Aksi Sosial Putri Sulamit Bali Bertajuk “Deaf Talk
KataBali.com – Sabtu, 30 April 2019 bertempat di taman jepun Denpasar Bali, program sosial yang diprakarsai oleh putri sulamit asal Bali yakni A.A. Istri Putri Dwi Jayanti, atau akrab dipanggil Gektri. Acara yang dimulai pukul 09.30 Wita hingga makan siang dengan dibawakan langsung oleh Gektri, mengundang lebih dari 30 anak kaum tuli beserta rekan-rekan media dengan juga melibatkan para putri Sulamit yang dipilih dari berbagai daerah di tanah air. Ke 7 putri ini adalah Akwilina Jeni dari Ngabang, Nishada Warih Segara Muncar dari Surakarta, Poppy Indrawati dari Serang, Trya Divinity Malensang dari Manado, Duma Mariana Simanjuntak dari Medan, Yunita Alanda Monim dari Sentani, dan tentu saja A.A. Istri Putri Dwi Jayanti dari Denpasar selaku penggagas ide sosial ini.
Aksi sosial ini menjadi spesial karena dilakukan pertama kalidan di Bali sebagai rangkaian dari program putri Sulamit yang peduli dengan lingkungan sekitar. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yohana Limarno salah satu founder dari program ini, “Salah satu putri Sulamit yang berasal dari Bali, akan dapat menunjukkan secara nyata wujud impiannya membantu komunitas Tuna Rungu di Bali, dan kita semua dapat menyaksikannya langsung”. Ditambahkan oleh Lisa Sanusi sebagai Founder juga, “kami sepenuhnya mendukung ide dari Gektri mengenai rasa pedulinya terhadap kaum tuli karena ini sesuai dengan tujuan para putri, mereka mempunyai kesempatan dan ruang untuk berbicara dan bertindak.”
Hadir juga sebagai pengisi acara yakni Angkie Yudistira sebagai seseorang yang aktif di bidang sociopreneur. Dia membagikan kisah inspiratifnya sebagai orang yang juga kaum tuli kepada peserta Dafe talk yang datang. Dia mengatakan, “Dunia kaum tuli dan kaum dengar (umum) harus disamakan secara kehidupan, jangan dibeda-bedakan”. Angki pun berpesan kepada peserta kaum tuli untuk mendahulukan pendidikan supaya bisa menaikkan derajat kita naik, jangan menyerah mengejar cita-cita, dan tetap percaya diri terhadap dunia luar.
Terbukti memang pada saat sesi perkenalan satu persatu kepada peserta dari komunitas deaf talk Bali mereka mempunyai cita-cita yang tinggi. Seperti Ana (salah satu peserta) berumur 28 tahun mempunyai cita-cita sebagai guru, Suanjaya ingin menjadi dokter THT, ada juga yang ingin jadi atlit seperti Dewi. Di sesi acara juga ada presentasi dari Ade Putra dsri komunitas Bali Deaf tentang Bahasa Isyara, diharapkan memalui presentasi ini kaum dengar bisa memahami komunikasi yang dibangun oleh kaum tuli.
Sementara itu Gektri, berharap melalui program sosial ini dapat membangun kesetaraan antara kaum tuli dan kaum dengar, memahami budaya tuli. Mengenal bahasa isyarat Indonesia. “Mari belajar bersama, melakukan sesuatu untuk lingkungan sekitar”, jelasnya. Dia juga menjelaskan melalui acara ini akan disusun dan diterbitkan sebuah notebook yang berisi sosialisasi budaya tuli, bahasa isyarat Indonesia, kisah-kisah inspiratif dari kaum tuli yang sukses.
Program Sosial ini ditutup dengan pembacaan puisi menggunakan bahasa isyarat oleh peserta kemudian dilanjutkan dengan foto bersama para putri Sulamit, peserta kaum tuli deaf talk, crew Putri Sulamit, dan rekan-rekan media. Lalu diakhiri dengan makan siang bersama dan ramah tamah.