Lepas Curik Bali, Cok Ace Ajak Masyarakat Jaga Populasi Satwa Langka
KataBali.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengajak masyarakat Bali untuk ikut menjaga populasi satwa langka dengan tidak menangkap serta menangkar di rumah. Hal itu dikatakannya saat melepasliarkan burung Curik Bali di Bali Safari & Marine Park, Gianyar, Bali, Jumat (26/4). Karena menurutnya segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga terkait tentang upaya pelestarian satwa langka akan sia-sia jika masyarakat tidak ikut mendukung.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengapresiasi keberhasilan Lembaga Konservasi Bali Safari & Marine Park dalam melestarikan populasi Burung Curik Bali yang hampir punah. “Di alam liar populasinya hanya 141 ekor yang menyebar di berbagai lokasi di Taman Nasional Bali Barat, jadi jika ada upaya konservasi ini, saya harapkan burung ini bisa menjadi ikon Bali,” ujarnya.
Lebih lanjut, apresiasi juga ia tujukan untuk Bali Safari & Marine Park, atas telah digagasnya Penandatangan Kesepakatan Bersama Seluruh Pihak untuk Upaya Pelestarian Burung Berkicau dan Satwa Liar di Kabupaten Gianyar, Penyerahan Indukan Curik Bali kepada Penangkar secara Simbolis dan Penyerahan Papan Larangan Berburu oleh Pihak Taman Safari Indonesia kepada Desa Pendamping. “Saya berharap agar kegiatan semacam ini dapat berimbas pada seluruh kabupaten/kota lainnya di Bali, sehingga Bali akan memiliki keanekaragaman hayati dan lingkungan yang lestari serta populasi Burung Curik Bali di alam akan semakin meningkat,” tandasnya.
Sementara itu Ketua Asosiasi Pelestarian Curik Bali (APBC) Tony Sumampu menjelaskan, 40 ekor jalak Bali ini didapat dari asosiasi hewan Jepang dan Eropa tahun 2017 lalu. Selama dalam penangkaran, burung-burung ini dilatih untuk terbang ke alam bebas. “Tim monitoring akan memantau pagi dan sore untuk melihat situasi mereka hidup di alam. Kami memonitor sampai tiga tahun, kemudian berkembang biak di alam,” kata Tony. Ia menyebut, sebenarnya burung ini sudah hampir punah. Pada 2004, populasi jalak Bali hanya tinggal 4 ekor saja. Selain karena faktor alam, perburuan liar juga menjadi penyebab utama kepunahan jalak Bali. Biasanya, burung ini laku dijual di pasaran dengan harga antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per ekor.
“Untuk mencegah, kami menggunakan micro chip. Kalau ada yang menangkap, kami buktikan ke aparat kepolisian, langsung scan, dan keluar nomor chip dan asal-usul, kapan dia lahir, pakai ring juga berwarna. Maka tim monitoring bisa membedakan setiap curik,” kata dia.
Berdasarkan catatan Taman Nasional Bali Barat, saat ini populasi jalak Bali sudah mencapai 191 ekor di alam bebas dan 280 ekor di unit pengelolaan khusus penangkaran jalak Bali. Jalak Bali merupakan hewan endemik yang awalnya hanya bisa ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali.
Acara pelepasliaran tersebut juga dihadiri oleh Wakapolda Bali Brigjen I Gede Alit Widana, Kepala Taman Nasional Bali Barat Agus Ngurah Krisna, pimpinan Bali Safari &Marine Park serta tokoh masyarakat sekitar. (*)