2 Bangunan Asrama Mahasiswa Milik Pemprov Papua Nunggak, 30 Mahasiswa Terancam Terusir

KataBali.com – Sekitar 30 orang mahasiswa asal provinsi Papua diminta segera mengosongkan bangunan asramanya hingga 30 Juli 2019. Hal itu terjadi karena belum adanya kejelasan pembayaran 2 bangunan asrama oleh Pemprov Papua selama 3 tahun. Diketahui bahwa 2 bangunan tersebut masing-masing adalah asrama putra di Jl. Pulau Sula, Denpasar, dan asrama putri di Jl. Dr. Goris, Denpasar.

Mengenai ini, pemilik bangunan asrama putra, Gusti Ayu Sukawerti, mengonfirmasi kejadian tersebut. Ia menuturkan bahwa total pembayaran sewa bangunan senilai Rp. 240 juta selama tahun 2016 hingga tahun 2019, belum ada kejelasan.

“Segera dibayar lah itu, karena udah rugi banyak. Selama 3 tahun perbaiki sana-sini dan sekarang saya sudah kehabisan uang. Kondisi suami saya yang ngurus selama ini juga sudah meninggal,” tuturnya, senin (15/7).

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa jalur komunikasinya dengan Pemprov Papua mulai kurang baik sejak tahun 2016 silam.

“Tiap tahun saya hanya dijanjikan dibayar terus. Kontak dengan pihak yang mengurusi ini juga sudah mulai hilang. Saya telfon, saya sms, tidak ada respon,” tambahnya. (*)

Bangunan Asrama Belum Dibayar Pemprov, Ini Kata Mahasiswa Penghuni

KataBali.com – Sebanyak 30 orang mahasiswa asal provinsi Papua diminta segera mengosongkan tempat tinggalnya oleh pemilik bangunan asrama. Hal itu dikarenakan oleh keterlambatan Pemprov Papua dalam pembayaran 2 bangunan asrama mahasiswa yang masing-masing berada di Jl. Pulau Sula, Denpasar (gedung putra), dan Jl. Dr. Goris, Denpasar (gedung putri). Diketahui bahwa Pemprov Papua telah menunggak pembayaran gedung selama 3 tahun.

Ditemui hari ini (15/7), Yesaya, salah seorang mahasiswa putra yang tinggal disana, mengatakan bahwa ia sedang berusaha mencari-cari tempat untuk tinggal. Selain itu, ia juga mengaku turut bersimpati terhadap pemilik bangunan yang telah ditunggak selama 3 tahun oleh Pemprov Papua.

“Sementara numpang-numpang dulu di paguyuban sama tempat kawan-kawan lain. Dengan ketidakpastian ini tentunya kami kecewa. Semoga Pemda (Papua) mendengar kondisi situasi sebenarnya di sini. Kasian juga ibu pemilik rumah, nunggak udah lama,” ujar Yesaya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Agustinus, salah seorang mahasiswa yang juga tinggal di asrama. Ia mengatakan bahwa telah mengetahui hal ini sejak awal Juli 2019 lalu. Bersama dengan Ikatan Mahasiswa Papua dan Masyarakat Papua (IMMAPA) Bali, ia berusaha berkoordinasi dengan Pemprov Papua dalam memecahkan persoalan ini, namun masih belum ada tanggapan.

“Beberapa perwakilan sudah berangkat ke Papua, sudah ketemu sebulan yang lalu, tapi belum ada kabar juga sampai saat ini. Kami juga bingung belum ada tempat tinggal pasti,” terangnya. (*)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *