Ramai Dikunjungi Wisatawan, Suku Sasak di Dusun Sade Pertahankan Adat Perkawinan dan Arsitektur Rumah Unik

KataBali.com – Lombok NTB, Berwisata ke Pulau Lombok, jangan lupa berkunjung ke salah satu dusun di Lombok, yakni Dusun Wisata Budaya Sade, terletak di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah.

Di Dusun ini wisatawan akan menyaksikan dan merasakan kekuatan warga desa ini memegang teguh mempertahankan adat istiadat dan budaya penduduk asli, yakni Suku Sasak. Dusun Sade saat ini dihuni sebanyak 150 KK, terdapat sebanyak 150 rumah penduduk.

    Dulu, penduduk Dusun Sade menganut Islam Wektu Telu ( tiga kali sehari sholat ). Tetapi sekarang, banyak penduduk Sade sudah meninggalkan Wektu Telu dan memeluk Islam sepenuhnya.Uniknya logat bahasa Suku Sasak mereka dan busana keseharian mirip dengan warga Bali. Bahkan tarian yang disajikan dipintu gerbang desa, pakem gerakan sebagian ke Bali an. 

    Dinas Pariwisata setempat telah menjadikan Sade sebagai dusun/desa wisata dikarenakan memiliki keunikan tersendiri hingga mampu menggaet kunjungan wisatawan.Wisatawan, hanya membutuhkan waktu sekitar  membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Bandara Internasional Lombok.

    Kurdap Selake, Jero Keliang (Kepala Dusun) sekaligus Ketua Adat setempat mengatakan kepada media, yang menjadi peserta Pelatihan dan Gathering Otoritas Jasa Keuangan Wilayah 8 Bal Nusra, mengatakan, desa ini terkenal berkat  kedatangan  Wisatawan asal  Belanda  tahun 1975 memperkenal  keluar negeri dari sinilah Dusun Sade mulai dikenal di kalangan wisatawan mancanegara.

    “Tahun 1987 Dusun Sade mulai berkembang menjadi sebuah objek wisata, kemudian  dijadikan dusun/desa wisata,” ungkap Kurdap Selake.Ditempat ini, kita akan menemukan fisik  bangunan rumah warga Sade, arsitektur khas  rumah penduduk  disebut bale gunung rata atau bale tani.

    Semua rumah cenderung berbentuk sama pendek, berdinding anyaman bambu, beratap jerami dan dominan berlantai tanah dengan tembok terbuat bamboo, kayu dan atap Ilalang berbentuk Prima.Untuk memasuki rumah harus membungkuk badan.Diperkampungan seluas 3 hektar ini, terdapat juga  Beruga Seke nam dan Seke Pat, yakni bangunan  berbentuk lebih besar  berfungsi tempat pertemuan serta kegiatan lain seperti upacara khitanan,dan beristirahat.

     Kurdap didampingi Thalib seorang Guide, dusun ini memiliki adat  upacara  masih kental dan unik, seperti upacara bubur merah dan bubur putih, menghaturkan  sari serta tradisi ngayu-ayu (penghormatan kepada roh leluhur). Juga adanya  kesenian dan kesusastraan  peresean,  sejenis permainan tradisional masyarakat Lombok yang       dimainkan  dua orang pria, masing-masing membawa kayu sebagai pemukul dan perisai atau tameng sebagai penangkis.

    Permainan terbilang keras , untuk mengadu ketangkasan fisik dan non fisik para pemuda. “Kalau zaman dulu atau zaman kerajaan di Lombok, permainan ini merupakan salah satu bentuk latihan keprajuritan.Juga sebagai musik pengiring  tradisi neduh hujan, memohon hujan kepada Sang Hyang Widhi Wasa,” katanya.

Dengan semakin berkembangnya  jaman, kesenian Peresean saat ini dipertunjukkan saat menyambut hari besar nasional serta kehadiran tamu. Seperti disaksikan puluhan wartawan, Senin ( 1/7 ) mengunjungi Dusun ini  disambut taria Peresean.Juga disajikan   kesenian Gendang Belek berukuran besar  dimainkan penari pria.

     Memasuk Dusun Sade  dilengkapi artshop-artshop kecil di setiap rumah, menawarkan  kain tenun tradisional karya para wanita Suku Sasak, juga disiapkan  kopi khas setempat. “Kain kain ini  dibuat secara turun temurun dibuat perempuan yang belum menikah, dengan motiv indah berwarna alam natural, “  ungkap Kurdap .

     Dulu sebelum jadi daerah tujuan wisata, kerajinan dan kain khas ini dipakai untuk kegiatan upacara dan kebutuhan sehari-hari. Namun setelah menjadi daerah wisata maka dijual kepada wisatawan,” tuturnya.

Tradisi Menculik Calon Pengantin Putri

Sejarah panjang Dusun Sade Suku Sasak, kata Thalib  cukup banyak salah satunya tata cara perkawinan, yakni calon pengantin Putri terlebih dulu  diculik oleh salon pengantin pria, kemudian diberiahukan kekeluarga perempuan, setelah bermusyawarah dilaksanakan upacara perkawinan pengantaran pengantin putri,“ Dalam adat ini tidak ada istilah lamaran, dan tidak pernah terjadi kekisruhan, semua berjalan sesuai adat yang damai, “ jelas Thalib.

     Keunikan lain,adanya kebiasaan penduduk Dusun Sade,  mengepel lantai menggunakan kotoran kerbau. Zaman dahulu ketika belum ada plester semen, orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau di alas/lantai rumah. Sekarang sebagian rumah sudah dilapisi plester semen, namun tetap diolesi kotoran kerbau. Konon, dengan cara begitu lantai rumah dipercaya lebih hangat dan dijauhi nyamuk.

    Kurdap Selake mengatakan, setiap hari ratusam wisatawam dalam  dan luar negeri    dating ke Sade. Namun sempat terpuruk pasca terjadinya gempa bumi 2018 lalu, “  Saat ini sudah mulai menggeliat rata-rata 1.000 wisatawan mengunjungi Dusun Sade. Kunjungan didominasi  80 persen wisatawan domestic, ” Wisatawan mancanegara sebagian besar  Eropa, Hongkong dan China.Tapi  kunjungan  masih belum stabil akibat mahalnya harga tiket pesawat,” tutupnya. ( nn)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *