat Calliste Bestari pada tanggal 13 Agustus 2019, dan BPR Legian yang dicabut melalui Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-103/D.03/2019 tentang Pencabutan Izin Usaha PT Bank Perkreditan Rakyat Legian terhitung sejak 21 Juni 2019.
Kepala Kantor Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, Elyanusa Pingsoda menjelaskan bahwa nilai Catatan Kredit Bermasalah atauNon Performing Loan (NPL) di Bali sendiri naik. Pada tahun 2018 saja, kredit bermasalah di Bali telah mencapai 8,11 persen. Lalu, pada Juni 2019, kredit macet di Bali sudah mencapai 8,7 persen. Padahal, menurutnya batas wajar NPL bagi BPR skala nasional adalah 7,25 persen.
“NPL (di Bali) tinggi. NPL di BPR Bali 8,7 persen. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata NPL untuk BPR skala nasional yaitu 7,25 persen,” katanya, Kamis (15/8).
Dengan ditutupnya 2 BPR ini, lanjutnya, OJK menginginkan agar nilai NPL di Bali sendiri menurun. Salah satunya melalui pencabutan izin usaha 2 BPR tersebut yang notabene BPR dengan nilai NPL tertinggi di Bali.
Memang, pertumbuhan ekonomi Bali sempat mengalami pelambatan yang cukup signifikan di tahun 2017 yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Agung. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menunjukkan Produk domestik regional bruto (PDBR) pada tahun 2017 turun menjadi 5,57%, dibandingkan tahun sebelumnya 6,24%.
Pertumbuhan ekonomi di 2018 kembali rebound menjadi 6,35%, yang disebabkan oleh pertemuan Bank Dunia dan IMF yang diselenggarakan di Bali, sehingga roda perekonomian di Bali bisa kembali dipacu. Untuk tahun ini, BPS Bali mencatat PDBR semester satu tumbuh 5,8%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,82%. Hingga akhirnya, Bali kembali menunjukkan pelambatan ekonomi. (da)