Gunung Agung Erupsi Disertai Lontaran Lava Pijar

KataBali.com – Karangasem. Setelah alami erupsi beberapa kali hari ini pagi hingga sore, Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem Senin 2/7 malam  kembali mengalami erupsi yang disertai dentuman. Erupsi yang terjadi pukul 21:04 WITA yang disertai suara gemuruh itu juga disertai lontaran lava pijar teramati keluar kawah.

Kondisi ini pula, membuat hutan di sekitar puncak Gunung Agung mengalami kebakaran.

 

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, tingginya aktivitas Gunung Agung beberapa hari berlakangan bukanlah dibangun dalam sehari.
Pengamatan Gunung  Agung menunjukkan gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut, tinggi kolom abu teramati ± 2.000 m di atas puncak (± 5.142 m di atas permukaan laut).

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi ± 7 menit 21 detik. Erupsi terjadi secara Strombolian dengan suara dentuman.

“Jadi beberapa erupsi hari ini, adalah wujud pelepasan tekanan energi di perut Gunung Agung yang kita sudah amati sebulan terakhir,” ujar Devy Kamil Syahbana, Senin (2/7/2018) malam.

Ia menjelaskan, sejak tanggal 28 sampai 29 Juni 2018, Gunung Agung terus mengalami erupsi efusif.

Lava mengalir dan mendingin ketika di permukaan kawah.

Lava yang membatu, menyebabkan permukaan kawah jadi keras.

Hal ini menyebabkan magma tertahan dan sulit keluar ke permukaan.

Sementara, tekanan suplai magma dari perut gunung terus berusaha keluar ke permukaan.

“Tekanan ini pun terus terakumulasi dan menjadi besar. Jika lapisan penahan dari lava mengeras tadi tidak kuat lagi menahan tekanan magma dari bawah, maka terjadilah letusan strombolian seperti yang terjadi, Senin malam (2/7/2018),” jelas Devy

Saat ini Gunung Agung masih berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.
Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.
Warga yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.(jcbk)

 

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *