Waspada Gangguan Bipolar, Pastika Ajak Masyarakat Jaga Kesehatan Jiwa
KataBali.com – Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengajak masyarakat menjaga kesehatan jiwa agar terhindar dari gangguan kejiwaan yang disebut bipolar. Menurut Pastika, badan kekar tak akan ada gunanya jika jiwa mengalami gangguan. Ajakan tersebut disampaikannya serangkaian memperingati Hari Bipolar Sedunia yang digelar di sela-sela pelaksanaan Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (2/4).
Lebih jauh dia mengurai, kesehatan jiwa memegang peran penting dan sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. “Sekecil apapun gangguan jiwa akan menjadi ancaman dan merusak kualitas hidup seseorang,” imbuhnya. Selain merusak kehidupan yang bersangkutan, gangguan jiwa juga membahayakan lingkungan dan masyarakat sekitar. Karena itu, Pastika mengingatkan agar masyarakat senantiasa memelihara kesehatan jiwa dengan menghindari tekanan dan depresi.
Pada kesempatan itu, Pastika menyampaikan apresiasi kepada para dokter spesialis jiwa yang telah mengabdikan diri bagi upaya mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat. Dia berharap, masyarakat memanfaatkan momentum ini untuk berkonsultasi dan mengetahui lebih banyak tentang bipolar dan gangguan jiwa lainnya. “Tanya ke ahlinya, apa yang seharusnya kita lakukan agar kesehatan jiwa tetap terpelihara,” imbuhnya.
Selain bicara soal kesehatan jiwa, dalam orasinya Pastika juga mengurai makna Hari Raya Galungan. Dia mengajak Umat Hindu memaknai esensi Hari Raya Galungan sebagai kemenangan dharma atas adharma. Menurutnya, perang dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan) ada dalam diri setiap individu. Adharma adalah semua sifat negatif seperti amarah, dendam, iri, dengki, serakah, sombong dan lain sebagainya. Sebaliknya, dharma adalah sifat baik atau positif seperti jujur, suka menolong, sabar, iklas, rendah hati, mau memaafkan, tulus dan lainnya.
“Jadi mari kita renungkan, apakah kita merasa sudah memiliki sifat positif sesuai ajaran dharma? Kalau sudah, itu artinya kita sudah memenangkan dharma atas adharma dan layak merayakan Galungan,” katanya.
Lebih dari itu, simbol perayaan galungan seperti penjor juga hendaknya dimaknai lebih mendalam. “Penjor itu ibaratnya seorang yang sudah meraih pencapaian tinggi namun tetap mau menunduk atau melihat ke bawah. Itu filosofi penjor,” imbuhnya. Demikian halnya dengan penampahan galungan, hendaknya dimaknai sebagai upaya memotong adharma. “Jangan hanya dimaknai sebagai hari memotong babi lalu berfoya-foya, itu malah menyuburkan adharma,” imbuhnya.
Pelaksanaan PB3AS minggu ini juga diisi orasi dr. Wayan Wiradana,Spkj dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Cabang Denpasar. Serangkaian peringatan Hari Bipolar Sedunia, dr.Wiradana minta masyarakat mewaspadai gejala gangguan jiwa ini. Diterangkan dr.Wiradana, bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang. Ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive. “Penderita gangguan kejiwaan bipolar biasanya akan gembira dan sedih berlebihan. Menangis tanpa sebab dan suatu ketika royal kebablasan pada orang lain,” ujarnya. Menurutnya gangguan bipolar harus diwaspadai karena akan sangat mengganggu produktifitas seseorang dan juga lingkungan sekitar. Dia berharap masyarakat tak segan berkonsultasi ke psikiater jika mengalami gangguan sebagaimana disebutkan di atas.
PB3AS makin meriah dengan penampilan anak-anak SMAN 8 Denpasar yang membawakan sejumlah lagu dan tarian modern. Selain itu, seorang siswi SMAN 8 Denpasar Yulia Prameswasti juga tampil berorasi. Dalam orasinya, Yulia memaparkan pentingnya upaya memelihara semangat kebhinekaan. jchb