Mentan Amran Cabut Uang Perjalanan dan 85% APBN Untuk Tingkatkan Produksi
Menurut Amran, bukan hanya perjalanan dinas, saat ini beberapa pos APBN kementerian pertanian juga ditiadakan, seperti untuk pengadaan mobil, kendaraan roda dua, dan lainnya.
Kondisi tersebut berbeda jauh dibanding 2014, ketika komposisi anggaran, 45 persen untuk keperluan perjalanan dinas, ‘cipika-cipika’ atau kegiatan serimonial yang tidak terlalu penting dan lainnya, sedangkan sisanya baru untuk peningkatan produksi. “Seluruh biaya ‘cipika-cipiki’ dan program yang tidak perlu, mulai kita hilangkan, saat ini, kita akan fokus ke produksi,” katanya.
Kebijakan anggaran tersebut, tambah Amran, telah mampu meningkatkan kinerja sektor pertanian sangat signifikan, sehingga Indonesia, yang sejak beberapa tahun terakhir selalu mengekspor, kini mulai mengimpor.
Selain kebijakan anggaran, kata dia, Mentan juga mengaku telah menghadap presiden untuk diberikan kebijakan khusus, yaitu proyek-proyek pengadaan tanpa harus lelang, tetapi pe nunjukan langsung.Hal itu penting dilakukan, karena kalau menunggu lelang, maka masa tanam dan lainnya, harus mundur, sehingga akan menyulitkan bagi petani, yang berujung target tidak tercapai.
“Kalau harus lelang, prosedurnya panjang dan petani harus menunggu mendapatkan bantuan, sementara tikus dan banjir tidak mau menunggu,” katanya disambut tepuk tangan dan gelak tawa para anggota HKTI.
Kini, tambah dia, untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian, pihaknya juga cukup tegas terhadap pelaksanaan birokrasi. Pihaknya pun tidak segan-segan memecat pejabat yang tidak bekerja sesuai prosedur dan tidak bisa memenuhi target. Seperti di pelabuhan Karantina, sudah ratusan pejabat yang terpaksa dicopot dari jabatannya, karena bekerja tidak sesuai prosedur, tidak bisa mencapai target, dan nakal.
Menurut Amran, 60 persen Indonesia adalah negara agraris, tetapi sektor pertanian sangat tertinggal. “Ini kondisi yang sangat memprihatinkan dan miris, sehingga petani Indonesia harus bangkit,” katanya.
Dari kunjungan ke berbagai negara tambah dia, petani-petani di luar negeri merupakan petani yang sangat rajin, tetapi di Indonesia dikenal sebagai orang yang malas. Sehingga, revolusi pertanian harus terus digalakkan, bila perlu petani dan seluruh pihak terkait, bekerja hingga 20 jam sehari.”Indonesia adalah negara yang subur dengan matahari yang selalu hadir selama 12 bulan, ini adalah nikmat yang luar biasa, yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” pungkas dia.jcmt