Koster Prakarsai Museum Purbakala Jadi Destinasi Wisata

KataBali.com – Calon Gubernur nomor urut 1, Wayan Koster,  mengunjungi Museum Purbakala Gilimanuk di Kabupaten Jembrana, Rabu (21/3/2018). Ia didampingi Tim Ketua Pemenangan Koster-Ace Made Kembang Hartawan.

 

Museum tersebut merupakan salah satu mata rantai penting perjalanan sejarah peradaban Pulau Bali. Koster mendapat penjelasan dari petugas bahwa museum itu sepi dari kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

 

Koster sendiri mengakui bahwa minat masyarakat berkunjung ke museum relatif menurun. Untuk itulah ke depan keberadaan museum-museum di Bali harus menjadi bagian paket wisata yang harus disosialisasikan atau dipromosikan kepada wisatawan.

 

“Karena dengan berkunjung ke museum, selain berwisata, juga banyak ilmu yang akan diperoleh,” kata Koster.

 

Ia mengatakan keberadaan museum Purbakala Gilimanuk harus dilestarikan. “Penemuan kerangka manusia dan sejumlah benda-benda purbakala yang tersimpan di museum ini menjadi bukti sudah ada peradaban di Bali ratusan tahun sebelum masehi. Museum ini harus dipertahankan dan dilestarikan,” tegas Koster.

 

Dalam dialog dengan petugas museum tersebut, Koster menerima sejumlah penjelasan tentang keberadaan museum yang berdiri di kawasan seluas sekitar 20 hektar tersebut. Bahwa di lokasi ini  banyak ditemukan fosil manusia purba serta sejumlah benda-benda bekal kubur manusia purba Gilimanuk seperti gerabah atau priuk serta perhiasan-perhiasan lainnya.

 

Pada Januari 2016, di tempat ini, Tim Arkeologi kembali menemukan kerangka manusia purba yang diperkirakan berasal dari 257 tahun sebelum masehi (SM). Keberadaan kerangka manusia purba Gilimanuk ditemukan dalam kegiatan ekskavasi atau penggalian pada ke dalaman 1,5 meter dengan luas 2×2 meter.

 

“Sebetulnya situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 1963 oleh  Prof. Dr. R.P. Soejono. Ketika itu ditemukan kerangka dalam tempayan serta berbagai manik-manik, gerabah, serta barang-barang perunggu yang merupakan sisa kegiatan masyarakat pada masa prasejarah Indonesia sekitar 2000 tahun yang lalu, menjelang masa Hindu-Buddha,” jelasnya.

 

Sayangnya, museum yang dibangun pada tahun 1994 ini masih sangat sepi dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Padahal di tempat ini menyimpan berbagai kisah unik yang terkait dengan asal muasal nenek moyang penduduk Bali pada zaman sebelum sebelum masehi.

 

“Ramainya ketika musim libur sekolah, dikunjungi oleh anak-anak tour sekolah. Ada juga peneliti dari luar negeri, paling sering dari Jerman dan Denmark,” sebutnya. (*)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *