Ribuan Warga Hadiri “Karya Baligia”,Antarkan Arwah Leluhur, di Karangasem
Acara yang digelar para tokoh agama dan masyarakat termasuk Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri digelar di Desa Jungutan Kecamatan Bebandem merupakan pertama kali dilaksanakan pada tahun 1930 dan diikuti 9 (sembilan) griya rumpun keluarga Karangasem.
Setelah 88 (delapan puluh delapan) tahunn kini ada 11 (sebelas) griya yang atas keikhlasan dan kesepakatan bersama kembali menyelenggarakan upacara serupa.
“Upacara ini merupakan tahapan atma wedana yang sangat suci dan mulia untuk mengantarkan arwah leluhur kepada siwa loka,” tutur tutur salah satu panitia karya Ida Bagus Oka Gunastawa didampingi Ida Bagus Oka Gunartawa Minggu 12 Agustus 2018.
Semua proses upacara ini dilaksanakan secara khusus sebagai bentuk penghormatan terakhir dari para ‘sentana’ (keturunan) kepada seluruh Puspa dan Nama (arwah) yang disucikan.
Dijelaskan, karya ini memiliki rangkaian panjang. Diawali upacara Ngaku Agem Karya yang dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2018 dan puncak karyanya yaitu upacara Penguptian dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2018.
“Ini semua dasarnya adalah keikhlasan dan kesiapan keluarga maka pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan keluarga termasuk didalamnya kesiapan mental dan psikologis sebab sekali pelaksanaan upacara bisa berlangsung selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan secara berturut-turut,” tutur dia.
Dengan demikian, upacara ini cukup berat karena harus ikhlas dan siap meluangkan waktu cukup panjang ditengah-tengah aktivitas kerja sehari-hari.
“Disini ada emosi, harus ada ketahanan fisik dan harus ada juga kesiapan secara materi karena rangkaian upacara yang cukup panjang,” sambungnya.
Dalam Karya Baligia tahun ini 606 Puspa dan Nama yang terdiri dari 86 Puspa Ida Pedanda, Puspa Walaka beserta Sangge dan 520 Nama Pengiring. Peserta Karya ini datang dari Kabupaten Karangasem, Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar yang disokong lebih kurang 10.000 Kepala Keluarga.
Karya atas dasar keihklasan serta pengorbanan suci dari seluruh elemen karya, kiranya mampu mengantarkan manunggalnya kembali Atman (roh) kepada Brahman.
Mewariskan keberlangsungan tradisi agung, sakral, detail dan unik ke masa depan. Juga memuliakan seluruh daya, rasa dan karya dalam satu kesatuan bingkai tema besar “santi-santa-satu”.
“Disini ada juga memori tentang spirit gotong-royong memanggul secara bersama-sama seluruh tanggung jawab untuk mewujudkan energi kebersamaan di alam skala untuk mencapai sorga,” tutup Gunastawa.jckn