Hasil Data Rilis BPS Bali, Kedatangan Wisman Alami Lonjakan
KataBali.com – Data BPS Provinsi Bali mengenai perkembangan pariwisata di Bali pada bulan Januari 2017 menunjukkan kedatangan wisatawan manca negara yang mengalami peningkatan cukup signifikan.
Pada Januari ini tercatat sebanyak 460.824 kunjungan, meningkat dibanding bulan sebelumnya pada Desember tahun 2016 yang tercatat cuma sebanyak 442.795 kunjungan.
Kedatangan wisman tersebut tercatat melalui 2 jalur transportasi yang tersedia, secara rinci yakni melalui jalur udara sebanyak 452.660 kunjungan, dan yang melalui jalur laut sebanyak 8.164 kunjungan.
Kunjungan itu didominasi wisman Tiongkok sebesar 32,10 persen, Australia sebesar 19,86 persen, disusul India, Jepang, dan Amerika Serikat dengan persentase masing-masing 3,80 persen, 3,73 persen, dan 3,19 persen.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali, I Dewa Gede Mahendra Putra, SH.,MH sependapat kunjungan wisatawan Tiongkok mengalami peningkatan signifikan hampir setengahnya bila dibanding pada bulan yang sama tahun 2016. Dari data yang ada, menurutnya tingkat hunian kamar mencapai 59,61 persen atau separuh lebih jumlah kamar yang tersedia.
Sedangkan perkembangan lama menginap di hotel berbintang dari data yang ada pada Januari 2017 mengalami penurunan 0,24 poin yaitu dari 3,12 poin menjadi sebesar 2,88 poin, sebaliknya hunian kamar hotel non bintang mengalami kenaikan dari 2,71 poin pada Januari 2016 menjadi 3,00 poin.
Kondisi ini diidentifikasi kecenderungan wisman datang secara rombongan dengan menghuni hotel non bintang atau bisa juga hanya transit atau kemampuan wisman menurun sehingga menginap di hotel non bintang.
Kedepan, Pemprov Bali mengharapkan wisatawan berkualitas yang datang dan tinggal ke Bali. Hal ini juga mencuat dan didiskusikan bersama kalangan pariwisata dalam Simakrama beberapa waktu lalu.
Inflasi Denpasar dan Singaraja Lebih Tinggi Dibanding Nasional
Tak hanya terkait kunjungan wisman, BPS Provinsi Bali juga turut merilis inflasi bulanan persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Februari ini terhadap bulan sebelumnya, dimana Kota Denpasar dan Singaraja mengalami tingkat inflasi cukup tinggi pada periode bulan Februari 2017. Kota Denpasar mencapai 0,42 persen, sedangkan di Kota Singaraja mencapai 0,79 persen.
Kondisi ini lebih tinggi dibanding inflasi rata-rata secara nasional yang hanya 0,23 persen. Jika dibandingkan tingkat inflasi yang terjadi pada kedua daerah tersebut, Singaraja mengalami inflasi lebih tinggi di banding Denpasar, ini mengindikasikan adanya perbedaan pola konsumsi masyarakat di kedua kota itu.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho dalam konferensi persnya, Rabu (1/3), angka inflasi di Denpasar itu antara lain dipicu kenaikan harga sayuran buncis yang relatif masih tinggi yaitu 29,21 persen, disusul harga cabai rawit dengan andil 24,93 persen, serta produk lainnya seperti tongkol pindang, cabai merah, tarif pulsa ponsel daging babi, tarif listrik wortel dan nangka muda.
Sedangkan inflasi di Singaraja, cabe rawit menempati pertama dengan kenaikan sebesar 12,52 persen disusul sate sebesar 12,50 persen dan kemudian tarif listrik, mobil, sepeda motor, gula pasir, tarif ponsel, wortel, kecambah dan cabe merah.
Menanggapi harga cabe yang terus naik, Adi Nugroho menerangkan bahwa dari distribusi dan ketersediaan cabe sebenarnya sudah cukup, kemungkinan ada permainan dari tengkulak atau masyarakat yang memiliki persepsi memang harga belum turun, padahal di daerah lain harga cabe cenderung menurun.. jchb